Sejarah NLP
Pada
awal tahun 1970-an, Richard Bandler, seorang mahasiswa matematika Universitas
California Santa Cruz menemukan bahwa jika kita secara lengkap mengulangi
pola-pola tingkah laku pribadi seseorang dapat menbuahkan hasil-hasil yang
positif yang mirip dengan orang tersebut. Penemuan ini menjadi dasar bagi
pendekatan pertama NLP.
Kemudian
ia berjumpa dengan pendiri NLP lainnya, rektor John Grinder yang memiliki
kemampuan cepat menyerap bahasa, memperkirakan aksen dan tingkah laku kultural
yang telah disempurnakan ketika bergabung dengan pasukan khusus angkatan darat
bersenjata AS. Minat John sepadan dengan tujuan linguistic untuk menyingkatkan
tata bahasa yang tersembunyi dari pikiran dan tindakan. Akhirnya mereka bersama-sama melakukan penelitian dengan
mengkombinasikan pendekatan linguistik Grinder dan Programming Bandler.
Bandler
dan Grinder berusaha menemukan apa yang sebenarnya berfungsi untuk mencapai
hasil positif untuk klien terapi, dengan cara menguji keterkaitan antara
perilaku aktual si terapis dengan pemikiran dan perasaan klien. Untuk percobaan
penelitian Richard Bandler memodel dirinya seperti Fritz Perls seorang
psikiater Jerman sampai meniru menumbuhkan jenggot, merokok terus menerus dan
berbicara bahasa Inggris beraksen Jerman. Grinder juga meniru menggunakan pola
verbal- non verbal Perls.
Bandler
dan Grinder mulai mempelajari orang-orang yang mengalami beragam kesulitan,
mereka memperhatikan bahwa setiap orang memiliki pobia, justru memikirkan apa
pun yang mereka takutkan seakan-akan hal itu sedang terjadi pada mereka saat itu.
Ketika mereka mempelajari orang yang telah menghilangkan fobia, mereka
menemukan masing-masing orang berpikir mengenai pengalaman fobia mereka
seolah-olah sedang menyaksikan roller
coaster dari kejauhan.
Bandler
dan Grinder memutuskan secara sistematis mengajar orang-orang yang mempunyai
fobia untuk mengalami rasa takut mereka seolah-olah mereka sedang menyaksikan
dari kejauhan. Perasaan fobia mereka lenyap dalam sekejap. Hal itulah yang
mendasari NLP bagaimana orang berpikir mengenai sesuatu, menciptakan perbedaan
penting dalam bagaimana mereka akan mengalaminya.
Kemudian
mereka bertemu dengan Dr. Wilton H. Ericson, ahli hipnotis terkemuka di dunia.
Dr. Ericson adalah seorang anak muda di wilayah pertanian Winconsin yang
menderita polio. Karena sulit bernafas ia berbaring di sebuah tabung respirator
dalam dapur keluarga lebih dari 1 tahun. Ericson terpesona dengan tingkah laku
manusia dan menghabiskan waktu memperhatikan keluarga dan teman-teman bereaksi
satu sama lain, secara sadar dan tidak sadar. Setelah cukup sehat untuk
meninggalkan tabung respiratornya, ia belajar berjalan dengan memperhatikan
bagaimana adik perempuannya yang masih bayi belajar melakukannya. Ericson juga
melakukan perjalanan lintas alam dengan kano sebelum kuliah dimana ia akhirnya
berhasil memperoleh gelar kedokteran dan psikologi. Pengalaman-pengalaman
penderitaan pribadinya telah membuatnya sensitif terhadap pengaruh bahasa dan
tingkah laku halus. Ketika belajar kedokteran ia tertarik dengan hipnosis. Ia
memperhatikan pemikiran dan perasaan yang melintas di pikiran pasiennya, mereka
sejenak terhipnosis yang alamiah.
Bandler
dan Grinder bertemu dengan Ericson untuk menerapkan keahlian memodel mereka
yang baru dikembangkan pada para ahli hipnosis berbakat. Kombinasi dari keahlian
hipnosis Dr. Ericson dan keahlian memodel Bandler dan Grinder menjadi dasar
penemuan teknik baru yaitu NLP.
2.2
Pengertian NLP
Neuro-Linguistic
Programming (NLP) adalah model komunikasi interpersonal dan merupakan
pendekatan alternative terhadap psikoterapi yang didasarkan kepada pembelajaran
subyektif mengenai bahasa, komunikasi, dan perubahan personal. NLP diawali pada
sekitar tahun 1970-an oleh Richard Bandler dan John Grinder. Semula pembahasan
lebih terpusat pada berbagai “hal beda yang dapat membuat perbedaan” antara
individu “unggul” dengan individu “rata-rata”. Guna memahami lebih lanjut akan
perbedaan tersebut, mereka melakukan serangkaian pemodelan pada berbagai aspek
dari individu “unggul”, seperti berbagai perilaku dalam menerima serta menyikapi
lingkungan sekitar. Hal itu berujung pada pemahaman mengenai mekanisme kerja
pikiran. Sehingga NLP berisikan berbagai presuposisi mengenai mekanisme kerja
pikiran dan berbagai cara individu dalam berinteraksi dengan lingkungan dan
antar sesamanya, disertai dengan seperangkat metode untuk melakukan perubahan.
Secara
sistematik, Neuro dapat diartikan
sebagai berbagai mekanisme yang dilakukan individu dalam menginterpretasikan
informasi yang didapat melalui panca indra dan berbagai mekanisme pemprosesan
selanjutnya di pikiran. Linguistic
ditujukan untuk menjelaskan pengaruh bahasa yang digunakan pada diri maupun
pada individu lain yang kemudian membentuk pengalaman individu akan lingkungan.
Programming dapat diartikan sebagai
berbagai mekanisme yang dapat dilakukan untuk melatih diri seorang individu
(dan individu lain) dalam berpikir, bertindak dan berbicara dengan cara baru
yang lebih positif. Walaupun pikiran individu telah memiliki program
“alaminya”, yang didapat baik melaluipewarisan secara genatis maupun melalui
berbagai pengalaman, individu tetap dapat melakukan peprogaraman ulang sehingga
dapat bertindak lebih efektif.
William James (dalam Andreas &
Faulkner, 1998) mengatakan bahwa manusia akan dapat merubah aspek luar
kehidupan mereka dengan cara mengubah sikap yang ada dalam pikiran mereka.
Salah satu metode yang sangat efektif dan sudah terkenal untuk mengubah pola
pikir yang negatif menjadi positif untuk pencapaian fungsi manusia yang optimal
adalah Neuro Linguistic Programming (NLP).
Neuro Lingustic Programming (NLP)
merupakan salah satu cara yang membuat seseorang dapat mampu untuk memetakan
semua proses yang terjadi di dalam otaknya (didasarkan pada
pengalaman-pengalamannya) adalah dengan memprogram fungsi neuro-nya (otaknya)
dengan menggunakan bahasa (linguis) yang disebut dengan Neuro-Linguistic
Programming (NLP). Latihan-latihan NLP dalam prakteknya, memberikan berbagai
perubahan pada aspek-aspek kehidupan luar seseorang, salah satunya adalah
meningkatkan penghargaan dan penilaian terhadap diri sendiri (Andreas &
Faulkner, 1998 : 14).
2.3 Konsep-konsep NLP
Menurut
Bandler (April 2003, http: //www.pureNLP.com), munculnya konsep-konsep dan
teknik yang dikembangkan NLP didasarkan pada dua keyakinan awal, yaitu :
a)
Semua
perilaku manusia memiliki struktur, dan struktur tersebur dapat dimodel
(ditiru) dan dapat diubah (re-program)
b)
Suatu
cara untuk mengetahui apa yang efektif dan berguna bagi manusia adalah melalui
keterampilan perseptual.
2.4 Unsur-unsur NLP
Reframing adalah membuat sudut pandang baru atas suatu pengalaman.
Individu dapat merubah cara berpikir mengenai suatu hal dengn mengubah bahasa
yang digunakan. Mengganti penyebutan dari “masalah” menjadi “tantangan” adalah
salah satu contohnya. Hal itu tidak akan merubah situasi, namun dapat merubah
cara bersikap sehingga setelahnya merubah cara dalam berperilaku.
Individu lebih mudah mendapatkan
solusi ketika merubah posisinya, karena perubahan posisi dapat merubah
persepsi. Ketika individu berada pada suatu konflik, usahakan agar dpt memposisikan
diripada individulain,membayangkan jalan pikirannya berkenaan dengan masalah
tersebut. Sehingga, individu bersangkutan mendapatkan pemahaman baru.
Model atas suatu pengalaman yang
dibuat oleh individu tidak sama dengan pengalaman yang sebenarnya. Kerncuan
model pada akhirnya mengarah pada kerancuan cara bertindak. Guna mencegah hal
tersebut, individu perlu mendapatkan model presisi (precision modelling). Model
presisi memungkinkan individu membentuk meta-model (meta = di atas, model atas
model itu sendiri) sehingga individu mendapatkan model yang berbeda dari model
yang sebelumnya. Hal ini memungkinkan individu untuk kemudian memilih model
yang disukai diantara model yang tersedia. Pemodelan presisi mengidentifikasi
berbagai cara khas dalam membatasi suatu pengalaman.
Beberapa contoh dari pemodelan presisi dapat diberikan sebagai
berikut :
a.
Penghapusan
(Deletions), contoh : saya tidak mengerti – Apa yang secara spesifik tidak Anda
mengerti?
b.
Universal
quantifiers (selalu, semua, setiap, dan lainnya), contoh : Setiap orang
membenci saya—Setiap orang? Setiap orang di bumi?
c.
Comparative
deletions, contoh : Saya ingin menjadi seorang yang lebih baik – Lebih baik
dari apa?
Juga penting
bgi individu untuk benar-benar spesifik dalam menentukan tujuan. Gunakan
kata-kata yang positif untukmenggambarkn secara spesifik berbagai hal yang
diinginkan (dibandingkan dengan hal yng dihindari).
2.5 Empat Pilar Utama
NLP
NLP memiliki empat pilar utama. Adapun keempat pilar tersebut
adalah:
1.
Hasil
(Outcome)
Sebelum
memulai suatu komunikasi, terlebih dahulu individu perlu mengenali hasil akhir
yang diinginkan. Pemahaman sepenuhnya atas hasil yang ingin didapatkan sangat
membantu proses pencapaian. Ketika individu benar-benar memahami hasil akhir
dari komunikasi yang dilakukan, maka dirinya dapat dengan mudah mengarahkan
seluruh komunikasi ke hasil akhir tersebut.
2.
Rapport
Rapport
merupakan inti dari komunikasi yang efektif. Salah satu cara untuk membantu
rapport adalah dengan mengikuti (pacing) lawan bicara, contohnya dengan
menyamakan bahasa tubuh, laju nafas dan lainnya. Hal ini didasari karena setiap
individu hanya menyukai individu yang serupa.
3.
Akuitas
Sensorik
Akuitas
sensorik adalah kemampuan menggunakan panca indra untuk mengamati individu lain
secara cermat tanpa asumsi apapun penilaian tertentu sebelumnya sehingga
individu dapat memberikan respon dengan rapport yang maksimal.
4.
Fleksibilitas
Guna
mencapai hasil akhir yang diinginkan, individu membutuhkan fleksibilitas. Hal
ini disebabkan karena terkadang metode komunikasi yang digunakan tidk bekerja
sesuai yang diharapkan. Sehinnga, untuk tetap mencapai hasil akhir yang
diinginkan, individu perlu mengganti strategi komunikasinya. Dengan memiliki
fleksibilitas dalam komunikasi, kemungkinan mencapai hasil akhir semakin besar.
2.6 Presupposition dalam NLP
Merupakan sikap-sikap dan
prinsip-prinsip inti yang melandasi semua pendekatan dan teknik dalam NLP. Presupposition tidak terbukti benar dank lien tidak
harus percaya bahwa itu benar. Presupposition
dalam NLP :
1. Peta
bukanlah wilayah sesungguhnya
2. Pengalaman
memiliki struktur
3. Jika
seseorang dapat melakukan sesuatu, siapapun dapat belajar melakukannya
4. Pikiran
dan tubuh adalah bagian-bagian dari sebuah sistem yang sama
5. Manusia
telah memiliki segala sumber daya yang mereka perlukan
6. Anda
tidak dapat tidak berkomunikasi
7. Esensi
dari komunikasi adalah respon yang kita terima
8. Sikap
tingkah laku didasari sebuah maksud yang positif
9. Manusia
selalu memilih yang terbaik yang tersedia bagi mereka
10. Jika
apa yang sedang anda kerjakan tidak berhasil, lakukan sesuatu yang lain
2.7 Kerangka Kerja NLP
Menurut Carol Harris ( 2003: 52-64 ), kerangka kerja NLP
adalah sebagai berikut:
- The
Experiental Array ( susunan atau rangkaian pengalaman )
Rangkaian ini memiliki lima elemen yang memiliki
kontribusi terhadap performance, yaitu:
- Outcomes ( hasil )
- Behavior ( perilaku )
- Mental strategi ( thoughts ) –
strategi mental ( pemikiran )
- Emotional state ( feelings ) –
keadaan emosi ( perasaan )
- Belief and value ( keyakinan dan
nilai )
- Neurological
levels ( level-level neurology )
Kerangka kerja ini memiliki 6 level dasar, yaitu :
a.
Lingkungan
( merupakan tempat dimana segala sesuatu terjadi )
b.
Perilaku
( apa yang dilakukan oleh seseorang )
c.
Kemampuan
( bagaimana seseorang melakukan suatu aksi )
d.
Keyakinan
( alasan dari seseorang melakukan sesuatu )
e.
Identitas
( apa yang orang pikirkan tentang diri mereka sendiri )
f.
Spiritualitas
g.
2.8 Teknik-teknik dalam
NLP
Yang
menentukan kesuksesan terapi NLP adalah rapport yang baik. Terapi harus mampu
membangun rapport yang baik sehingga klien mempercayakan permasalahannya untuk
dapat diselesaikan oleh terapis. Beberapa teknik-teknik yang digunakan dalam
terapi adalah sebagai berikut :
a.
Meta-Mirror
Aspek paling signifikan dari teknik
meta mirror adalah fokus beban tanggung jawab atas perubahan dalam masalah itu
berada di pundak klien dan bukan hal lain dalam masalah itu. Contohnya jika
klien mengalami fobia ketinggian, tanggung jawab hilang atau tidaknya fobia
tersebut tergantung pada klien, bukan pada fobia itu sendiri. Teknik meta mirror memfokuskan klien pada apa
yang mereka sendiri bisa lakukan untuk meningkatkan hubungan dan pada cara
membantu klien masuk ke sumber-sumber personal mereka untuk membuat perubahan
positif dalam sikap dan perilaku mereka sendiri. Langkah-langkah meta mirror adalah sebagai berikut:
Langkah 1
Klien didudukan berhadapan dengan
kursi kosong. Lalu minta klien mengimajinasikan objek (bisa orang lain jika
permasalahan interpersonal, objek fobia jika masalah berkaitan dengan fobia)
duduk dikursi nyata yang ditempatkan di depannya. Dorong klien untuk
menciptakan visualisasi sepenuhnya. Kemudian Tanya bagaimana perasaan klien
saat memandang objek imajiner itu.
Langkah 2
Ubah posisi duduk klien sehingga ia
menduduki posisi yang semula berisi objek imajiner. Dalam posisi ini klien
diminta untuk mengimajinasikan dirinya sebagai orang lain yang duduk di kursi.
Lalu ajukan pertanyaan “saat kamu melihat dirimu sendiri apa yang kamu rasakan
?”. Di tahap ini, metafora “berdiri di atas sepatu orang lain” memungkinkan
klien untuk mendapat pendalaman akan dirinya dari sudut pandang orang lain.
Selain itu juga membuat klien untuk mengembangkan rasa empati.
Langkah 3
Bawa klien ke posisi yang bisa
dengan mudah melihat ke dua kursi sebelumnya. Hal ini membantu klien memiliki
perspektif baru. Pada tahap ini, klien bisa menjadi lebih relaks, lebih tenang
dan lebih percaya diri pada sesi terapi.
Langkah 4
Bawa klien ke posisi di mana ia bisa
melihat dengan jelas versi “dia” di posisi 1, 2, 3. Pada tahap ini, klien
diminta untuk mengabaikan sekitarnya dan benar-benar berfokus pada posisi
sebelum-sebelumnya. Ia diminta untuk membayangkan apa yang kurang dan perlu diperbaiki supaya
terjadi perubahan pada diri klien.
Langkah Akhir
Bertujuan untuk membawa klien supaya
bersentuhan dengan sumber-sumber paling besar pada diri mereka dalam konteks
perubahan atas diri. Agar bisa terjadi, maka klien perlu bisa kembali ke awal
dan mengalami kembali posisi tersebut, tetapi dengan semua sumber sudah
diidentifikasi dari observasi dia atas dirinya secara terpisah.
b.
Penanganan
Fobia dengan NLP
Teknik penanganan fobia dengan NLP
didasarkan pada teknik meta mirror dan
dapat dilakukan dengan menggunakan perumpamaan kita sedang menonton film di
gedung bioskop.
1. Situasi
Menakutkan
Luangkan waktu 1 menit dan
pikirkanlah situasi yang membuat anda takut. Ini dapat berupa pengalaman
menelpon dengan sambutan yang buruk, membuat sebuah presentasi, atau situasi
yang lain yang membuat anda takut. Pikirkan pengalaman cukup untuk mendapatkan
sedikit rasa takut saja. Anda harus memastikan bahwa anda bisa memperoleh jalan
masuk ke bagian dari diri anda yang menjadi sumber rasa takut.
2. Gedung
Bioskop
Sekarang, di dalam pikiran anda, bayangkan bahwa anda
sedang duduk dalam gedung bioskop yang besar. Lihatlah diri anda sendiri pada
layar dalam sebuah gambar tidak bergerak, sesaat sebelum anda pertama kali
dihinggapi rasa takut itu. Jika anda tidak dapat mengingat kapan pertama kali
dihinggapi rasa takut itu. Jika anda tidak dapat mengingat kapan pertama kali
anda mengalami ketakutan itu, maka pikirkan waktu lain di mana rasa takut ini
paling hebat anda rasakan.
3. Meninggalkan
Tubuh
Sekarang bayangkan melayang keluar dari tubuh dan naik
memasuki bilik proyektor, sehingga sekarang anda sedang melihat diri anda
sendiri juga pada layar. (untuk fobia ketinggian, jangan membayangkan naik ke
bilik proyektor, tetapi cukup bayangkan anda duduk sepuluh baris lebih ke
belakang dalam bioskop tersebut). Jangan berpindah dari bilik proyektor ini
sampai anda diberitahu untuk meninggalkannya.
4. Melihat
Sebuah Film
Sementara anda melihat diri anda sedang melihat diri anda
sendiri, juga mulailah untuk memutar film hitam putih tentang apa yang
benar-benar terjadi dalam situasi yang menakutkan tersebut dan lihatlah diri anda
menjalani pengalaman tersebut. Lanjutkanlah untuk melihat film itu dari bilik
proyektor, hingga anda mencapai akhir dari situasi ketika trauma berakhir,
dimana anda kembali selamat. Hentikanlah film pada titik tersebut dan buatlah
film itu menjadi gambar tidak bergerak dari diri anda setelah trauma berakhir.
5. Putar
Mundur Film Tersebut
Sekarang tinggalkan bilik proyeksi, masuklah kedalam
gambar tidak bergerak yang ada pada layar dan jalanilah pengalaman itu secara
mundur, dalam gambar berwarna, seolah-olah waktu berbalik dan anda sedang
dihisap mundur dengan mesin penghisap debu raksasa. Lakukan hal ini secara
cepat sekitar 1 hingga 1 setengah detik. Kerjakan langkah ini beberapa kali
lebih banyak jika anda percaya bahwa dengan demikian akan lebih membantu.
Ketika anda sudah selesai, secara fisik bangun dan gerakkan tubuh anda.
Lemaskan tangan anda dan ambil nafas yang dalam.
6. Pemeriksaan
Sekarang, pikirkanlah pengalaman itu kembali dan
perhatikan respon anda. Dalam pikiran anda, nilailah rasa takut anda pada suatu
skala anngka satu sampai sepuluh, dengan angka sepuluh menjadi angka yang
paling buruk. Jika rasa takut lebih dari angka 2, maka ulangilah keseluruhan
proses tersebut, sambil melakukan setiap langkah secara penuh kehati-hatian.
Adalah penting untuk berhati-hati, disaat anda menguji
perubahan yang baru saja anda ciptakan dalam dunia nyata. Contohnya, jika anda
takut di ketinggian, anda mungkin pergi ke tempat yangn tidak terlalu tinggi,
melihat sebuah jendela, dan memperhatikan bagaimana ketakutan anda sudah
berubah. Ujilah diri anda secara hati-hati dan perlahan, dengan memperhatikan
keselamatan pribadi anda. Persiapkan pengamanan yang perlu untuk situasi yang
berbahaya. Rasa takut anda mungkin saja menjauhkan anda dari situasi ini,
hingga anda tidak banyak memiliki pengalaman mengenai cara mengatasinya.
Beberapa situasi memang benar-benar memiliki kadar bahaya yang tidak bisa
dihindari, oleh karena itu penting untuk memperhatikan ini dan mempelajari
bagaimana cara untuk mengatasi secara hati-hati dan dengan informasi yang
lengkap.
c.
Teknik-Teknik
Lain dalam NLP
Salah satu bentuk teknik NLP yang berguna disebut future pacing. Pada future pacing, klien diminta untuk mengimajinasikan mereka
meninggalkan sesi terakhir terapi dan membayangkan betapa bernilainya sesi-sesi
yang telah berlangsung. Kemudian ajukan pertanyaan-pertanyaan seputar bagaimana
sesi-sesi terapi yang dijalani klien bisa sukses. Yang penting dari proses ini
adalah bisa merangkum apa yang secara naluriah diketahui klien yang bisa cocok
untuk mereka.
Dalam
NLP juga diterapkan modelling sebagai
bagian dari teknik NLP. Modelling
adalah suatui proses mengidentifikasi apa yang secara spesifik dan benar-benar
membuat seseorang menjadi sukses dalam beberapa perilaku. Kemudian kita meniru
tiap perilaku atau sumber-sumber yang membuat orang tersebut sukses dalam
bidangnya supaya kita juga mendapatkan kesuksesan serupa.