Yunani
2. Riwayat dan pemikiran Wundt.
(Hellenic
Period)
PSIKOLOGI SEBAGAI BAGIAN DARI FILSAFAT
PSIKOLOGI SEBAGAI BAGIAN DARI FILSAFAT
Ditulis oleh: DR. phil. Hana Panggabean
Pendekatan dan orientasi filsafat
masa Yunani yang terarah pada eksplorasi alam, empirical observations, ditandai
dengan kemajuan di bidang astronomi dan matematika, meletakkan dasar ciri
natural science pada psikologi, yaitu objective, experimentation and
observation, the real activity of living organism. Pertanyaan utama yang selalu
berulang :
Why do we
behave as we do?
Why are we able to generate reasonable explanation of some actions but not of others?
Why do we have moods?
Why do we seem to know what we know?
Why are we able to generate reasonable explanation of some actions but not of others?
Why do we have moods?
Why do we seem to know what we know?
Efforts to find ‘the cause’.
Comte: causal explanation adalah
indikator untuk perkembangan tahap intelektual bagi peradaban manusiaMasa Pra
Yunani Kuno : tahap intelektual masih primitif
yaitu theological/animism : atribusi ‘the cause’ pada dewa-dewa atau spiritual power. Contoh : Mesir
yaitu theological/animism : atribusi ‘the cause’ pada dewa-dewa atau spiritual power. Contoh : Mesir
Manusia adalah pihak yang lemah.
Perilaku ditentukan oleh kekuatan para spirit, maka tugas utama manusia adalah
menjaga hubungan baik dengan mereka dengan cara menjunjung tinggi otoritas para
spirit.
Kejayaan masa Yunani ditandai oleh
pemikiran dari tiga filsuf besar: Socrates, Plato, Aristoteles; walau masih
dipengaruhi pemikiran-pemikiran masa sebelumnya (masa Yunani Kuno).
Masa
Yunani Kuno (Cosmological Period)
Adalah masa transisi dari pola pikir
animisime ke awal dari natural science.
Penentu aktivitas manusia adalah
alam atau lingkungan. Pada masa ini perilaku manusia berusaha diterangkan
melalui prinsip-prinsip alam atau prinsip yang dianalogikan dengan gejala alam.
Ada 5 orientasi : naturalistic,
biological, mathematical, eclectic, dan humanistic.
- Naturalistic :
adanya elemen dasar bagi penentu kehidupan. Contoh : Thales (air), Anaximenes (udara).
Ide ttg permanence vs change dari zat yang dianalogikan kepada aktivitias manusia, menimbulkan ide ttg jiwa
Pola pikir deduktif : generalisasi gejala alam pada perilaku manusia - Biologic :
Mengangkat posisi manusia di atas gejala alam yang lain, memisahkan proses-proses pada manusia dari proses-proses yang ada pada mahluk lain di alam.
Proses-proses fisiologis primer untuk menjelaskan perilaku manusia
Tokoh : Hippocrates, Alcmeon, Empedocles. - Mathematical :
Pendekatan yang melangkah lebih jauh dari dasar dunia fisik, mengarahkan pada hal-hal yang logis tapi abstrak, merupakan bekal bagi kekuatan reason. - Eclectic :
Menentang ide adanya suatu prinsip dasar dan ‘kebenaran umum’. Idenya sangat mendasar berbeda dari orientasi lainnya.
Menekankan pada informasi sensoris, sangat operasional dan praktis
Sikap ilmuwan harus skeptik
Tokoh : The sophists- universal lecturers - Humanistic :
Fokus : rationality & intentionality. Ratio adalah penentu kehidupan manusia beserta segala konsekuensinya. Tokoh utama : Socrates.
Tokoh penerus Socrates : Plato & Aristoteles
Ketiga tokoh tersebut : search for
framework of human knowledge. Peletak dasar bagi kerangka pikir tipikal barat :
rational, logic, objective.
Disebarluaskan oleh Alexander Agung (murid Aristoteles) melalui ekspansi militer.
Disebarluaskan oleh Alexander Agung (murid Aristoteles) melalui ekspansi militer.
AKHIR MASA
HELLENISTIC
Pendekatan natural science dari Aristoteles disebarkan oleh muridnya, Alexander the Great melalui ekspansi militer sampai ke daerah Timur. Bersamaan dengan itu mulai juga masuk pandangan belahan dunia Timur ke Barat, terutama Persia, India, dan Mesir. Dengan runtuhnya kekuasaan Alexander the Great, pengaruh timur ini semakin kuat, ditandai dengan menguatnya pandangan spiritualitas menggantikan naturalisme.
Pendekatan natural science dari Aristoteles disebarkan oleh muridnya, Alexander the Great melalui ekspansi militer sampai ke daerah Timur. Bersamaan dengan itu mulai juga masuk pandangan belahan dunia Timur ke Barat, terutama Persia, India, dan Mesir. Dengan runtuhnya kekuasaan Alexander the Great, pengaruh timur ini semakin kuat, ditandai dengan menguatnya pandangan spiritualitas menggantikan naturalisme.
MASA
ROMAWI
1. Konteks sosial :
- Pemerintahan kekaisaran romawi
yang mendunia dengan tertib administrasi kependudukan yang kuat serta
jaminan akan ketentraman sosial.
- Pemikiran tentang manusia dan
alam menjadi lebih pragmatis, spesifik dan spesialis. Bangsa Romawi lebih
tertarik pada ilmu pengetahuan yang teknikal dan aplikatif, seluruhnya
diarahkan untuk memperkuat dominasi kekaisaran Romawi.
- Ide-ide dan pemikiran tentang
manusia berkembang subur, bahkan juga ide-ide ketuhanan
2. Pengaruh bagi perkembangan
pemikiran tentang manusia:
- Filsafat yang berkembang
memiliki konteks yang lebih terbatas dan spesifik, serta tampak dalam
bentuk yang nyata, misalnya ritual religi masyarakat Romawi.
- Fokus yang dibicarakan :
- dikotomi aktif-pasif, apakah
jiwa (yang menggambarkan manusia) adalah unsur yang aktif dan mandiri
terhadap lingkungan ataukah unsur yang pasif dan hanya bisa memberi
reaksi.
- dikotomi passion - reason
- manusia dipandang sebagai
makhluk yang kehidupannya didorong oleh usaha untuk mencari cara
‘menguasai’ keinginan fisik melalui penolakan dunia materiil dan mencari
kebenaran dalam alam dan Tuhan (Neoplatonism)
- Pengaruh pada pemikiran
tentang. nilai moral.
- Pemikiran pada masa Romawi
memberi jalan bagi berkembangnya kekristenan.
PENGARUH
KEKRISTENAN
1. Konteks sosial :
- masa penyebaran agama Kristen
dengan tokoh Yesus sebagai perwujudan “manusia sempurna” beserta
perilakunya yang harus jadi teladan.
- paham Tritunggal yang
mengandaikan x=3x
- gereja dan para ulamanya
berperan penting dalam masyarakat
- peran gereja menjadi dominan
dalam perkembangan intelektualitas di masyarakat, banyak cendekiawan
berlatar belakang ulama.
- secara gradual, gereja menjadi
penentu nilai di masyarakat dan berhak melakukan sensor atas tulisan atau
ide yang muncul. Gereja juga adalah penyelenggara pendidikan moral. Peran
gereja dirasakan kurang memuaskan dan tidak dapat memenuhi kebutuhan
masyarakat, maka muncul universitas-universitas di Eropa yang menawarkan
kebebasan berpikir secara lebih luas. Terjadi pertentangan antara gereja
dan masyarakat.
2. Pengaruh pada pandangan mengenai
manusia :
- Manusia bukan hanya physical
being, tetapi juga spiritual entity. Aspek spiritual tidak diatur oleh
hukum alam. Jiwa manusia (soul) ada pada dunia yang tidak nyata
(intangible), tidak dapat dibuktikan dengan mata, dan eksistensinya hanya
dapat dibuktikan lewat percaya (iman).
- Menempatkan ide Plato dalam
konteks kekristenan
- Usaha untuk menjelaskan
hubungan antara body and soul sebagai suatu dualisme, bukan sst yang harus
dipertentangkan, body dan soul masing-masing memiliki fungsi tersendiri.
BEBERAPA
TOKOH
St.
Agustinus
- Filsuf pertama pada masa
Kekristenan.
- Tuhan adalah kebenaran yang
menciptakan manusia, bumi dan surga. Jiwa manusia adalah image dari Tuhan.
- Pentingnya eksplorasi
spiritualitas sebagai usaha manusia untuk mendekatkan diri pada Tuhan.
Faktor materiil tidak penting, rationalitas juga tidak terlalu dapat
dipercaya. Maka pandangannya betul-betul merupakan kebalikan dari
pandangan natural science yang empiris dan objektif. Hanya melalui
transendensi manusia dapat sedekat mungkin dengan Tuhan dan berarti juga
sedekat mungkin dengan kebenaran.
- Sumbangan bagi psikologi :
metode introspective. Teknik utama manusia untuk melakukan
transendensi.
Dalam psikologi modern teknik ini
digunakan oleh beberapa aliran besar seperti strukturalisme (teknik utama untuk
menggali jiwa manusia), gestalt, dan psikoanalisa.
Thomas
Aquinas
- Mentransformasikan pandangan
Aristoteles ke dalam konsep-konsep kekristenan. Apa yang dikenal sebagai
reason oleh Aristoteles diterjemahkan sebagai soul oleh Aquinas. Maka soul
adalah sesuatu yang vital bagi manusia, tujuan utamanya adalah memahami
dunia, hal yang tidak dapat dilakukan oleh fisik manusia semata.
- Namun demikian, banyak act dari
soul yang membutuhkan tubuh fisik manusia sebagai kekuatan yang dapat
mewujudkannya.
- Sumbangan bagi
science/psikologi modern :
- Pengubahan mutlak dari
Aristoteles’ natural science
- Pengembangan dualisme
Sepanjang masa ini, perdebatan
mengenai manusia bergeser dari topik kehidupan yang luas, hubungan antara
manusia dengan lingkungannya /alam, ke arah pemahaman tentang kehidupan secara
lebih spesifik, yaitu hubungan antara aspek-aspek di dalam diri manusia itu
sendiri. Menunjukkan semakin mendalamnya perhatian dan concern awal mengenai
manusia itu sendiri. Meskipun demikian, pengaruh kuat gereja menyebabkan
pemikiran tentang manusia tidak bebas, dan otoritas ketuhanan tetap dijunjung
sebagai otoritas tertinggi.
Konteks
sosial dan intelektual
- Masa Rennaisance
Masa ini merupakan merupakan reaksi
terhadap masa sebelumnya, dimana pengetahuan bersifat doktrinal di bawah
pengaruh gereja dan lebih didasarkan pada iman. Reaksi ini sedemikian kuat
sehingga dapat dikatakan peran nalar menggantikan peran iman, ilmu pengetahuan
menggantikan tempat agama dan iman di masyarakat. Semangat pencerahan semakin
tampak nyata dalam perkembangan science dan filsafat melalui menguatnya peran
nalar (reason) dalam segala bidang, dikenal sebagai the age of
reason. Akal budi manusia dinilai sangat tinggi dan digunakan untuk
membentuk pengetahuan.
Masa Rennaissance ditandai dengan
bergesernya fokus pemahaman dari God-centeredness menjadi human-centerednes,
dikenal dengan istilah sekularisasi atau humanity. Tulisan-tulisan filsuf
terkenal seperti Plato, Aristoteles dan lain-lain dikaji untuk melihat
bagaimana pola pikir penulisnya dan konteks histories waktu tulisan itu dibuat.
Maka yang dicari adalah human truth dan bukan God truth.
Kesimpulan akhirnya adalah penerimaan bahwa kebenaran memiliki lebih dari satu
perspektif.
Masa Renaissance diikuti oleh masa
reformasi dari Luther dalam agama Kristen, yang memiliki dua arti penting.
Pertama, reformasi Luther semakin melemahkan pengaruh gereja dan mendukung
kemandirian manusia dalam mengelola imannya kepada Tuhan. Kedua dengan
peperangan yang ditimbulkan reformasi, terungkap pula sisi negative dari
kemanusiaan seperti penindasan, penderitaan, dan rasa tidak berdaya manusia.
- Masa Revolusi Ilmiah
Ada beberapa pandangan penting
tentang manusia pada masa ini :
Pola pikir yang lebih mekanistik
dalam memandang alam dan manusia. Itu berarti alam memiliki sistem, dapat
diramalkan, dan tidak tunduk pada hukum-hukum spritual belaka. Manusia juga
memiliki reason, kemampuan untuk berpikir logis dan dengan demikian tidak tunduk
total kepada hukum spiritual dan kesetiaan semata.
Penganjur :
·
- Teori Newton tentang gravitasi
- Heliosentris Copernicus
(bertentangan dg Galileo)
- Mind-body solution dari
Descartes
Nature philosophy : alam diatur
menurut hukum yang pasti, empirik dan dapat dibuktikan lewat eksperimen.
Memahami alam harus diikuti sikap mental pengujian fakta obyektif dan
eksperimental.
Implikasinya adalah munculnya
diskusi tentang. ‘knowledge’ yang menyebabkan perkembangan ilmu dan metode
ilmiah yang maju dengan pesat. Penekanan pada fakta-fakta yang nyata daripada
pemikiran yang abstrak. Ilmu-ilmu eksakta yang menggunakan pendekatan empiri
menjadi semakin dominan, sesuatu yang sampai sekarang juga masih dapat
dirasakan pengaruhnya. Pada masa ini ilmu fisikalah yang dikenal sebagai ‘the
queen of science’, dengan munculnya fisikawan besar seperti Newton.
2. A.
Sebagai bagian dari ilmu filsafat
pemikiran tentang manusia mau tidak
mau ikut terpengaruh, meskipun demikian psikologi belum siap menjadi ilmu yang
empiris karena diskusi tentang aktivitas manusia belum tuntas : apa yang
menjadi obyek studi psikologi ? Oleh karena itu diskusi di masa ini terfokus
pada hubungan soul-body dan bagaimana pengaruhnya dalam aktivitas manusia.
Pandangan dua tokoh utama :
Rene
Descartes (1596-1650)
- Menekankan pada pentingnya
self-awareness terhadap pengalaman kita, cogito ergo sum. Descartes
menjadi filsuf pertama yang menekankan kekuatan faktor internal manusia
sebagai satu-satunya kekuatan yang dapat dipercaya, dibandingkan dengan
faktor eksternal. Ide-ide spritual, pemahaman tentang dimenasi waktu dan
ruang, semua bersumber dari kekuatan internal, berbeda dari tradisi
berpikir filsuf sebelumnya yang menganggap pemikiran ini berasal dari
lingkungan eksternal.
- Ide tentang soul-body
melahirkan Cartesian dualism yang sangat populer dan digunakan oleh
para filsuf lainnya juga :
- Soul (dinyatakan dalam mind):
sebuah entity yang berbeda dan terpisah dari body, lebih mudah dipahami
oleh manusia karena ada proses self reflection/self awareness yang diasumsikan
inherent pada manusia.
- Body : entity fisik pada
manusia yang tunduk pada prinsip mekanisme fisiologis, sama seperti yang
terjadi pada hewan. Namun pada manusia, aktivitas fisik tunduk pada
perintah mind.
- Dengan demikian faktor mind-lah
(kemampuan untuk self-reflection) yang membedakan manusia dari binatang
dan menjadikannya makhluk yang secara intelektual lebih unggul.
Hubungan antara mind-body bersifat
psychophysical yang berpusat pada kelenjar pineal. Proses badaniah dipelajari
dalam bidang fisiologis dan aspek mind dipelajari oleh psikologi. Descartes
menjadi filsuf modern pertama yang mendefiniskan obyek studi psikologi sebagai
mind.
Gottfried
Wilhelm von Leibnitz (1646 – 1716).
- Berasal dari Jerman. Tradisi
filsafat Jerman sifatnya memandang proses mental secara lebih aktif. Body
and soul tidak dipandang sebagai dualism, tetapi lebih dipandang sebagai
aspek yang integratif dari aktivitas manusia. Mind memiliki unsur inherent
yang dinamis, yang memungkinkannya berperan aktif terhadap lingkungan.
- Pandangan yang lebih aktif ini
tidak lepas dari konteks politis Jerman pada masa itu yang lebih
bergejolak dibandingkan Inggris, dimana masih terjadi konflik antar agama
yang disertai juga dengan konflik regional (Perang 30 tahun).
- Leibnitz : “ Nothing is in the
intellect that has not been in the senses, except the intellect itself”.
Mind memiliki prinsip dan kategorinnya sendiri yang sifatnya innate dan
esensial untuk pemahaman. Idea sifatnya innate, maka proses berpikir
adalah proses yang terjadi tanpa henti , ada dimensi sadar dan tidak
sadarnya.
- Konsep monad sebagai energi
pendorong pada setiap makhluk. Yang juga akan menentukan keunikan
individu. Pada manusia, monad ini adalah mind.
menguatkan warna ‘natural science’ dari studi mengenai
manusia. Pandangan seperti ini dipegang oleh aliran empiricism.
Pandangan utamanya :
- Pengetahuan
berasal dari pengalaman. Tidak mengakui adanya pengetahuan yang sifatnya
bawaan. Diwakili oleh pandangan Locke tentang tabula rasa – manusia
lahir bersih seperti tabula rasa dan pembentukannya tergantung banyaknya
isi tabula rasa tsb.
- Pengalaman
bersumber pada pengolahan manusia, mulai dari pengolahan yang sederhana
seperti sensasi (Locke), persepsi sebagai satu-satunya proses pengolahan
(Berkeley) hingga yang lebih kompleks dan mendalam seperti refleksi.
- Pengetahuan
yang diperoleh dari pengolahan sederhana juga lebih sederhana namun lebih
obyektif daripada pengetahuan yang diperoleh melalui proses mendalam. Penyebabnya
adalah semakin sederhana, semakin sedikit melibatkan unsur subyektifitas
manusia.
- Mulai
memikirkan tentang hukum-hukum asosiasi, misalnya contiguity dan
similarity (Locke,Berkeley, Hume) dan cause-effect (Hume).
- Mind
diakui keberadaannya namun berbeda dari satu orang ke orang lain, karena
isinya ditentukan oleh pengalaman org tsb.
- Perbedaan
intensitas dalam obyektifitas, mulai dari pandangan yang hanya mengakui
keberadaan dunia riil (Locke) hingga yang lebih subyektif (Berkeley dengan
pandangan Tuhan sebagai sumber data dan Hume dengan penekanan pada
manusia).
- Sumbangan
utama pada psikologi : pengakuan adanya natural world and realistic world
sehingga pengujian empiris menjadi penting, pengakuan pentingnya unsur
pengalaman/lingkungan.
Tokoh-tokoh
Warna rasional dan empiris sangat kuat mewarnai pemikiran tokoh-tokoh empiris:
Warna rasional dan empiris sangat kuat mewarnai pemikiran tokoh-tokoh empiris:
Thomas Hobbes (1588 – 1679)
- Filsuf
ini berasal dari Inggris. Pada masanya Inggris sedang mengalami titik
puncak di bidang politik dan ekonomi, muncul sebagai kekuatan nasionalis
dominan di Eropa dan menguasai dunia dengan kolonisasinya. Oleh karena itu
pemikiran tentang politik berkembang subur di Inggris.
- Seorang
empiris sejati, menyatakan bahwa segala yang eksis dapat diamati, konsep matter
and motion.
- Mind
membentuk knowledge melalui asosiasi.. Sensasi yang dirasakan melalui
pengalaman manusia diasosiasikan dan membentuk pengetahuan.
John Locke (1632-1704).
- Berasal
dari negara dan konteks sosial yg sama dengan Hobbes. Juga seorang empiris
yang cukup berpengaruh pada jamannya. Sebagai seorang filsuf ia juga
terlibat secara aktif dalam politik.
- Hubungan
soul-body : There is nothing in the mind that was not first in the
senses. Faktor eksternal lebih kuat daripada faktor internal.
Dikuatkan pula dengan teori tabula rasanya.
- Sensasi-self
reflection-ideas. Meskipun pada awalnya mind dikembangkan melalui unsur
badaniah, namun kualitas mind penting bagi Locke. Dua mekanisme mental
yang penting : asosiasi dan self-reflection.
George Berkeley (1685 – 1753).
- Mengkritik
tajam Locke, memiliki pandangan yang bertentangan dengan Locke.
Seolah-olah realitas muncul dari konteks badaniah. Menurut Berkeley
realitas muncul dari persepsi kita yang didorong oleh prinsip asosiasi.
Jadi mind mendominasi body (seperti Descartes).
C. Asosiasionisme:
- Merupkan
aliran yang berkembang dari empirism. Sumber pengetahuan masih sekitar ide
dan sensasi (James Mill).
- Para
ahli di bidang ini menekankan pada prinsip asosiasi sebagai mekanisme
untuk mendapatkan pengalaman. Jadi isi dari mind adalah pengalaman yang didapatkan
melalui proses asosiasi terhadap rangsang lingkungan. Pemikiran tentang
asosiasi ini terutama berkembang di Inggris dan awal bagi penekanan pada
belajar dan memori.
- Penjelasan
asosiasi berfokus pada penemuan hukum-hukum asosiasi, seperti law of contiguity-informasi
yang muncul bersamaan secara saling sambung menyambung akan diasosiasikan
menjadi satu pengetahuan (Hartley, James Mill), law of similarity-
informasi yang sama akan dikaitkan, law of intensity-adanya kombinasi dari
elemen dasar yang membentuk sesuatu yang berbeda dari masing=masing
elemennya (John S. Mills) . Pada intinya, penginderaan dan feelings dapat
membentuk satu keterkaitan dan masuk bersama ke dalam mind sebagai satu
pengetahuan, sehingga apabila salah satu muncul yang lain akan ikut
dimunculkan (Bain)
- Inisiatif
untuk menjelaskan proses asosiasi melalui proses fisiologis, penggambaran
proses neurologis otak dan refleks syaraf, menjadi pelopor untuk
physiological psychology (cth. Hartley, Bain).
Usaha Menerangkan Psikologi secara Ilmiah Semu.
Ada masanya juga psikologi dicoba untuk dijelaskan melalui
beberapa ilmu yang berkembang tanpa metode yang betul-betul ilmiah. Ilmu –ilmu
ini dikenal sebagai ilmu semu, seperti phrenologi, phisiognomi, dan mesmerisme.
Gejala yang sampai sekarang terasa pada munculnya ‘parapsikologi’.
Psikologi sebagai bagian dari ilmu faal muncul pada abad 19
seiring dengan kemajuan ilmu alam (natural science) . Pada fase ini pemikiran
tentang manusia terus berkembang dan banyak dilakukan eksplorasi fisiologis manusia
secara empiris.Pada fase inilah mulai ada jawaban yang empirik dan ilmiah dari
pertanyaan-pertanyaan yang kerap muncul di masa lalu:
Apa itu jiwa (soul)?
Bagaimana bentuk konkritnya?
Bagaimana mengukurnya?
Bagaimana hubungan body-soul ?
Bagaimana bentuk konkritnya?
Bagaimana mengukurnya?
Bagaimana hubungan body-soul ?
Konteks keilmuan abad 19 :
·
Riset
empirik yang banyak dilakukan pada bidang fisiologis mencakup : aktivitas
syaraf, sensasi/penginderaan, dan fisiologis otak. Hasil riset pada ketiga
bidang ini sangat signifikan membuka wawasan mengenai manusia sehingga
memperkuat pandangan para ilmuwan saat itu akan pentingnya strategi empiris
yang sistematis dalam setiap bidang keilmuan.
·
Bagi
psikologi hasil-hasil ini memberi jalan untuk membangun dasar fisiologis bagi
operasi-operasi mental. Penting untuk memahami secara logis dan empiris
mengenai aktivitas mental itu sendiri
·
Menjelaskan
posisi ilmu psikologi modern yang dekat dengan bidang kedokteran dan psikiatri.
Francis Bacon (1561-1626)
·
Menganjurkan
metode induktif sebagai metode utama dalam science karena berangkat dari hasil
observasi terhadap sesuatu yang nyata. Dengan demikian ia menantang pendapat
Aristoteles dan the Scholastic bahwa metode deduktif – induktif sama kuatnya.
·
Dalam
konteks seperti di ataslah dikatakan bahwa Bacon ‘tidak setuju’ dengan
rasionalisme yang spekulatif, meskipun idenya sendiri juga sangat rasional.
·
Dengan
kembali pada fakta yang nyata, Bacon berharap science dapat terbebas dari
prinsip-prinsip yang spekulatif namun selama ini sangat kuat dipegang
Ada 3 pergerakan utama di bidang science yang mempengaruhi
berdirinya psikologi sebagai ilmu mandiri dan bagaiamana perkembangan disiplin
ilmu itu di abad 20 :
Kemajuan-kemajuan di bidang fisiologis,
meliputi riset-riset di bidang aktivitas syaraf , sensasi, dan otak yang
memberi dasar empiris bagi fungsi-fungsi yang sebelumnya dianggap fungsi dari
soul (jiwa), yang juga sebelumnya dianggap sangat abstrak.
Tokoh-tokoh penting :
·
Charles
Bell-Francoise Magendie : fakta bahwa syaraf sensoris dan motorik beroperasi
secara terpisah dan searah. Mengikis anggapan bahwa syaraf manusia mencover
keduanya, mengkomunikasikan informasi motorik kepada urat syaraf melalui
‘getaran’ yang diperoleh dari informasi sensoris.
·
Johannes
Mueller : lebih menekankan pada proses transmisi syaraf. Doctrine of Specific
Nerve Energies : transmisi syaraf adalah proses yang menjembatani antara sensed
object dengan mind. Maka awareness manusia, bukan semata-mata disebabkan oleh
objek tertentu, juga bukan karena jiwa, tapi diperantarai oleh proses transmisi
syaraf. Pandangan ini melengkapi penjelasan ttg peran mind dan consciousness
(cogito ergo sum) dan menjadi dasar bagi penelitian mengenai lokasi spesifik
dari fungsi tertentu di otak.
·
Marshall
Hall : refleks dikomandoi oleh syaraf tulang belakang (spinal cord) dan bukan
syaraf batang otak. Mendiferensiasikan gerakan tubuh ke dalam 4 kelompok :
voluntary movement, respiratory movement, involuntary movement, dan refleks.
Pandangannya ini memicu diskusi mengenai kesadaran yang sangat relevan bagi
perkembangan psikologi.
·
Paul
Broca (1824 – 1880), menemukan pusat Broca yang mengendalikan aktivitas bicara.
Ia merupakan tokoh penting dalam studi fisiologis otak. Studi ini berkembang
dari phrenology (Gall & Spurzheim), satu-satunya pendekatan yang waktu itu
berfokus pada otak . Fokus utama dari eksplorasi fisiologis otak adalah untuk
menemukan lokasi fisiologis dari bagian-bagian mental, bagian tertentu dari
otak yang merupakan central dari aktivitas mental manusia.
·
Pierre
Flourens (1794-1867), mencoba pendekatan dengan bukti non-pathological
(melengkapi Broca), menemukan pusat-pusat penting dari otak yaitu :
o Cerebral hemisphere : willing,
judging, memory, seeing, and hearing
o Cerebellum : motor coordination
o Medulla oblongata: mediation of
sensory and motor function
o Corpora quadrigemina : vision
o Spinal cord : conduction
o Nerves : excitation
·
Para
ahli yang bersibuk diri dengan studi fisiologis dari sensasi, berusaha
menguraikan anatomi dari reseptor indrawi dan menganalisis pengalaman
psikologis yang dihasilkan berdasarkan proses fisiologisnya. Tokoh : Thomas
Young (1773-1829) : trichromatic theory, Jan Purkinje (1787-1869) : hubungan
sistematis antara struktur mata dan syaraf ke otak untuk menjelaskan perceptual
error.
Psychophysics, adalah bagian dari disiplin ilmu
fisiologi yang memfokuskan pada subjective experience dalam mempelajari
hubungan antara stimulus fisik dan sensasinya. Sensasi yang dirasakan oleh
pancaindera manusia dipandang sebagai refleksi hubungan soul-body dan tidak
semata-mata dijelaskan dari sudut anatomi atau fisik saja. Psychophysics merupakan
tahap transisi yang krusial antara bidang fisiologis dengan awal pemunculan
psikologi sebagai sebuah disiplin ilmu. Oleh karena itu para tokoh
psychophysics dapat dianggap sebagai tokoh pendiri psikologi.
Tokoh-tokoh penting :
·
Gustav
Theodor Fechner : hubungan antara sensasi dan persepsi, menganggap psikofisik
sebagai sebuah ilmu eksak untuk menjelaskan hubungan antara body and mind. Ia
tidak setuju dengan materialism, yaitu bahwa mind harus selalu diwujudkan dalam
bentuk nyata baru bisa diteliti, sebaliknya ia berpegang pada tradisi pemikiran
Jerman dimana mind diangagp sebagai sesuatu yang aktif dan memiliki struktur
secara mandiri. Ia mengajukan ilmu empiris tentang mind dimana meningkatnya
bodily and sensory stimulations dianggap sebagai indicator atau measurement
untuk intensitas pengalaman mental.
Konsep utama : ambang atau threshold. (absolute threshold,
just noticeable threshold).
·
Hermann
von Helmholtz (1821-1894)
Seorang pelopor psikologi eksperimen, banyak menggunakan
waktu reaksi dalam penelitiannya, merupakan sesuatu yang masih banyak digunakan
dalam psi eksperimen sampai sekarang.
Konsepnya : unconscious inference : penyimpulan hasil
persepsi manusia diperoleh berdasarkan proses yang berulang sehingga akhirnya
menjadi sesuatu yang tidak disadari ,‘irresisitible’, sekali
terbentuk sulit secara sadar untuk dimodifikasi, dan digeneralisasi
kepada stimulus yang mirip di lingkungan. Konsep penting lain : unbewusster
schluss
Para tokoh psychophysics menunjukkan area studi yang tidak
dengan mudah diakomodasi dalam ilmu fisika, fisiologis, atau filosofi. Area
studi inilah yang berkembang menjadi obyek studi psikologi.
Evolusi, yang dikemukakan oleh Charles Darwin
(1809-1882) merupakan titik penting dalam pemikiran mengenai manusia karena
mengajukan ide bahwa keberadaan manusia merupakan bagian dari proses adaptasi
makhluk hidup dengan alam, manusia bukan secara spesial diciptakan dan dengan
demikian perbedaannya dengan makhluk lain hanya bersifat gradual, bukan
kualitas. Pandangan ini penting dan relevan sekali bagi perkembangan psikologi,
terutama memberikan ide mengenai individual difference, perbedaan antar
individu juga sifatnya hanya gradual, bukan kualitas.
Tokoh
penting :
Francis Galton (1822 – 1911) :
dikenal sebagai bapak psikologi eksperimental Inggris. Menampilkan aspek
praktikal dan kegunaan dari teori evolusi Darwin, mentransfer teori Darwin dari
konteks biologis ke dalam konteks perbaikan dalam masyarakat.
Perkembangan
dalam dunia psikiatri
Sumbangan dari dunia psikiatri terutama pada eksplorasi gejala-gejala patologis kejiwaan dan pengayaan dalam bidang metodologi. Bidang ini terutama terkait dengan psikologi klinis.
Sumbangan dari dunia psikiatri terutama pada eksplorasi gejala-gejala patologis kejiwaan dan pengayaan dalam bidang metodologi. Bidang ini terutama terkait dengan psikologi klinis.
Tokoh :
·
Kraepelin
: penggolongan psikosis, determinan fisiologis dari kelainan jiwa, penyusunan
tes psikologis untuk penderita kelainan jiwa.
·
Kretschmer:
hubungan bentuk tubuh dan kelainan kejiwaan, dan tipologi bawaan
Konteks
sosial dan intelektual
·
Pada
akhir abad 19, dengan perkembangan natural science dan metode ilmiah secara
mapan sebagaimana diuraikan di bagian sebelumnya, konteks intelektual Eropa
sudah ‘siap’ untuk menerima psikologi sebagai sebuah disiplin ilmu yang mandiri
dan formal.
·
Tanah
kelahiran psikologi adalah Jerman. Oleh karenanya munculnya psikologi tidak
dapat dilepaskan dari konteks sosial Jerman dan orientasi intelektual Wilhelm
Wundt, orang pertama yang memproklamirkan psikologi sebagai sebuah disiplin
ilmu.
1. Konteks
sosial Jerman
·
Konteks
ilmiah Jerman pada abad 19 ditandai dengan mulai berdirinya institusi
universitas dengan misinya untuk membentuk manusia berkualitas (berbudaya dan
memiliki integritas) dan penyedia tenaga kerja yang professional.
·
Ilmu
psikologi didefinisikan sebagai disiplin ilmu yang menyumbang pada pembentukan Bildungsburger,
culturally educated citizens. Maka psikologi juga dipengaruhi oleh
nilai-nilai kualitas manusia ideal Jerman. Sebagai sebuah ilmu yang hubungannya
paling dekat dan paling langsung dengan manusia, psikologi berada di antara dua
kepentingan : hubungannya dengan ilmu-ilmu yang kongkrit dan aplikatif dan
hubungannya dengan ilmu-ilmu kemanusiaan seperti filasafat, teologi.
·
Wundt
sendiri menganggap psikologi sebagai bagian dari filsafat. Namun dengan
berkembangnya karir pribadinya, ia mulai menentukan batas-batas yang dapat
dilakukan psi. sebagai sebuah ilmu alam, khususnya psikologi eksperimen. Dasar
berpikir Wundt tentang psikologi menunjukkan bagaimana posisi psikologi dalam
dua kepentingan itu sendiri. Baginya kesadaran manusia (consciousness) terdiri
dari elemen-elemen. Namun elemen ini tergabung dalam kesatuan yang lebih besar
melalui human will.
2. Riwayat dan pemikiran Wundt.
Wilhelm Wundt (1832-1920) dilahirkan
di Neckarau, Baden, Jerman, dari keluarga intelektual. Ia menamatkan studi
kesarjanaannya dan memperoleh gelar doktor di bidang kedokteran dan tertarik pada
riset-riset fisiologis. Ia melakukan penelitian di bidang psikofisik
bersama-sama dengan Johannes Mueller an Hermann von Helmholtz. Karya utamanya
pada masa-masa ini adalah Grundzuege der Physiologischen Psychologie
(Principles of physiological psychology) pada tahun 1873-1874.
Wundt memperoleh posisi sebagai professor dan mengajar di Universitas Leipzig dimana ia mendirikan Psychological Institute. Laboratorium psikologi didirikan pada tahun 1879, menandai berdirinya psikologi sebagai sebuah disiplin ilmu ilmiah. Di awal berdirinya laboratorium ini, Wundt membiayainya dari kantongnya sendiri sebagai sebuah usaha privat. Setelah tahun 1885, lab ini baru diakui oleh universitas dan secara resmi didanai oleh universitas. Laboratorium ini berkembang dengan pesat sebelum akhirnya gedungnya hancur dalam PD2.
Wundt memperoleh posisi sebagai professor dan mengajar di Universitas Leipzig dimana ia mendirikan Psychological Institute. Laboratorium psikologi didirikan pada tahun 1879, menandai berdirinya psikologi sebagai sebuah disiplin ilmu ilmiah. Di awal berdirinya laboratorium ini, Wundt membiayainya dari kantongnya sendiri sebagai sebuah usaha privat. Setelah tahun 1885, lab ini baru diakui oleh universitas dan secara resmi didanai oleh universitas. Laboratorium ini berkembang dengan pesat sebelum akhirnya gedungnya hancur dalam PD2.
Selama di Leipzing, Wundt adalah
seorang pengajar yang sangat produktif, membimbing 200 mahasiswa disertasi,
mengajar lebih dari 24.000 mahasisiwa, serta menulis secara teratur.Pada tahun
1900 ia memulai karya besarnya, Voelkerpsychologie, yang baru
diakhirinya pada tahun 1920, tahun dimana ia wafat. Karya ini berisi
pemikirannya tentang sisi lain dari psikologi, yaitu mempelajari individu dalam
society, tidak hanya inidvidu dalam laboratorium. Karya ini dapat dikatakan
sebagai jejak pertama Psikologi Sosial.
Pemikiran Wundt terbagi atas
beberapa point penting:
·
Adanya
‘an alliance between two science’, yaitu fisiologi dan psikologi. Fisiologi
adalah ilmu yang menginformasikan fenomena kehidupan sebagaimana yang kita
persepsikan melalui penginderaan eksternal sedangkan psikologi adlaah yang
memungkinkan manusia melihat ke dalam dirinya dari sisi internal dirinya
sendiri. Terkait dengan ikatan kedua cabang ilmu ini, ada beberapa pemikiran
penting:
o
Secara
metodologi aliansi ini berarti apparatus dan teknik pengukuran yang ada di
bidang fisiologi diaplikasikan kepada bidang psikologis, misalnya dengan waktu
reaksi. Berdasarkan hal inilah, Wundt menamakan cabang ilmu baru yang
ditemukannya ini sebagai psikologi eksperimental. Bagi Wundt metode eksperimen
lebih ‘layak’ digunakan untk eksplorasi mind daripada yang biasa digunakan,
yaitu ‘introspection’. Sebenarnya secara tradisional, Wundt bergantung pada
observasi introspektiv dari alam sekitar dan dunia, dimana dipisahkan antara
usaha untuk mengidentifikasi elemen-elemn mental dan mengidentifikasi proses
mental yang mengintegrasikan elemen-elemen tersebut ke dalam pengalaman atau
obyek yang koheren.
o
Dengan
aliansi ini psikologi menjadi lebih terbantu untuk menghadapi tantangan dunia
natural science. Ilmu psikologi yang secara tradisional mempelajari soul
(jiwa), kini mendapat justifikasinya selama elemen soul tsb di jabarkan ke
dalam elemen fisiologis terkecil, misalnya susunan system syaraf. Maka
dimungkinkan juga terjadinya reduksionism operasi mental ke dalam operasi
neurologis.
o
Melalui
aliansi dengan ilmu yang lebih mapan kedudukannya seperti ilmu fisiologis,
psikologi lebih mudah diterima dalam khasanah ilmu pengetahuan sebagai sebuah
ilmu yang mandiri
·
Pandangan
tentang psikologi sebagai ilmu dan metodenya.
·
Pemahaman
Wundt tentang psikologi relatif konstan, yaitu “..as the study of the mind and
the search for the laws that govern it..” (Leahey, 2000 : 253). Namun demikian,
pandangannya mengenai metode paling tepat untuk menggali mind dan ruang lingkup
mind itu sendiri berubah sejalan dengan perkembangan kematangan
intelektualitasnya.
Pada awalnya, Wundt menggolongkan
bahwa mind mencakup proses-proses ketidaksadaran / unconciousness
(sebagai karakteristik dari soul). Metode eksperimen adalah jalan untuk membawa
penelitian tentang mind dari level kesadaran (consciousness) kepada
proses-proses yang tidak sadar. Dengan kata lain, metode eksperimen adalah cara
untuk membawa mind ke dalam batas-batas ruang lingkup natural science yang
obyektif dan empiris.Dalam perkembangannya, Wundt mengakui bahwa metode
eksperimental dalam psikologi fisiologi sangat kuat untuk menggali
elemen-elemen soul yang mendasar (misalnya persepsi, emosi, dll). Namun di atas
fenomena-fenomena mendasar ini masih ada proses-proses mental yang lebih tinggi
(higher mental process) yang mengintegrasikan fenomena dasar tsb. Higher mental
process ini muncul dalam bentuk kreativitas mental dan menjadi kekuatan sebuah
peradaban dan bersifat abadi, yaitu : bahasa, mitos, custom, budaya. Pada tahap
ini Wundt membatasi fungsi soul hanya pada tahap kesadaran. Proses-proses
ketidaksadaran tidak lagi menjadi fokus dari ‘study of the mind’.Research
Method for Psychology, adalah fokus pemikiran Wundt selanjutnya. Idenya
tentang metode juga berkembang sejalan dengan kematangan proses intelektualnya.
Metode yang pertama kali dianjurkan
Wundt sebagai strategi ilmiah untuk eksplorasi psikologis adalah eksperimental
self-observation/introspection, pengembangan dari metode perenungan (armchair
subjective introspection) yang sering dipakai dalam filsafat. Metode ini
dilakukan oleh Wundt dg cara sangat terkontrol sehinga dapat direplikasi.
Metode ini dilakukan di bawah pengawasan ketat dari seorang eksperimenter yang
terlatih. Subyek dimasukkan ke dalam situasi lab yang terkontrol dan diminta
melaporkan secara sistematis pengalaman yang dihasilkan dari situasi tersebut.
Eksperimenter mencatat hasil ini secara mendetil.
Metode eksperimental introspection
di atas sangat diutamakan oleh Wundt dalam penelitian-penelitiannya pada masa
ia memahami mind sbagai studi yang mencakup unconsciousness. Metode ini
dianggap lebih unggul daripada introspeksi yang tradisional (armchair
introspection) karena lebih mampu menjangkau tahap unconsciousness daripada
yang terakhir.Selain eksperimental introspection, Wundt menemukan metode lain,
yaitu comparative-psychological dan historical-psychological.
Metode eksperimental introspection hanya bermanfaat pada subyek dewasa yang
normal. Untuk anak-anak, binatang, dan individu dengan gangguan kejiwaaan
dilakukan comparative-psychological guna melihat perbedaan mental
mereka. Sedangkan historical-psychological adalah metode untuk melihat
perbedaan mental individu dari ras dan kebangsaan yang berbeda. Sebagai seorang
yang dipengaruhi pemikiran Darwin, Wundt percaya bahwa perkembangan psikologis
individu dapat dipelajari dengan cara melihat sejarah perkembangan manusia itu
sendiri. Pada saat pandangan Wundt tentang mind terfokus pada level kesadaran,
metode introspection mulai dibatasi penggunaannya, dan Wundt beralih pada
metode eksperimen laboratorium modern, dimana yang dipentingkan adalah
kemungkinan duplikasi yang eksak.
Fokus studi Wundt dapat dilihat
melalui dua karya besarnya, Principles of Physiological Psychology dan Voelkerpsychologie.
Principles
of Physiological Psychology, dalam
karyanya ini Wundt memfokuskan pada hasil-hasil eksperimennya tentang ingatan,
emosi, dan abnormalitas kesadaran.
Hasil eksperimen tentang ingatan
akan simple ideas menghasilkan jumlah ide sederhana yang dapat disimpan dalam
ingatan manusia (mind), fakta bahwa ide yang bermakna akan lebih diingat
daripada yang muncul secara random, serta karakteristik dari kesadaran manusia
yang bersifat selektif. Konsep penting yang muncul adalah apperception,
suatu bentuk operasi mental yang mensintesakan elemen mental menjadi satu
kesatuan utuh, juga berpengaruh dalam proses mental tinggi seperti analisis dan
judgement. Studi Wundt tentang emosi dan feelings menghasilkan pembagian
kutub-kutub emosi ke dalam tiga dimensi :
·
o
Pleasant
vs unpleasant
o
High
vs low arousal
o
Concentrated
vs relaxed attention
Teori ini dikenal sebagai the three
dimensional theory namun bersifat kontroversial.Ide tentang abnormalitas
kesadaran dari Wundt dibangun melalui diskusi-disksui dengan para psikiater
terkenal masa itu, Kretschmer dan Kraepelin. Ide Wundt tentang schizoprenic
adalah hilangnya kontrol appersepsi dan kontrol dalam proses atensi. Akibatnya
proses berpikir hanya bersifat rangkaian asosiasi ide yang tidak terkontrol.Voelkerpsychologie,
adalah karyanya yang berfokus pada metode historical psychological. Mind
individu adalah hasil dari sebuah perkembangan species yang panjang. Maka usaha
untuk memahami perkembangan mind harus dilakukan dengan cara menjajagi
perkembangan sejarah peradaban manusia. Sejarah adalah cara untuk sampai pada
psikologi manusia secara intuitif.
Dalam eksplorasi sejarah
perkembangan ini, Wundt sampai pada kajian yang detil dan sistematis tentang
perkembangan bahasa manusia. Hasil kajian ini dianggap sebagai prestasi besar
dalam dunia psikologi dan meletakkan dasar bagi bidang psikolinguistik. Wundt
memandang bahasa dalam dua seginya, dari aspek linguistik dan aspek kognitif.
Bahasa menggambarkan bagaiamana proses kognitif berjalan dan menggambarkan juga
tingkat abstraksi individu.Jasa utama Wundt dalam bidang psikologi adalah
usahanya untuk memperjuangkan diterimanya psikologi sebagai sebuah disiplin
ilmu yang mandiri. Ide-ide Wundt sendiri tidak bertahan lama dan bahkan
murid-muridnya tidak banyak mempopulerkan pemikirannya. Dalam konteks
perkembangan psikologi sebagai sebuah disiplin ilmu,Wundt lebih tepat dianggap
sebagai seorang figur transisi yang menjembatani aspek filosofis dari psikologi
di masa lalu dengan ciri terapan dan natural science dari psikologi di masa
depan. Para murid Wundt juga lebih tertarik untuk mengembangkan psikologi ke
dua arah tsb : natural science dan applied science.
3.
Strukturalisme: E.B. Titchener
E.B. Titchener adalah salah satu
murid Wundt yang dianggap paling mendukung pandangan Wundt, meskipun sebenarnya
banyak pandangan Wundt yang ditentangnya, dan akhirnya dia mengembangkan
alirannya sendiri, structural psychology.
Titchener berkebangsaan Inggris. Ia
belajar di Oxford dalam bidang filsafat sebelumnya beralih ke fisiologi.
Berdasarkan pengalamannya menterjemahkan buku Wundt ke dalam bahasa Inggris,
Titchener tertarik pada ajaran Wundt dan pindah ke Leipzig untuk menjadi murid
Wundt. Setelah menempuh pendidikan di bawah Wundt dan sempat mengajar sebentar
di Inggris, Wundt pindah ke Amerika, mengajar di Cornell University hingga
akhir hayatnya di tahun 1927. Selama masa tinggalnya di Amerika ini structural
psychology yang dijalaninya menemukan tantangan pada aliran Psikologi lainnya
yang khas Amerika, seperti fungsionalisme dan behaviorisme. Namun Titchener
tidak terpengaruh kepada dua aliran besar tsb dan tetap berpegang pada
strukturalisme hingga akhir hayatnya.
Aliran strukturalisme mendasarkan
diri pada konsep utama Titchener, yaitu sensation. Konsep utama ini
membawanya kepada pertentangan dengan Wundt dan konsep apperceptionnya. Berbeda
dengan apperception yang merupakan hasil kesimpulan, sehingga masih
memungkinkan subyektivitas, sensation adalah hasil pengalaman langsung,
sehingga lebih obyektif. Lagipula proses atensi yang menjadi fungsi
apperception selalu dapat dikembalikan kepda sensasi menurut Titchener
Tiga pemikiran utama strukturalisme
Titchener:
·
Identifikasi
elemen sensation yang mendasar. Semua proses mental yang kompleks dapat
direduksi ke dalam elemen mendasar ini. Sebagai contoh, Titchener menemukan
30.500 elemen visual, empat elemen pengecap, dsb. Titchener menggunakan metode
experimental introspection untuk menggali elemen sensasi dasar ini, metode yang
dipelajarinya dari Wundt. Namun di tangan Titchener, metode ini lebih
elaboratif, karena sifatnya tidak hanya deskriptif tetapi juga analisis yang
retrospektif.
·
Identifikasi
bagaimana elemen dasar sensasi ini saling berhubungan untuk membentuk persepsi,
ide dan image yang kompleks. Hubungan ini bersifat dinamis dan selalu berubah
sesuai dengan berubahnya elemen dasar, jadi bukan proses asosiasi.
·
Menjelaskan
bekerjanya mind. Titchener tidak setuju bahwa mind dijelaskan melalui proses
psikologis (higher mental process) seperti yang dilakukan Wundt. Mind harus
dijelaskan berdasarkan proses fisiologis, yaitu aktivitas sistem syaraf. Karena
proses fisiologis lebih observable daripada proses psikologis.
Aliran strukturalisme tidak
berkembang menjadi aliran yang besar. Aliran ini menghilang bersamaan dengan
wafatnya Titchener.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
thank you