SNOW


TUD'S EDUCATION

Minggu, 20 November 2011

NLP


Sejarah NLP
            Pada awal tahun 1970-an, Richard Bandler, seorang mahasiswa matematika Universitas California Santa Cruz menemukan bahwa jika kita secara lengkap mengulangi pola-pola tingkah laku pribadi seseorang dapat menbuahkan hasil-hasil yang positif yang mirip dengan orang tersebut. Penemuan ini menjadi dasar bagi pendekatan pertama NLP.
            Kemudian ia berjumpa dengan pendiri NLP lainnya, rektor John Grinder yang memiliki kemampuan cepat menyerap bahasa, memperkirakan aksen dan tingkah laku kultural yang telah disempurnakan ketika bergabung dengan pasukan khusus angkatan darat bersenjata AS. Minat John sepadan dengan tujuan linguistic untuk menyingkatkan tata bahasa yang tersembunyi dari pikiran dan tindakan. Akhirnya mereka bersama-sama melakukan penelitian dengan mengkombinasikan pendekatan linguistik Grinder dan Programming Bandler.
            Bandler dan Grinder berusaha menemukan apa yang sebenarnya berfungsi untuk mencapai hasil positif untuk klien terapi, dengan cara menguji keterkaitan antara perilaku aktual si terapis dengan pemikiran dan perasaan klien. Untuk percobaan penelitian Richard Bandler memodel dirinya seperti Fritz Perls seorang psikiater Jerman sampai meniru menumbuhkan jenggot, merokok terus menerus dan berbicara bahasa Inggris beraksen Jerman. Grinder juga meniru menggunakan pola verbal- non verbal Perls.  
            Bandler dan Grinder mulai mempelajari orang-orang yang mengalami beragam kesulitan, mereka memperhatikan bahwa setiap orang memiliki pobia, justru memikirkan apa pun yang mereka takutkan seakan-akan hal itu sedang terjadi pada mereka saat itu. Ketika mereka mempelajari orang yang telah menghilangkan fobia, mereka menemukan masing-masing orang berpikir mengenai pengalaman fobia mereka seolah-olah sedang menyaksikan roller coaster dari kejauhan.
            Bandler dan Grinder memutuskan secara sistematis mengajar orang-orang yang mempunyai fobia untuk mengalami rasa takut mereka seolah-olah mereka sedang menyaksikan dari kejauhan. Perasaan fobia mereka lenyap dalam sekejap. Hal itulah yang mendasari NLP bagaimana orang berpikir mengenai sesuatu, menciptakan perbedaan penting dalam bagaimana mereka akan mengalaminya.
            Kemudian mereka bertemu dengan Dr. Wilton H. Ericson, ahli hipnotis terkemuka di dunia. Dr. Ericson adalah seorang anak muda di wilayah pertanian Winconsin yang menderita polio. Karena sulit bernafas ia berbaring di sebuah tabung respirator dalam dapur keluarga lebih dari 1 tahun. Ericson terpesona dengan tingkah laku manusia dan menghabiskan waktu memperhatikan keluarga dan teman-teman bereaksi satu sama lain, secara sadar dan tidak sadar. Setelah cukup sehat untuk meninggalkan tabung respiratornya, ia belajar berjalan dengan memperhatikan bagaimana adik perempuannya yang masih bayi belajar melakukannya. Ericson juga melakukan perjalanan lintas alam dengan kano sebelum kuliah dimana ia akhirnya berhasil memperoleh gelar kedokteran dan psikologi. Pengalaman-pengalaman penderitaan pribadinya telah membuatnya sensitif terhadap pengaruh bahasa dan tingkah laku halus. Ketika belajar kedokteran ia tertarik dengan hipnosis. Ia memperhatikan pemikiran dan perasaan yang melintas di pikiran pasiennya, mereka sejenak terhipnosis yang alamiah.
            Bandler dan Grinder bertemu dengan Ericson untuk menerapkan keahlian memodel mereka yang baru dikembangkan pada para ahli hipnosis berbakat. Kombinasi dari keahlian hipnosis Dr. Ericson dan keahlian memodel Bandler dan Grinder menjadi dasar penemuan teknik baru yaitu NLP.


2.2 Pengertian NLP
            Neuro-Linguistic Programming (NLP) adalah model komunikasi interpersonal dan merupakan pendekatan alternative terhadap psikoterapi yang didasarkan kepada pembelajaran subyektif mengenai bahasa, komunikasi, dan perubahan personal. NLP diawali pada sekitar tahun 1970-an oleh Richard Bandler dan John Grinder. Semula pembahasan lebih terpusat pada berbagai “hal beda yang dapat membuat perbedaan” antara individu “unggul” dengan individu “rata-rata”. Guna memahami lebih lanjut akan perbedaan tersebut, mereka melakukan serangkaian pemodelan pada berbagai aspek dari individu “unggul”, seperti berbagai perilaku dalam menerima serta menyikapi lingkungan sekitar. Hal itu berujung pada pemahaman mengenai mekanisme kerja pikiran. Sehingga NLP berisikan berbagai presuposisi mengenai mekanisme kerja pikiran dan berbagai cara individu dalam berinteraksi dengan lingkungan dan antar sesamanya, disertai dengan seperangkat metode untuk melakukan perubahan.
            Secara sistematik, Neuro dapat diartikan sebagai berbagai mekanisme yang dilakukan individu dalam menginterpretasikan informasi yang didapat melalui panca indra dan berbagai mekanisme pemprosesan selanjutnya di pikiran. Linguistic ditujukan untuk menjelaskan pengaruh bahasa yang digunakan pada diri maupun pada individu lain yang kemudian membentuk pengalaman individu akan lingkungan. Programming dapat diartikan sebagai berbagai mekanisme yang dapat dilakukan untuk melatih diri seorang individu (dan individu lain) dalam berpikir, bertindak dan berbicara dengan cara baru yang lebih positif. Walaupun pikiran individu telah memiliki program “alaminya”, yang didapat baik melaluipewarisan secara genatis maupun melalui berbagai pengalaman, individu tetap dapat melakukan peprogaraman ulang sehingga dapat bertindak lebih efektif.
            William James (dalam Andreas & Faulkner, 1998) mengatakan bahwa manusia akan dapat merubah aspek luar kehidupan mereka dengan cara mengubah sikap yang ada dalam pikiran mereka. Salah satu metode yang sangat efektif dan sudah terkenal untuk mengubah pola pikir yang negatif menjadi positif untuk pencapaian fungsi manusia yang optimal adalah Neuro Linguistic Programming (NLP).
            Neuro Lingustic Programming (NLP) merupakan salah satu cara yang membuat seseorang dapat mampu untuk memetakan semua proses yang terjadi di dalam otaknya (didasarkan pada pengalaman-pengalamannya) adalah dengan memprogram fungsi neuro-nya (otaknya) dengan menggunakan bahasa (linguis) yang disebut dengan Neuro-Linguistic Programming (NLP). Latihan-latihan NLP dalam prakteknya, memberikan berbagai perubahan pada aspek-aspek kehidupan luar seseorang, salah satunya adalah meningkatkan penghargaan dan penilaian terhadap diri sendiri (Andreas & Faulkner, 1998 : 14).
2.3 Konsep-konsep NLP
            Menurut Bandler (April 2003, http: //www.pureNLP.com), munculnya konsep-konsep dan teknik yang dikembangkan NLP didasarkan pada dua keyakinan awal, yaitu :
a)         Semua perilaku manusia memiliki struktur, dan struktur tersebur dapat dimodel (ditiru) dan dapat diubah (re-program)
b)        Suatu cara untuk mengetahui apa yang efektif dan berguna bagi manusia adalah melalui keterampilan perseptual.
2.4 Unsur-unsur NLP
            Reframing adalah membuat sudut pandang baru atas suatu pengalaman. Individu dapat merubah cara berpikir mengenai suatu hal dengn mengubah bahasa yang digunakan. Mengganti penyebutan dari “masalah” menjadi “tantangan” adalah salah satu contohnya. Hal itu tidak akan merubah situasi, namun dapat merubah cara bersikap sehingga setelahnya merubah cara dalam berperilaku.
            Individu lebih mudah mendapatkan solusi ketika merubah posisinya, karena perubahan posisi dapat merubah persepsi. Ketika individu berada pada suatu konflik, usahakan agar dpt memposisikan diripada individulain,membayangkan jalan pikirannya berkenaan dengan masalah tersebut. Sehingga, individu bersangkutan mendapatkan pemahaman baru.
            Model atas suatu pengalaman yang dibuat oleh individu tidak sama dengan pengalaman yang sebenarnya. Kerncuan model pada akhirnya mengarah pada kerancuan cara bertindak. Guna mencegah hal tersebut, individu perlu mendapatkan model presisi (precision modelling). Model presisi memungkinkan individu membentuk meta-model (meta = di atas, model atas model itu sendiri) sehingga individu mendapatkan model yang berbeda dari model yang sebelumnya. Hal ini memungkinkan individu untuk kemudian memilih model yang disukai diantara model yang tersedia. Pemodelan presisi mengidentifikasi berbagai cara khas dalam membatasi suatu pengalaman.
Beberapa contoh dari pemodelan presisi dapat diberikan sebagai berikut :
a.       Penghapusan (Deletions), contoh : saya tidak mengerti – Apa yang secara spesifik tidak Anda mengerti?
b.      Universal quantifiers (selalu, semua, setiap, dan lainnya), contoh : Setiap orang membenci saya—Setiap orang? Setiap orang di bumi?
c.       Comparative deletions, contoh : Saya ingin menjadi seorang yang lebih baik – Lebih baik dari apa?
            Juga penting bgi individu untuk benar-benar spesifik dalam menentukan tujuan. Gunakan kata-kata yang positif untukmenggambarkn secara spesifik berbagai hal yang diinginkan (dibandingkan dengan hal yng dihindari).   
2.5 Empat Pilar Utama NLP
NLP memiliki empat pilar utama. Adapun keempat pilar tersebut adalah:
1.      Hasil (Outcome)
Sebelum memulai suatu komunikasi, terlebih dahulu individu perlu mengenali hasil akhir yang diinginkan. Pemahaman sepenuhnya atas hasil yang ingin didapatkan sangat membantu proses pencapaian. Ketika individu benar-benar memahami hasil akhir dari komunikasi yang dilakukan, maka dirinya dapat dengan mudah mengarahkan seluruh komunikasi ke hasil akhir tersebut.     
2.      Rapport
Rapport merupakan inti dari komunikasi yang efektif. Salah satu cara untuk membantu rapport adalah dengan mengikuti (pacing) lawan bicara, contohnya dengan menyamakan bahasa tubuh, laju nafas dan lainnya. Hal ini didasari karena setiap individu hanya menyukai individu yang serupa.
3.      Akuitas Sensorik
Akuitas sensorik adalah kemampuan menggunakan panca indra untuk mengamati individu lain secara cermat tanpa asumsi apapun penilaian tertentu sebelumnya sehingga individu dapat memberikan respon dengan rapport yang maksimal. 
4.      Fleksibilitas
Guna mencapai hasil akhir yang diinginkan, individu membutuhkan fleksibilitas. Hal ini disebabkan karena terkadang metode komunikasi yang digunakan tidk bekerja sesuai yang diharapkan. Sehinnga, untuk tetap mencapai hasil akhir yang diinginkan, individu perlu mengganti strategi komunikasinya. Dengan memiliki fleksibilitas dalam komunikasi, kemungkinan mencapai hasil akhir semakin besar.
2.6 Presupposition dalam NLP
            Merupakan sikap-sikap dan prinsip-prinsip inti yang melandasi semua pendekatan dan teknik dalam NLP. Presupposition  tidak terbukti benar dank lien tidak harus percaya bahwa itu benar. Presupposition dalam NLP :
1.      Peta bukanlah wilayah sesungguhnya
2.      Pengalaman memiliki struktur
3.      Jika seseorang dapat melakukan sesuatu, siapapun dapat belajar melakukannya
4.      Pikiran dan tubuh adalah bagian-bagian dari sebuah sistem yang sama
5.      Manusia telah memiliki segala sumber daya yang mereka perlukan
6.      Anda tidak dapat tidak berkomunikasi
7.      Esensi dari komunikasi adalah respon yang kita terima
8.      Sikap tingkah laku didasari sebuah maksud yang positif
9.      Manusia selalu memilih yang terbaik yang tersedia bagi mereka
10.  Jika apa yang sedang anda kerjakan tidak berhasil, lakukan sesuatu yang lain
2.7 Kerangka Kerja NLP
Menurut Carol Harris ( 2003: 52-64 ), kerangka kerja NLP adalah sebagai berikut:
  1. The Experiental Array ( susunan atau rangkaian pengalaman )
Rangkaian ini memiliki lima elemen yang memiliki kontribusi terhadap performance, yaitu:
    • Outcomes ( hasil )
    • Behavior ( perilaku )
    • Mental strategi ( thoughts ) – strategi mental ( pemikiran )
    • Emotional state ( feelings ) – keadaan emosi ( perasaan )
    • Belief and value ( keyakinan dan nilai )
  1. Neurological levels ( level-level neurology )
Kerangka kerja ini memiliki 6 level dasar, yaitu :
a.             Lingkungan ( merupakan tempat dimana segala sesuatu terjadi )
b.            Perilaku ( apa yang dilakukan oleh seseorang )
c.             Kemampuan ( bagaimana seseorang melakukan suatu aksi )
d.            Keyakinan ( alasan dari seseorang melakukan sesuatu )
e.             Identitas ( apa yang orang pikirkan tentang diri mereka sendiri )
f.             Spiritualitas
g.             
2.8 Teknik-teknik dalam NLP
            Yang menentukan kesuksesan terapi NLP adalah rapport yang baik. Terapi harus mampu membangun rapport yang baik sehingga klien mempercayakan permasalahannya untuk dapat diselesaikan oleh terapis. Beberapa teknik-teknik yang digunakan dalam terapi adalah sebagai berikut :
a.      Meta-Mirror
            Aspek paling signifikan dari teknik meta mirror adalah fokus beban tanggung jawab atas perubahan dalam masalah itu berada di pundak klien dan bukan hal lain dalam masalah itu. Contohnya jika klien mengalami fobia ketinggian, tanggung jawab hilang atau tidaknya fobia tersebut tergantung pada klien, bukan pada fobia itu sendiri. Teknik meta mirror memfokuskan klien pada apa yang mereka sendiri bisa lakukan untuk meningkatkan hubungan dan pada cara membantu klien masuk ke sumber-sumber personal mereka untuk membuat perubahan positif dalam sikap dan perilaku mereka sendiri. Langkah-langkah meta mirror adalah sebagai berikut:
Langkah 1
            Klien didudukan berhadapan dengan kursi kosong. Lalu minta klien mengimajinasikan objek (bisa orang lain jika permasalahan interpersonal, objek fobia jika masalah berkaitan dengan fobia) duduk dikursi nyata yang ditempatkan di depannya. Dorong klien untuk menciptakan visualisasi sepenuhnya. Kemudian Tanya bagaimana perasaan klien saat memandang objek imajiner itu.
Langkah 2
            Ubah posisi duduk klien sehingga ia menduduki posisi yang semula berisi objek imajiner. Dalam posisi ini klien diminta untuk mengimajinasikan dirinya sebagai orang lain yang duduk di kursi. Lalu ajukan pertanyaan “saat kamu melihat dirimu sendiri apa yang kamu rasakan ?”. Di tahap ini, metafora “berdiri di atas sepatu orang lain” memungkinkan klien untuk mendapat pendalaman akan dirinya dari sudut pandang orang lain. Selain itu juga membuat klien untuk mengembangkan rasa empati.
Langkah 3
            Bawa klien ke posisi yang bisa dengan mudah melihat ke dua kursi sebelumnya. Hal ini membantu klien memiliki perspektif baru. Pada tahap ini, klien bisa menjadi lebih relaks, lebih tenang dan lebih percaya diri pada sesi terapi.
Langkah 4
            Bawa klien ke posisi di mana ia bisa melihat dengan jelas versi “dia” di posisi 1, 2, 3. Pada tahap ini, klien diminta untuk mengabaikan sekitarnya dan benar-benar berfokus pada posisi sebelum-sebelumnya. Ia diminta untuk membayangkan  apa yang kurang dan perlu diperbaiki supaya terjadi perubahan pada diri klien.
Langkah Akhir
            Bertujuan untuk membawa klien supaya bersentuhan dengan sumber-sumber paling besar pada diri mereka dalam konteks perubahan atas diri. Agar bisa terjadi, maka klien perlu bisa kembali ke awal dan mengalami kembali posisi tersebut, tetapi dengan semua sumber sudah diidentifikasi dari observasi dia atas dirinya secara terpisah.

b.      Penanganan Fobia dengan NLP
            Teknik penanganan fobia dengan NLP didasarkan pada teknik meta mirror dan dapat dilakukan dengan menggunakan perumpamaan kita sedang menonton film di gedung bioskop.
1.      Situasi Menakutkan
            Luangkan waktu 1 menit dan pikirkanlah situasi yang membuat anda takut. Ini dapat berupa pengalaman menelpon dengan sambutan yang buruk, membuat sebuah presentasi, atau situasi yang lain yang membuat anda takut. Pikirkan pengalaman cukup untuk mendapatkan sedikit rasa takut saja. Anda harus memastikan bahwa anda bisa memperoleh jalan masuk ke bagian dari diri anda yang menjadi sumber rasa takut.
2.      Gedung Bioskop
            Sekarang, di dalam pikiran anda, bayangkan bahwa anda sedang duduk dalam gedung bioskop yang besar. Lihatlah diri anda sendiri pada layar dalam sebuah gambar tidak bergerak, sesaat sebelum anda pertama kali dihinggapi rasa takut itu. Jika anda tidak dapat mengingat kapan pertama kali dihinggapi rasa takut itu. Jika anda tidak dapat mengingat kapan pertama kali anda mengalami ketakutan itu, maka pikirkan waktu lain di mana rasa takut ini paling hebat anda rasakan.
3.      Meninggalkan Tubuh
            Sekarang bayangkan melayang keluar dari tubuh dan naik memasuki bilik proyektor, sehingga sekarang anda sedang melihat diri anda sendiri juga pada layar. (untuk fobia ketinggian, jangan membayangkan naik ke bilik proyektor, tetapi cukup bayangkan anda duduk sepuluh baris lebih ke belakang dalam bioskop tersebut). Jangan berpindah dari bilik proyektor ini sampai anda diberitahu untuk meninggalkannya.
4.      Melihat Sebuah Film
            Sementara anda melihat diri anda sedang melihat diri anda sendiri, juga mulailah untuk memutar film hitam putih tentang apa yang benar-benar terjadi dalam situasi yang menakutkan tersebut dan lihatlah diri anda menjalani pengalaman tersebut. Lanjutkanlah untuk melihat film itu dari bilik proyektor, hingga anda mencapai akhir dari situasi ketika trauma berakhir, dimana anda kembali selamat. Hentikanlah film pada titik tersebut dan buatlah film itu menjadi gambar tidak bergerak dari diri anda setelah trauma berakhir.
5.      Putar Mundur Film Tersebut
            Sekarang tinggalkan bilik proyeksi, masuklah kedalam gambar tidak bergerak yang ada pada layar dan jalanilah pengalaman itu secara mundur, dalam gambar berwarna, seolah-olah waktu berbalik dan anda sedang dihisap mundur dengan mesin penghisap debu raksasa. Lakukan hal ini secara cepat sekitar 1 hingga 1 setengah detik. Kerjakan langkah ini beberapa kali lebih banyak jika anda percaya bahwa dengan demikian akan lebih membantu. Ketika anda sudah selesai, secara fisik bangun dan gerakkan tubuh anda. Lemaskan tangan anda dan ambil nafas yang dalam.
6.      Pemeriksaan
            Sekarang, pikirkanlah pengalaman itu kembali dan perhatikan respon anda. Dalam pikiran anda, nilailah rasa takut anda pada suatu skala anngka satu sampai sepuluh, dengan angka sepuluh menjadi angka yang paling buruk. Jika rasa takut lebih dari angka 2, maka ulangilah keseluruhan proses tersebut, sambil melakukan setiap langkah secara penuh kehati-hatian.
            Adalah penting untuk berhati-hati, disaat anda menguji perubahan yang baru saja anda ciptakan dalam dunia nyata. Contohnya, jika anda takut di ketinggian, anda mungkin pergi ke tempat yangn tidak terlalu tinggi, melihat sebuah jendela, dan memperhatikan bagaimana ketakutan anda sudah berubah. Ujilah diri anda secara hati-hati dan perlahan, dengan memperhatikan keselamatan pribadi anda. Persiapkan pengamanan yang perlu untuk situasi yang berbahaya. Rasa takut anda mungkin saja menjauhkan anda dari situasi ini, hingga anda tidak banyak memiliki pengalaman mengenai cara mengatasinya. Beberapa situasi memang benar-benar memiliki kadar bahaya yang tidak bisa dihindari, oleh karena itu penting untuk memperhatikan ini dan mempelajari bagaimana cara untuk mengatasi secara hati-hati dan dengan informasi yang lengkap.

c.       Teknik-Teknik Lain dalam NLP
            Salah satu bentuk teknik NLP yang berguna disebut future pacing. Pada future pacing, klien diminta untuk mengimajinasikan mereka meninggalkan sesi terakhir terapi dan membayangkan betapa bernilainya sesi-sesi yang telah berlangsung. Kemudian ajukan pertanyaan-pertanyaan seputar bagaimana sesi-sesi terapi yang dijalani klien bisa sukses. Yang penting dari proses ini adalah bisa merangkum apa yang secara naluriah diketahui klien yang bisa cocok untuk mereka.
           Dalam NLP juga diterapkan modelling sebagai bagian dari teknik NLP. Modelling adalah suatui proses mengidentifikasi apa yang secara spesifik dan benar-benar membuat seseorang menjadi sukses dalam beberapa perilaku. Kemudian kita meniru tiap perilaku atau sumber-sumber yang membuat orang tersebut sukses dalam bidangnya supaya kita juga mendapatkan kesuksesan serupa.

2 komentar:

thank you