A. PENDAHULUAN.
Dalam ilmu statistik maka yang berada
disekitar range rata-rata (average) normal
akan menduduki jumlah prosentasi terbesar. Sedangkan yang berada menyim pang jauh
dari rata-rata normal akan menduduki jumlah prosentasi kecil. Anak-anak yang kemampuannya
benar-benar berada jauh diluar rata-rata normal sering disebut anak-anak luar
biasa dan jumlahnya (prosentasenya) hanya sedikit.
Anak-anak yang luar biasa ini dalam
buku literature disebut exceptional chil dren
(anak-anak luar biasa). Anak-anak
luar biasa ini dikelompokkan menjadi bebera pa bagian yaitu anak-anak
berbakat/cerdas (gifted children), anak-anak terbelakang (backward children), anak-anak
kreatif (creative children), anak-anak nakal (delinquent children)
dan anak-anak yang memiliki lebih dari satu keluar-biasaan (multihandicaped children). Masing-masing
anak luar biasa ini mempunyai perbedaan dalam hal penger tiannya, ciri-ciri nya,
identifikasinya dan model pendidikannya.
B. SASARAN BELAJAR (SASBEL) :
Setelah selesai mempelajari pokok
bahasan ini maka mahasiswa diharap kan dapat :
- Menjelaskan hal-ihwal anak-anak
berbakat/cerdas meliputi : (a) Pengertiannya, (b) Cara mengidentifikasinya, (c) Contoh-contohnya,
(d) Ciri-cirinya, (e) Cara pena nganannya.
- Menjelaskan hal-ihwal anak-anak
terbelakang meliputi : (a) Pengertiannya, (b) Pro-blem-problemnya, (c) Cara
mengidentifikasinya, (d) Ciri-cirinya, (e) Factor psikolo-gis pada
pengajarannya, (f) Cara penanganannya, (g) Aplikasi teori belajar
pada-nya.
- Menjelaskan hal-ihwal anak-anak
kreatif meliputi : (a) Pengertiannya, (b) Ciri-ciri-nya, (c) Perkembangannya,
(d) Cara pengukurannya, (e) Kondisi-kondisi yang me-nunjangnya.
- Menjelaskan hal-ihwal anak-anak
nakal meliputi : (a) Pengertiannya, (b) Pende-katan-pendekatannya, (c) Ciri-cirinya,
(d) Tipe-tipe perilaku nakal, (e) Factor-faktor penyebabnya, (f) Upaya prefentif
dan terapinya.
C. URAIAN SUB POKOK BAHASAN.
Pendidikan anak-anak luarbiasa merupakan
sesuatu yang sangat merang sang, lapangan yang sangat menarik bagi para
pendidik dan bagi siapa saja yang pe duli pada kesejahteraan anak-anak luar
biasa. Juga merupakan wilayah studi & riset yang penting bagi siapa saja
yang mempunyai profesi pengajar (guru).
1. ANAK-ANAK LUAR BIASA.
A).
PENGERTIAN ANAK-ANAK LUAR BIASA.
Beberapa psikolog mengartikan
anak-anak luar biasa dengan bebe rapa istilah misalnya berbakat ekstra, anak terbelakang, anak-anak yang mem butuhkan
penanganan khusus di sekolah.
W.H. Cruichshank mengartikan anak luar
biasa sebagai berikut : ex ceptional
child is he who deviates physically, intellectually, emotionally, and socially
so markedly from normal growth and development that he cannot be benefited from
a regular class-room programme and need special treatment in school. Dari
pengertian tersebut dapat diartikan bahwa anak luar biasa ialah anak yang
menyimpang secara fisik, secara intelektual, secara emosional, seca ra sosial,
partumbuhan fisiknya & perkembangan mentalnya agak kurang tepat jika
dimasukkan di program kelas regular (kelas normal) untuk itu perlu membu tuhkan
penanganan khusus di sekolah. S.A. Kirk
dalam bukunya Educating Exeptional
Children memberikan difinisinya tentang anak luar biasa sebagai berikut : An exceptional child is he who deviates from
the normal or everage child in mental, physical and social characteristics to
such an extent that requires a modification of school practices or special
educational services in order to develop to his maximum capacity, or supplementary
instruction. Penger tiannya tidak jauh berbeda dengan pengertian diatas.
Diharapkan perkem bangan anak-anak luar
biasa bisa lebih maksimum. Anak-anak luar biasa mem punyai prestasi yang
ekstrem dalam hal kerja intelektual. Anak-anak luar biasa sebagai penyimpangan
dari pertumbuhan dan perkembangan secara normal dan memerlukan perhatian khusus
di sekolah.
B).
TIPE-TIPE ANAK-ANAK LUAR BIASA.
Ada beberapa tipe anak-anak luar biasa
yang antara lain yaitu :
(1)
luar biasa secara intelektual, (2) luar biasa secara fisik, (3) luar biasa secara
emosional dan (4) beberapa keluar-biasaan (multihandicaped).
1)
ANAK-ANAK YANG LUAR BIASA SECARA INTELEKTUAL.
Anak anak yang bisa digolongkan
(termasuk) luar biasa secara inte lektual yaitu :
a).
Anak-anak cerdas/berbakat dan kretaif.
b).
Anak-anak yang lambat belajar.
c). Anak-anak yang masih dapat dididik
dengan secara (metode) cacad men tal.
d).
Anak-anak cacad mental.
2) ANAK-ANAK YANG LUAR BIASA SECARA FISIK.
Anak-anak yang dapat digolongkan (termasuk)
luar biasa secara fisik yaitu :
a).
Cacat penglihatan. Ekstremnya buta (tuna netra).
b). Cacat pendengaran. Ekstremnya tuli (tuna rungu).
c). Cacat bicara. Ekstremnya bisu (tuna wicara).
d). Cacat pincang. Ekstremnya lumpuh (tuna daksa).
e). Luka di otak. Cacat ini disebabkan beberapa hal antara lain akibat kena
benturan di kepala.
3) ANAK-ANAK YANG LUAR BIASA SECARA
EMOSIONAL.
Anak-anak yang dapat digolongkan (termasuk)
luar biasa secara emosional yaitu anak-anak nakal/bandel/keras kepala/sulit diatur/semaunya
sendiri dan istilah-istilah lainnya semacam itu yang dapat dimasukkan keda-lam
golongan anak-anak nakal.
4) ANAK-ANAK YANG LUAR BIASA DALAM
BEBERAPA KELUAR-BIASAAN ATAU BEBERAPA KECACADAN.
Anak-anak yang dapat digolongkan
(termasuk) luar biasa da lam beberapa kecacadan yaitu yang memiliki lebih dari
satu keluar-biasaan. Misalnya anak yang sekaligus menderita tuli, bisu, buta.
Contoh yang lain nya yaitu lambat belajar dan nakal serta masih banyak
contoh-contoh yang lainnya.
C).
PENTINGNYA (DIPERLUKANNYA) PENDIDIKAN KHUSUS.
Pendidikan memainkan peranan penting
untuk memberi kesem-patan mengaktualisasikan potensi individual guna
disumbangkan pada perkem bangan bangsa. Kita semua setuju bahwa pendidikan akan
menjangkau semua anak (education for all) tanpa membedakan suku, kasta
(golongan), ras, keper cayaan, agama dan gender. Setiap orang mempunyai hak kesempatan
yang sama untuk mengembangkan dirinya. Dalam kenyataannya memang ada bebe rapa
anak yang termasuk kategori anak-anak luar biasa. Jika kita tidak memberi kan
kesempatan untuk pendidikan mereka maka mereka akan berkembang ti dak
sebagaimana mestinya (yang cerdas akan lebih lambat berkembangnya, se dangkan
yang terbelakang akan kurang optimal perkembangannya).
Dibawah
ini dikemukakan kebutuhan spesifik
untuk mengorganisir pendidikan khusus
yaitu sebagai berikut :
1) Kebutuhan mengorganisir kelas khusus.
Anak-anak yang cerdas bermotivasi
rendah di kelas biasa (ke las normal atau kelas reguler). Agar motivasinya bisa
menjadi maksimal ma ka perlu dimsukkan kelas khusus bagi mereka. Kelas khusus
semacam itu sering disebut klas akselerasi. Misalnya SD hanya ditempuh 4 atau 5
tahun. SLTP hanya ditempuh 1 atau 2 tahun. SLTA hanya ditempuh 1 atau 2 tahun.
Dan seterusnya.
2)
Kebutuhan mengorganisir pendidikan (sekolah) khusus bagi anak-anak cacat
mental & cacat fisik.
Anak-anak yang menderita cacat fisik
dan cacat mental maka akan mengalami kesulitan dalam menyesuaikan dirinya (di
sekolah, di ru- mah, di masyarakat). Jika anak-anak ini tidak ditangani secara
khusus maka akan menimbulkan perilaku neurotic pada dirinya. Anak-anak cacat
ini jika dilatih maka akan menjadikan asset bagi masyarakatnya.
3)
Kebutuhan pendidikan khusus untuk pencerahan.
Pendidikan khusus akan memberikan
pencerahan bagi orang-tua, pendidik, pemerintah dalam memecahkan penanganan
anak-anak luar bia- sa. Pendidikan khusus akan membantu proses penyesuaian
anak-anak luar biasa dalam masyarakatnya dan sikap masyarakat akan berubah
terhadap anak-anak luar biasa ini.
4) Kebutuhan memecahkan masalah anak-anak
luar biasa.
Pendidikan khusus akan memecahkan
masalah yang ditimbulkan oleh anak-anak luar biasa di sekolah regular.
5) Kebutuhan mendidik anak-anak yang
tidak normal.
Ada anak-anak yang tidak normal tidak
dapat dididik bersama dengan anak-anak normal. Anak-anak yang buta, tuli, bisu
membutuhkan sekolah khusus dengan metoda khusus, guru yang khusus, kurikulum
yang khusus untuk pengajarannya.
6) Fasilitas khusus bagi anak-anak luar
biasa.
Anak-anak luar biasa berbeda dengan
anak-anak normal. Untuk me menuhi kebutuhan anak-anak luar biasa maka
masyarakat perlu menyedia kan fasilitas khusus untuk pendidikan mereka.
7) Memaksimalkan aktualisasi potensi
anak-anak luar biasa.
Pendidikan khusus bagi anak-anak luar
biasa akan menghasilkan aktualisasi potensi mereka secara lebih maksimal,
sehingga perkembangan mereka juga akan lebih maksimal lagi untuk lebih
memuaskan penyesuaian terhadap kehidupannya. Pendidikan anak-anak luar biasa
jika diabaikan ma ka akan merupakan kerugian yang besar bagi bangsa.
- ANAK-ANAK CERDAS (BERBAKAT).
Pendidikan anak-anak cerdas diharapkan
dapat mempercepat per kembangan ilmu-pengetahuan & tehnologi, mempercepat
perubahan, meningkat kan kondisi ekonomi, meningkatkan kesejahteraan
sosial dan meningkatkan hu bungan
internasional.
A).
PENGERTIAN ANAK CERDAS.
Ada tiga klasifikasi
pengertian anak cerdas (berbakat) yaitu : (1) yang berbasis IQ (Intelligence quotient), (2) yang
berbasis potensi sosial, (3) yang berbasis statistic.
1) BERBASIS IQ :
a) Cerdas selalu didifinisikan dengan
menggunakan dasar IQ. L.M. Terman berpendapat bahwa IQ 140 merupakan ukuran
cerdas.
b) Ada ahli lain yang berpendapat bahwa
cerdas adalah yang mempunyai IQ antara 110 – 140 dan diatasnya.
2) BERBASIS POTENSI SOSIAL.
Paul Witty berpendapat bahwa anak-anak
yang cerdas adalah anak-anak yang mempunyai kemampuan lebih dibidang
kepemimpinan sosial, ke mampuan bermusik, kemampuan berseni serta bentuk-bentuk
ekspresi yang lainnya.
R.W. Tyler berpendapat bahwa anak
cerdas (berbakat) ialah anak yang luar biasa dalam hal sesuatu yang
dihasilkannya baik kuantitasnya maupun kualitasnya.
3) BERBASIS STATISTIK.
L.X. Magnifice mengkelompokkan anak berbakat (cerdas)
menjadi dua kelompok :
a)
Anak-anak berbakat (cerdas) ialah anak-anak hasil test intelegensinya berada
dalam 2 – 3 persen dari populasi.
b)
Anak-anak berbakat (cerdas) ialah anak-anak yang mempunyai kemam puan
diluar normal dibidang ilmu pengetahuan dan seni.
B).
CONTOH-CONTOH ANAK CERDAS.
Dibawah ini diberikan contoh-contoh anak-anak yang cerdas
dalam sejarah kehidupan orang-orang didunia ini. Misalnya Karl White mampu
memba ca lima bahasa sebelum ia berumur sembilan tahun dan mencapai gelar
doctor (Ph.D) pada usia 14 tahun. John Stuart Mill mulai belajar bahasa Yunani
pada usia 3 tahun, belajar geometry pada usia 8 tahun, ketika berusia 12 tahun
mulai belajar tentang filsafat dan logika. Ia menulis tentang sejarah Roma pada
usia 6½ tahun. Masih banyak contoh-contoh yang lain yang tidak disebutkan
disini. Saat ini para pendidik, para orang tua dan pejabat pemerintah telah
meman dang pentingnya pendidikan khusus bagi anak-anak cerdas (berbakat).
C).
IDENTIFIKASI ANAK-ANAK CERDAS.
Ada beberapa metode untuk
mengidentifikasikan anak-anak berba kat (cerdas) yaitu :
1)
MENGGUNAKAN
TES.
a) Tes intellegensi.
Ada beberapa kelompok tes intelegensi
yang dapat dipakai un tuk mengidentifikasikan anak-anak cerdas (berbakat).
Kelompok tes ting kat kesukaran membaca dianggap bukan untuk mengidentifikasi
anak-anak cerdas.
b) Tes prestasi.
Tes prestasi (achievement test) yang telah distandardisir bisa dipakai untuk
mengidentifikasikan anak-anak cerdas.
2)
MENGGUNAKAN
RAPORT SEKOLAH.
Raport serta catatan-catatan kumulatif
tentang prestasi akade mik murid di sekolah dapat dipakai (merupakan indikasi)
untuk mengidentifi kasi anak-anak cerdas.
3)
HASIL
OBSERVASI GURU.
Ada yang berpendapat bahwa guru mampu
mengobservasi dan melaporkan tentang anak-anak cerdas di sekolahnya. Namun ada
juga yang berpendapat bahwa guru kurang efektif dalam melakukan observasi &
melaporkan tentang anak-anak cerdas di sekolahnya. Akan tetapi jika hasil tes
dan hasil observasi jika digabung maka hasil-akhirnya akan lebih sempur na.
D).
KARAKTERISTIK (CIRI-CIRI) ANAK-ANAK CERDAS.
James M.
Dunlop memberikan ciri-ciri positip dan ciri-ciri negatip anak-anak cerdas.
1). CIRI-CIRI POSITIP
ANAK-ANAK CERDAS.
a)
Mampu belajar secara cepat dan mudah.
b) Mampu menyimpan (mengingat)
apa yang mereka pelajari tanpa harus banyak melakukan latihan-latihan (drill).
c) Tampak banyak
keingin-tahuannya dan diujutkan dalam pertanyaan-per tanyaannya.
d) Kaya akan kosa kata (vocabulary).
e) Gemar membaca.
f) Tampak tertarik pada
kata-kata dan ide-ide.
g) Tampak penalarannya (reasoning)
tinggi.
h) Mempunyai kemampuan
yang besar untuk menggeneralisasi.
i) Tahu dan
menghargai hal-hal yang tidak diketahui oleh anak-anak normal.
j) Tertarik pada manusia
dan hal-hal yang bersifat umum.
k) Mencari teman yang
lebih tua.
l) Memiliki rasa humor
yang tinggi.
m) Mempunyai dorongan
untuk unggul.
2). CIRI-CIRI NEGATIF ANAK-ANAK CERDAS.
a) Mudah gelisah, suka mengganggu,
kurang memperhatikan.
b) Teledor dalam tulisan
tangan.
c) Kurang memperdulikan
pekerjaan-pekerjaan kelas.
d) Kritis dengan secara
terus terang.
Terman dan
kawan-kawannya melakukan study longitudinal secara intensif terhadap 1528
anak-anak cerdas (berbakat). Mereka meneliti ciri-ciri anak-anak cerdas/berbakat
dari segi fisiknya, mentalnya, sosialnya, emo sionalnya. Hasilnya adalah
sebagai berikut :
a) Fisiknya.
Rata-rata anak yang cerdas memiliki
ciri-ciri fisik lebih ramping dari pada anak-anak normal.
b) Mentalnya.
Anak-anak cerdas tampak lebih superior dalam kemampuan
membaca, penguasaan literature, penguasaan bahasa, penguasaan ilmu , penguasaan
arithmatik dan pemahaman seni. Mereka lebih baik dalam kemampuan penalaran (reasoning), kemampuan melakukan
generalisasi dan kemampuan pemahaman (comprehension).
c) Minatnya.
Anak-anak
cerdas lebih berminat pada hal-hal abstrak. Ia lebih mudah (berminat) dalam
membaca, lebih banyak membaca buku. Ia ber minat pada banyak hal.
d) Kemampuan dalam berhubungan sosial.
Mempunyai
skor yang lebih tinggi dalam tes emosional.
e) Dari sejumlah penelitian dapat
disimpulkan bahwa anak-anak cerdas mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
(1)
Mempunyai
tingkat yang lebih tinggi.
(2)
Mempunyai
sikap lebih positip.
(3)
Kemampuan
membacanya lebih baik.
(4)
Lebih
banyak berpartisipasi dalam aktifitas kurikuler.
(5)
Lebih
banyak bersangkutan dengan ide-ide abstrak.
(6)
Lebih
sukses dalam sport.
(7)
Penyesuaian
dirinya baik (well-adjusted).
(8)
Hubungannya
dengan teman-teman lebih baik.
(9)
Lebih
meyakinkan.
(10)
Kekuatan
egonya (ego-strength) lebih
besar.
(11)
Kebebasan
individualnya lebih besar.
(12)
Lebih
matang dalam mereaksi dunia luar.
Paul Witty dalam bukunya Gefted Children Our Greatest Resources
(1955) : Dia menyimpulkan bahwa anak-anak luar biasa mem punyai
perkembangan yang pesat dan biasanya telah teridentifikasi oleh orang tuanya,
dan oleh orang-orang disekitarnya sebelum ia masuk seko lah. Identifikasi
tersebut adalah sebagai berikut :
(1)
Memiliki
kosa-kata (vocabulary) yang bagus.
(2)
Kecakapan
bahasa, penggunaan kalimat dan kemampuan menghasilkan ceritera.
(3)
Memiliki
kemampuan observasi yang tajam.
(4)
Berminat
& menyukai buku-buku.
(5)
Sangat
dini dalam berminat terhadap kalender dan jelas dalam me ngatakan tentang waktu
(jam).
(6)
Mempunyai
kemampuan perhatian & konsentrasi lebih lama dari pa da kebanyakan
anak-anak.
(7)
Menunjukkan
kecakapan dalam menggambar, musik dan bentuk-bentuk seni yang lain.
(8)
Sangat
berminat dalam eksplorasi & mampu menemukan hubungan sebab-akibat.
(9)
Perkembangan
lebih dini dalam kemampuan membaca.
E).
CARA-CARA MENDIDIK ANAK-ANAK CERDAS.
Masalah yang sulit yang dihadapi para
pendidikan adalah bagaima na agar potensi anak-anak cerdas lebih maksimal dalam
aktualisasinya. Dalam perencanaan pendidikan anak-anak cerdas muncul beberapa
pertanyaan seper ti : 1) Guru macam apa
yang dibutuhkan untuk mendidik anak-anak cerdas.
2) Metoda apa yang lebih efektif untuk
mendidik anak-anak cerdas.
3)
Kurikulum yang bagaimana yang dibutuhkan untuk mendidik anak-anak cerdas.
Duer
memberikan adanya 4 prinsip dasar untuk memperkaya meto da pengembangan
anak-anak cerdas yaitu sebagai berikut :
1) Program pendidikan untuk anak-anak
cerdas akan memunculkan kembali perluasan sasaran pendidikannya.
2) Program pendidikan untuk anak-anak
cerdas harus memberikan lingkungan belajar yang merangsang munculnya aktifitas
belajar.
3) Program pendidikan untuk anak-anak
cerdas akan menempatkan pene kanan khusus pada kemampuan kreatifItas,
pencerahan (insight) dan tang gung jawab sosial.
4) Program pendidikan untuk anak-anak
cerdas membantu meningkatkan ke trampilan-ketrampilan dasar, pengetahuan,
apresiasi dan sebagainya. Guru tidak akan lupa bahwa anak-anak cerdas seperti
anak-anak lainnya juga membutuhkan kemampuan dasar matematik, bahasa dan
bekerja secara efektif di masyarakat. Kemampuan-kemampuan tersebut tidak akan
diajar kan pada pendidikan anak-anak terbelakang. Kita dapat menyimpulkan bah wa pekerjaan kelas untuk anak-anak cerdas
merupakan tantangan untuk perkembangan intelektual secara maksimum.
F).
MODEL-MODEL PENDIDIKAN UNTUK ANAK-ANAK CERDAS.
Model-model untuk pendidikan anak-anak
cedas yaitu hal-hal yang menunjang percepatan, pengelompokan berdasarkan
kemampuan, kelas-kelas khusus, bagian dari kelas-kelas khusus, menempatkan
anak-anak cerdas diatasnya dan dilakukannya bimbingan khusus bagi anak-anak
cerdas.
1).
AKSELERASI (ACCELERATION)
Akselerasi
didifinisikan sebagai program pendidikan lebih ce-pat dan lebih muda dari
kelas-kelas biasa. Program percepatan pendidikan. Akselerasi dapat dilakukan
pada berbagai tingkatan dan bermacam-macam bentuk. Misalnya masuk sekolah dalam
usia lebih muda (lebih awal), mem percepat lama studi di tingkat SLTP, SLTA dan
lebih muda masuk pergu ruan tinggi.
Ada
tiga pokok pernilaian untuk aselerasi :
(a). Anak ditantang oleh waktu yang
cepat dan pekerjaan yang sempurna. Kemampuan anak ditantang dan diberi
kesempatan untuk mengem bangkan kapasitasnya secara maksimal.
(b). Murid, orangtua dan sekolah dapat
menghemat waktu dan uang untuk penyelenggaraan pendidikan.
(c). Anak cerdas/berbakat mempercepat
karirnya dan mampu memberikan sumbangannya di awal tahap kehidupannya.
Ada
kritikan bahwa proses aselerasi menimbulkan banyak te kanan pada anak-anak.
Tekanan akan timbul jika aselerasi merupakan diluar kemampuan anak (baik secara
fisik, emosional, sosial) dihadap kan dengan teman-teman sekelasnya yang lebih
tua, lebih matang (se cara emosional, sosial). Kondisi kelas yang demikian akan
menyulitkan anak dalam menyesuaikan diri dengan teman-teman sekelasnya. Anak cerdas akan mengalami kesulitan dalam
menyesuaikan diri dengan ke las barunya dan berkecenderungan mengembangkan anti
sosial. Da lam kelas aselerasi anak dituntut untuk lebih berpikir evalua tive, kritis,
kreatif.Kondisi yang demikian boleh jadi menyebabkan anak kehilangan minatnya
dalam pendidikan.
Goldberg
mengatakan bahwa aselerasi merugikan kelompok anak-anak karena menggunakan
metode yang sangat berbeda dengan metode yang dipakai kelas reguler. Pada kelas
aselerasi metodenya sa ngat menantang anak-anak.
2).
PENGELOMPOKAN SISWA.
Pertanyaan
yang timbul dalam pengelompokan anak adalah : Apakah anak akan belajar lebih
baik jika dikelompokkan sesuai dengan kemampuannya ? apakah kelompok akan menghasilkan pembela jaran
yang lebih baik ?
Pengelompokkan
anak diharapkan akan menghasilkan proses belajar menjadi lebih efektif. Ada
beberapa hal yang berkaitan dengan pe ngelompokan anak-anak :
(a). Guru perlu membentuk kelompok
anak-anak cerdas. Kelompok akan menjadi lebih fleksibel jika pengelompokan
tersebut menghasilkan pro ses menjadi lebih baik, jika proses hidupnya menjadi
lebih dinamis, jika organisasi sekolah menjadi lebih terbuka terhadap
perubahan.
(b). Pengelompokkan akan dibatasi oleh
tujuan anak. Pengelompokkan se baiknya sesuai dengan tujuan anak.
(c). Pengelompokkan akan menjadi lebih
kecil.
(d). Setiap anak akan mempunyai waktu
untuk mempertahankan hal-hal yang dianggap benar.
(e). Beberapa anak secara bersama-sama
mempunyai waktu yang cukup un tuk mengembangkan kesenangannya masing-masing.
(f). Tiap anak mempunyai kesempatan
untuk berandil dengan kelompoknya
DR
Conant merekomendasi terhadap pengelompokkan anak-anak cerdas dengan uraian
sebagai berikut :
(a). Akan terjadi konseling yang lebih
baik untuk membantu sekolah.
(b). Program sekolah akan menjadi
lebih individual dan fleksibel.
(c). Pengelompokan anak dibuat sesuai
dengan kemampuan anak.
(d). Kursus berlebih akan diberikan
kepada anak-anak yang berkemampuan lebih.
(e). Kursus peningkatan bidang khusus
diberikan untuk anak-anak yang mempunyai kemampuan bidang khusus.
(f). Sekolah musim panas diberikan
untuk anak-anak yang sangat cerdas/ berbakat.
(g). Pengelompokkan secara hiterogen
tidak akan dibuat hanya untuk meno lak pemisahan.
(h). Akan dilakukan fleksibiliatas
pemilihan subyek.
5. ANAK-ANAK TERBELAKANG.
A).
PENGERTIAN ANAK-ANAK TERBELAKANG :
Anak-anak
terbelakang ini jika diukur dengan tes intelegensi akan memperoleh skore antara
0 s/d 90.
1)
Idiot = 0 – 25
2)
Imbicile = 25 – 50
3)
Moron =
50 – 75
4)
Dull Normal = 75 – 90
B).
MASALAH-MASALAH ANAK-ANAK TERBELAKANG.
Ada beberapa masalah yang dihadapi
oleh anak-anak terbelakang antara lain yaitu :
1) Anak-anak terbelakang mempunyai
masalah penyesuaian dalam kelas-kelas reguler.
2) Motivasi belajarnya rendah sekali.
3) Sering gagal & tinggal kelas.
4) Tujuan minim dalam pendidikannya.
5) Mengalami kecemasan.
6) Kurang tertarik pada
masalah-masalah sekolah dan masyarakat.
C).
IDENTIFIKASI ANAK TERBELAKANG.
Ada beberapa cara untuk mengidentifikasi
anak-anak terbelakang antara lain yaitu :
1)
Dari hasil observasi yang dilakukan oleh guru.
Guru mempunyai kemampuan yang bagus
dalam mengidentifikasi anak-anak terbelakang yang dida sarkan pada observasinya
sehari-hari baik di dalam kelas maupun di luar kelas.
2)
Dari hasil tes intelegensi (Hasil sekor test IQ nya seperti tersebut diatas).
Untuk menjaring anak-anak terbelakang
pada tahap awal maka digu nakan dasar IQ dengan menggunakan kelompok alat tes
intelligensi.
3) Dari hasil achievement test (tes bahasa, matematik dan pengetahuan umum)
Achievement
test digunakan untuk
mengetahui tingkat prestasi yang telah dicapai oleh anak-anak terbelakang.
4)
Dari hasil tes kepribadian.
(Personality inventory and case history)
boleh digunakan untuk me ngetahui anak-anak terbelakang
D).
KARAKTERISTIK (CIRI-CIRI) ANAK-ANAK TERBELAKANG.
Ada
beberapa ciri anak-anak terbelakang antara lain yaitu :
1)
Ciri-ciri fisik
Anak-anak terbelakang jika
dibandingkan dengan anak-anak normal maka akan tampak inferior dalam perkembangan fisiknya. Tampak lemah dalam kordinasi otot-ototnya,
responnya lambat, ada kelemahan dalam
ber bicara, pandangan matanya kosong, mempunyai bentuk hidung yang khas.
2)
Ciri-ciri mental
Anak-anak terbelakang mempunyai
kapasitas yang rendah dalam hal berpikir abstrak. Mempunyai kemampuan yang
rendah dalam menghubung-hubungkan berbagai pengalamannya. Kemampuan penalarannya/reasoning nya rendah.
3)
Ciri-ciri sosial dan ciri-ciri moral
Perkembangan sosial anak-anak
terbelakang berada dibawah anak-anak normal seusianya. Hal ini disebabkan oleh
persepsinya yang kurang te pat terhadap situasi sosial. Anak-anak terbelakang
secara sosial telah diketa hui (dibuktikan) oleh keluarganya maupun dalam
tetangga-tetangganya jauh lebih dahulu (sudah lama) sebelum dia masuk sekolah.
Di kelas dia ditolak oleh teman-teman sekelasnya. Orang tuanya malu mempunyai
anak yang demikian. Dalam kaitannya dengan moralitas bahwa menurut A.M. Gorden
(1934) ada korelasi antara rendahnya intelligensi dengan penipuan (cheating).
E).
MODEL MODEL UNTUK PENDIDIKAN ANAK-ANAK TERBELAKANG.
Ada
3 alternatif untuk pendidikan anak-anak terbelakang :
1)
Kelas regular.
Anak-anak
terbelakang dididik dalam kelas regular bersama-sama anak-anak yang lainnya. Setelah
diobservasi bahwa anak-anak terbelakang akan tertinggal dibelakang jika dibanding
dengan anak-anak normal. Oleh sebab itu dia tidak popular dan kadangkala
menjadi pusat perhatian karena keterbelakangannya. Dia ditolak oleh teman-teman
sekelasnya, dia menjadi frustrasi, menjadi suka bermusuhan, dia menimbulkan
masalah dengan ke lasnya.
2)
Kelas khusus.
Anak-anak terbelakang dididik dalam
kelas khusus atau kelas yang terpisah dengan anak-anak yang lainnya, tetapi kelas
tersebut masih dalam sekolah yang sama. Sekolah normal tetapi mempunyai kelas
khusus untuk anak yang kurang normal. Kelas khusus ini bisa dikenakan untuk
anak-anak yang mempunyai IQ 60 – 75. Guru untuk kelas khusus ini telah
dipersiapkan mempunyai kualifikasi khusus dalam pengajaran kelas khusus. Ada bebera
pa keuntungan dari penyelenggaraan kelas khusus ini yaitu sebagai berikut :
a). Didalam kelas khusus ini anak
terbelakang tidak sekompetitif seperti ke las reguler sehingga anak terbelakang
tidak ditolak oleh teman sekelas nya.
b). Guru memahami masalah-masalah mereka,
memahami kebutuhan-kebu tuhan mereka. Disini mereka menerima perhatian yang
layak. Mereka di kenal dan tidak ditolak oleh taman-teman sekelasnya karena
mereka sa ma-sama handicap. Tidak ada ancaman satu sama lain, tidak saling me
mandang rendah, tidak saling mencemooh.
c). Membutuhkan waktu
yang banyak untuk illustrasi yang konkrit (nyata) dan aktifitas diperlukan
untuk pengembangan yang lambat.
d). Mereka membutuhkan perhatian-pengasuhan
secara individual.Dalam ke las khusus ini hanya mampu mendidik 15 – 20 anak
sehingga tiap indivi du anak dapat diberikan perhatian yang layak (cukup). Di
kelas ini anak merasa bahagia dan mereka mampu belajar secara lebih efektif.
Yang te rasa tidak mengenakkan adalah bahwa anak-anak lain dari kelas normal (di
luar kelas khusus ini) menyebut kelas khusus ini dengan sebutan ke las ”dumb bells” (alat sport untuk
mengencangkan oto-otot tangan), kelas “anak-anak
bodoh” atau sebutan-sebutan lainnya yang tidak mengenak kan. Sebutan-sebutan tersebut dapat
mengembangkan “inferiority complex” (kompleks rendah diri) pada diri anak-anak dari
kelas khusus ini (anak terbelakang).
3)
Sekolah khusus.
Anak-anak terbelakang dididik dalam
sekolah khusus (sekolah yang terpisah dari anak-anak normal lainnya). Sekolah
khusus ini memang seko lah yang seluruh kelasnya dibuka khusus untuk melayani
anak-anak yang memiliki hambatan mental dengan guru-guru yang telah dilatih
khusus mena ngani anak-anak terbelakang ini.
Ada beberapa kendala dalam penyelenggaraan
sekolah khusus ini :
a) Ada orang-tua yang tidak menyukai,
jika anaknya dimasukkan ke seko ah khusus, diisolir dari anak-anak normal.
b) Sekolah khusus ini biayanya sangat
mahal dengan alat & perlengkapan yang juga sangat mahal.
c)
Tidak
ada motivasi dan kompetisinya asal-asalan (tidak ada kompetisi).
F). FAKTOR-FAKTOR PSIKOLOGIS DALAM
PENGAJARAN ANAK-ANAK TERBE LAKANG.
Materi pengajaran perlu diadaptasi
pada tingkat minat & capabilitas anak-anak terbelakang. Memerlukan waktu
yang lebih banyak, lebih banyak pe ngulangan-pengulangan. Dalam banyak kasus
anak-anak terbelakang hanya mampu pada tingkat generalisasi yang sangat
sederhana. Salah satu perbaikan yang penting ialah memperluas lingkungan anak
terbelakang dengan cara mem perkaya pengalamannya di dalam kelas maupun di luar
kelas. Secara umum anak-anak terbelakang menderita gangguan emosional (sukar
merasakan pera saan terharu, perasaan iba dan perasaan lainnya semacam itu).
Anak terbela kang akan lebih berminat & lebih mampu bekerja dengan hal-hal
yang konkrit (nyata). Profesor Wallin mengatakan bahwa anak-anak “mental retarded are thing minded, eye
minded, ear minded” dari pada “thought minded”. Thought minded hanya untuk anak-anak normal & cerdas. Pada
anak-anak terbelakang berpikir tentang konsep, abstraksi sangat minim
digunakan. Belajar tentang ge neralisasi, abstraksi dan konsep merupakan hal
yang sangat sulit bagi anak-anak terbelakang. Anak-anak terbelakang membutuhkan
praktek lebih banyak dalam praktek pemecahan masalah. Anak terbelakang membutuhkan
ilustrasi yang lebih konkrit. Guru akan berusaha meningkatkan kemampuan sosial
anak-anak terbelakang ini. Guru akan membantu anak-anak terbelakang menjadi
anggota masyarakat yang lebih berhasil dalam hidupnya.
G).
APLIKASI TEORI-TEORI BELAJAR PADA ANAK-ANAK TERBELAKANG.
Ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan dalam aplikasi teori bela jar pada anak-anak terbelakang yaitu :
1). Anak terbelakang perlu diajar dengan
tahap-tahap yang sederhana bahwa ia dapat belajar leluasa sekehendak dirinya.
Masukan yang berlebih-le bihan (everload)
hanya akan menimbulkan frustrasi.
2).
Anak terbelakang perlu menerima penguat (reinforcement) dengan segera
untuk keberhasilannya. Hal ini perlu untuk menjamin pengulangan demi
keberhasilan perilaku berikutnya. Penguat diberikan untuk mendorong pe
ngulangan.
3).
Anak terbelakang perlu menerima stimulasi yang bervariasi. Anak tidak
bela jar dengan cara yang sama atau dengan pengertian yang sama.
4).
Materi pelajaran perlu dibuat dengan penuh arti untuk menjamin (memudah
kan) terjadinya retensi.
5).
Anak terbelakang perlu diberi pengetahuan dari hasil kerjanya. Jika
tidak maka ia tidak mempunyai feed-back
untuk membimbing aktiftas berikut nya.
6).
Anak terbelakang perlu diberi kesempatan untuk mempraktekkan pengeta huan
& ketrampilannya melalui pengulangan-pengulangan dan bermacam -macam tugas.
7).
Instruksinya pada setiap tingkat perlu dimulai melalui latihan-latihan
yang hati-hati dan kemudian dibentuk secara teliti dengan diberi penguat secara
tepat.
6.
ANAK-ANAK KREATIF.
Allah SWT adalah sang maha creative
(maha pencipta). Manusia mampu memodifikasi, merangkai, menggabung dari apa
yang diciptakan oleh Allah. Creativitas manusia merupakan cerminan kecil dari
kreatifitas Allah. Meski pun demikian dapat juga manusia dikatakan kreatif jika
memiliki ciri-ciri yang diurai kan dibawah ini.
A).
PENGERTIAN KREATIFITAS.
Secara karakteristik bahwa contoh
tindakan kreatif adalah penulisan novel, tindakan eksploratif. Berpikir tidak
kreatif adalah yang kaku (rigit), stereo typed dan sesuatu yang bersifat
mekanis. Menurut J.P.Guilford bahwa berpikir creatif berarti berpikir menyimpang
(defergent thinking) dan berpikir
tidak kreatif berarti berpikir pada satu titik/satu cara saja (convergent). Berpikir konvergen di ukur
oleh tes intelligensi yang melibatkan item-item seperti kemampuan menge nal,
mengingat, mengubah. Tes kecerdasan tidak mengukur kreatifitas.
Torrence telah mendifinisikan
kretifitas : As a process of becoming sensitive
to problems, deficiencies, gaps of knowledge, missing elements, dis harmonies
and so on, identifying the dificulties, searching for solutions, making guesses
or formulating hypotheses about the deficiencies; testing and retesting
hypotheses and possibly modifying and retesting them and finally communica ting
results. Psikolog Rusia Zbignew Peitrasinski mendifinisikan kreatiftas seba
gai berikut : Creativity is an activity
resulting in new products of a definite social value. Diilhami oleh buku Child development karangan Elizabeth B.
Hurlock, dapat dikemukakan disini bahwa : Kreatifitas ialah proses penciptaan
sesuatu yang baru berbeda dengan sebelumnya, bersifat orisinalitas, unik,
inovative, imjinative, sintesis, tidak konvensional (defergent thinking).
Sindrom kreativitas antara lain : keluwesan (fleksibilitas), kelenturan, ketidakpatuhan,
otonom, main -main, olah gagasan, humor sense, intelektual, keingintahuan, suka
beresiko, minat menyimpang, suka fantasi, berpertualang.
B). KARAKTERISTIK (CIRI-CIRI)
ANAK-ANAK KREATIF.
Torrance
memberikan ciri-ciri anak kreatif yaitu :
1) Berani menyatakan sesuatu.
Anak-anak
kreatif tampak berani (kuat) menyatakan keyakinan & ni lai-nilainya.
2) Keingintahuan.
Anak kreatif mempunyai dorongan
keingintahuan yang besar untuk mengetahui banyak hal tentang lingkungannya.
3) Kebebasan menilai.
Anak kreatif lebih memilih kebebasan
dalam menilai masalah crucial
(krusial/kemelut).
4) Kebebasan berpikir.
Anak kreatif lebih suka berpikir bebas
terhadap berbagai masalah.
5) Asyik dengan tugasnya.
Ketika ia memulai tugas maka ia
mencurahkan sepenuh perhatiannya pada tugasnya. Energi mentalnya
dikonsentrasikan pada tugas yang sedang ditanganinya.
6) Intuitif
Anak kreatif lebih suka mengembangkan
intuisinya (secara intuisi) da lam menghadapi masalah-masalahnya
7) Menolak kebiasaan.
Anak kreatif tidak mudah menerima
cara-cara pemecahan yang su dah biasa dilakukan. Tidak mudah menerima
rutinitas.
8) Mau mengambil resiko.
Anak kreatif berkepasitas mau
mengambil resiko.
9) Mempunyai visi kedepan.
Anak kreatif mempunyai pandangan ke
depan.
C).
TAHAP-TAHAP PERKEMBANGAN KREATIFITAS.
Artis,
composer, novelis mengemukakan tentang tahap-tahap berpi-kir kreatif sebagai
berikut :
1) Tahap persiapan.
Perkembangan kreatifitas pada tahap
persiapan ini memfokuskan per hatiannya pada mengorganisir data, membatasi
masalah, dan menghasilkan gagasan yang berhubungan dengan pemecahan
masalah.
2) Tahap pengeraman (inkubasi).
Pada tahap pengeraman ini mulai
mengorganisir gagasan dan mengu jinya. Pada tahap ini melibatkan pengalaman
pada masalah. Kadangkala masalah menjadi terpecahkan dengan sendirinya tanpa
disadari.
3) Tahap pencerahan.
Pada tahap ini disebut eureka yaitu tiba-tiba mengerti hubungan
dari bermacam komponen masalah. Sebagian dari para pemikir kreatif mengata kan
bahwa gagasan kreatif mereka kadangkala muncul begitu saja secara tiba-tiba.
4) Tahap revisi.
Pada tahap ini individu merefleksi,
mengevaluasi dan memunculkan taksiran kritis.
D).
MENGUKUR PERKEMBANGAN KREATIFITAS ANAK.
Setiap murid dapat dibantu untuk
menjadi kreatif oleh lingkungan so ial yang kondusif guna pemunculan berbagai
perilaku kreatif. Sekolah dapat me mainkan peranan penting dalam mengembangkan
sikap positip untuk pengem bangan kratifitas anak. Lingkungan sekolah yang
memberi kesempatan banyak untuk kebebasan berfikir dan kebebasan beraktifitas
merupakan faktor yang penting mengembangkan kreatiftas murid. Guru didalam
kelas maupun diluar kelas menyemangati (mendorong) muridnya. Ada tiga hal yang
berkorelasi yaitu kreatifitas, aktifitas berfikir intelektual dan penalaran.
Berpikir dan penalaran da pat dikembangkan melalui latihan-latihan ilmiah.
OSBORN memberikan tehnik baru untuk memelihara kretaiftas yaitu brain storming. Tahnik ini dapat diguna kan
secara menyenangkan pada kelompok kecil nak-anak.Murid-murid ditanya untuk
menjawab dengan kebebasan penuh. Dengan bantuan guru maka kese pakatan pendapat
diantara mereka dapat dicapai.
Ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan untuk menciptakan kondisi yang memungkinkan terjadinya
pengembangan kreatifitas yaitu : elaborasi, ima jinasi, analogi, ekspresi seni
dan berfikir beda.
1) Elaborasi.
Aspek penting dari berfikir kreatif adalah
elaborasi. Murid-murid dimin ta untuk menggunakan imajinasinya guna
menyelesaikan masalah. Proses elaborasi ini memberikan kesempatan pada
murid-murid untuk mengem bangkan kemampuan berfikirnya, kemampuan penalarannya
dan kemam puan memecahkan masalah yang ketiga-tiganya merupakan modal krea tifitas.
Guru dikelas dapat menggunakan tehnik ini.
2) Imaginasi.
Para murid diberi kebebasan penuh
untuk mengembangkan kreatifi tas mereka melalui imajinasi. Sebab imajinasi
dapat membantu pengem bangan kreatifitas.
3) Analogi.
Kadangkala
murid gagal memahami masalah secara langsung. Teta pi ketika masalah itu
dipikirkan dengan dibantu situasi pembanding (sebagai analogi) maka masalahnya
akan menjadi lebih jelas dan dapat dipahami. Gu ru perlu menggunakan analogi
untuk memperjelas konsep-konsep yang sulit (sukar)
4) Ekspresi seni.
Dengan alat tulis (yang juga bisa
untuk menggambar) ditangan, murid diminta untuk menuliskan (menggoreskan) apa
saja yang penting menghasil kan sesuatu. Ekspresi seni ini dapat memberikan
kesempatan untuk muncul nya ide-ide baru yang orisinal (original).
5) Berfikir beda.
Murid
didorong untuk berfikir beda dalam pendekatan terhadap berba gai masalah.
Berfikir beda dapat mengembangkan kreatifitas. Latihan men tal akan dapat
membantu dalam pengembangan pemikiran kreatif.
E).
KONDISI YANG MENUNJANG KERJA KREATIF DI SEKOLAH.
Ada beberapa kondisi yang dapat
menunjang kerja kreatif di sekolah yaitu sebagai berikut :
1) Kepercayaan.
Guru memberian tugas pada muridnya dan
memberikan keperca yaan penuh padanya. Guru menunjukkan sikap percaya pada
kemampuan muridnya.
2) Kesempatan mengekspresikan diri.
Guru memberikan kebebasan berpendapat,
memberikan kebebasan mengekspresikan diri pada murid-muridnya
3) Sehat mental.
Menurut Rogers, ada 2 suasana yang
dapat meningkatkan kreatifitas anak, yaitu : (1) Suasana aman secara psikologis
(psychological safety), (2) Suasana bebas secara psikologis (psychological freedom).
4) Evaluasi diri.
Guru memberikan sepenuhnya pada murid
untuk melakukan eva luasi diri terhadap penampilannya.
5) Spotanitas.
Guru
memberikan kebebasan (membiarkan) pada muridnya memun culkan aktifitas
spontan dari mereka.
- ANAK-ANAK NAKAL.
A).
PENGERTIAN ANAK-ANAK NAKAL.
Secara sederhana anak-anak yang melanggar
norma sosial dan anti sosial bisa dikatakan anak-anak nakal (delinquent children). Dengan kata lain
bahwa anak nakal ialah anak yang melanggar norma & anti sosial.
B).
BEBERAPA PENDEKATAN DALAM MEMAHAMI ANAK-ANAK
NAKAL.
1) Pendekatan psikologis.
Pendekatan psikologis terutama
menggunakan psychoanalysis theory
bahwa kenakalan anak karena kegagalan pembentukan aspek sosial/ aspek moral
(super ego) pada anak. Johnson dan Szurck mengatakan bah wa kenakalan anak adalah
sebagai lubang dari super ego (super egonya berlubang). Mowrer (1961)
mendifinisikan kenakalan anak sebagai rendah nya moral yang disebabkan oleh lemahnya
kata hati karena pengajaran yang salah (kurang tepat) pada awal kehidupan anak.
Bandura dan Walter mengatakan bahwa kenakalan anak merupakan manifestasi
frustrasi terha dap kebutuhannya. Manifestasi frustrasi tersebut dapat juga
berupa agresi. Gangguan psikiatrik bisa juga merupakan penyebab timbulnya
kenakalan anak. Berdasarkan patologi intra psikis bisa menjadi penyebab
kegagalan hubungan interpersonal antara orangtua dengan anaknya di awal
kehidupan nya. Gangguan hubungan interpersoal ini bisa menimbulkan neurotik bah
kan bisa psikotik atau disorder yang
lainnya antara lain anti sosial. Travis dan Hirchi mengatakan bahwa kenakalan
ditentukan oleh tindakan yang mengakibatkan masyarakat menghukum pada
pelakunya. C. Burt mengata kan bahwa anak dapat dianggap nakal ketika
kecenderungan antisosialnya tampak menjadi tindakan nyata. Richard A.Cloward
mengatakan bahwa tin dakan nakal adalah perilaku yang melanggar norma
masyarakat. Apalagi ke tika diketahui secara resmi bahwa tindakan tersebut
dinilai oleh agen hukum kriminal benar-benar telah melanggar norma.
2) Pendekatan keagamaan.
Secara umum manusia berkemauan
(berkeinginan) bebas. Pada umumnya manusia akan menuntut kepuasan dan menolak
ketidak-enakan. Menuntut kepuasan kadangkala menjadi penyebab tindakan nakal.
Ke puasan sebagai sumber kenalan. Bagi yang percaya bahwa sesudah mati seseorang
akan diminta mempertanggung jawabkan seluruh perilakunya, dan yang berperilaku
salah akan menerima hukuman maka dia akan lebih berhati-hati dalam kebebasan
memenuhi kepuasannya. Sedangkan bagi yang tidak percaya hal tersebut maka dia
secara bebas berperilaku semau nya untuk memenuhi kepuasannya. Keyakinan
tentang hal ini akan menjadi faktor penyebab muncul tidaknya perilaku
kenakalan.
3) Pendekatan biologis.
Menurut pendekatan biologis bahwa
perilaku anti sosial didasar kan pada faktor genetik. Perilaku antisosial
ditimbulkan oleh faktor organis yaitu karena nervous system yang pathologis sehingga dalam menyesuai kan
terhadap lingkungan sosialnya nampak nakal.
4) Pendekatan sosiologis.
Pendekatan sosiologis menitik beratkan
pada kondisi sosial seba gai penyebab timbulnya perilaku anti sosial. Menurut
teori Merton bahwa munculnya perilaku anti sosial ketika anak tidak menemukan
identifikasi ca ra untuk memenuhi tujuannya (keinginannya/kebutuhannya)
sehingga ia menggunakan perilaku yang bertentangan dengan norma sosial (anti
sosial). Perilaku anti sosial merupakan kegagalan usaha memperoleh legitimasi
ma syarakat ketika anak ingin mencapai tujuannya.
5) Pendekatan hukum.
Karena anak-anak masih berusia terlalu
muda untuk dikenai sang si hukum maka kenakalan anak-anak belum bisa dikatakan
perilaku melang gar hukum. Anak yang nakal belum bisa dihukum tetapi harus
dibina oleh orangtuanya atau dititipkan kepada lembaga penitipan pendidikan
anak. Ja di anak yang nakal perlu pembinaan yang intensif dan bukan dikenai
sangsi hukuman.
6) Pendekatan kesehatan mental.
Menurut kesehatan mental bahwa
kenakalan anak adalah eks presi dari kebutuhannya. Perilaku nakal adalah
merupakan gejala dari kebu tuhannya yang ingin dipenuhi dengan cara-cara yang
tidak bisa diterima oleh lingkungan sosialnya. Misalnya : anak berusaha memenuhi
keinginan & kebutuhannya tetapi dia tidak mempunyai uang lalu dia mencuri atau
cara-cara lainnya yang tidak disukai oleh lingkungan masyarakatnya.
C).
KARAKTERISTIK (CIRI-CIRI) ANAK-ANAK NAKAL.
1). Fisik.
Bentuk
tubuh yang mesomorphic, otot yang
kuat dan kekar
2). Temperament.
Extrovert, impulsive, restless,
aggressive, destructive.
3). Sikap.
Menolak
otoritas, tampak menyimpang, jahat.
4). Psikologis
Dalam menyelesaikan masalah-masalah
yang dihadapinya cende rung tidak metodologis (cenderung semrawut). Ekspresinya cenderung lang sung dan dan konkrit dari
pada intelektual simbolik.
5). Sosio cultural.
Emosinya
kurang lembut, kurang stabil, standar moralnya rendah.
D).
TIPE-TIPE PERILAKU KENAKALAN ANAK-ANAK.
Tipe-tipe tindakan kenakalan sangat
berfariasi mengikuti variasi buda ya, variasi kondisi sosial-ekonomi dan
variasi yang lainnya. Tidak ada tipe kena kalan yg universal untuk semua
negara. Dibawah ini hanya contoh sebagian sa ja dari tipe-tipe tindakan
kenakalan.
1). Kecenderungan serakah.
Tindakan kenakalan anak2 mempunyai
arah memuaskan ke cenderungan serakahnya. Mencuri yg dimulai dari lingkungan
keluarga, te tangga, sekolah, toko, dst. Mereka mencuri beberapa barang yang
mempu nyai nilai emosional (sentimental) seperti saputangan, cicncin, dsb. Pencu
rian yg demikian merupakan tindakan melepaskan ketegangan seksual dika langan
remaja. Kadang-kadang mencuri berhubungan dengan keirian (ke cemburuan),
kebencian atau agresi. Ada juga tindakan pencurian dika-langan remaja merupakan
tindakan solidaritas pada kelompoknya. Satu ke-lompok beramai-ramai mencuri
mangga tetangganya.
2). Tindakan memalsu.
Contoh tindakan memalsu adalah memalsu
tanda tangan dan tindakan memalsu yang lainnya. Kadangkala memalsu tanda tangan
teman nya. Bahkan memalsu tanda tangan orang tuanya di lembar cheques untuk mengambil uang milik
orangtuanya di bank.
3). Kecenderungan agresif.
Ada kecenderungan agresive dikalangan
remaja. Salah satu contoh adalah vandalisme
(merusak benda-benda yang ada disekitarnya), menyerang secara fisik dan semacamnya.
Beberapa contoh kekejaman mental.
b. Perusakan barang-barang milik sekolah.
c. Berlagak jagoan (Jawa : petentang-petenteng), mengejek,
mengolok-olok,
d. Penganiayaan pada binatang
e. Melakukan bunuh diri
4). Kenakalan dibidang seks. Antara
lain misalnya :
a). Homoseksual (melakukan aktifitas seksual terhadap sesama jenis
kelamin)
b). Melakukan hubungan seks (heterosexual)
c). Berkata-kata yang buruk
d).
Prostitution (pelacuran)
e).
Melarikan perempuan dan memperkosa
f).
Exhibitionisme
(menampakkan bagian tubuh)
g).
Melakukan perangsangan seksual terhadap lawan jenis kelamin. KNPI
(kissing,
necking, petting, instercourse)
h).
Melakukan onani (masturbation)
5).
Kecenderungan lari dari situasi.
Kecenderungan ini ditandai dengan
ketidak mampuan menghadapi realitas.
a) Membolos sekolah
b) Minggat dari rumah
E).
SEBAB-SEBAB TIMBULNYA KENAKALAN ANAK-ANAK.
Ada dua pandangan yang bebeda tentang
penyebab timbulnya kena kalan anak-anak. Pandangan pertama mengatakan bahwa penyebab
kena kalan adalah faktor keturunan (heredity factor). Pandangan kedua
mengatakan bahwa penyebab kenakalan adalah faktor lingkungan.
1).
Faktor keturunan sebagai penyebab timbulnya kenakalan.
Lombroso
(1836-1909) orang Itali meneliti sejumlah penjahat dan yang diteliti adalah ciri-ciri
fisiknya. Dia yakin bahwa penjahat mempu nyai ciri-ciri fisik yang diturunkan.
Penjahat dapat dikenali dari ciri-ciri fisik nya seperti dagu yang kuat, rambut
yang berlebih-lebihan, rahang berbentuk segi empat-besar-kuat, terdapat
sejumlah garis-garis kecil di telapak tangan nya, gerakan matanya cepat, tulang
pipi lebar-keluar. Lombroso berpenda pat bahwa penjahat itu diturunkan. Pengikut
(aliran) Lombroso dikenal dengan Lombrosianisme.
William
Sheldon dan Gluecks mengatakan ada hubungan anta ra type tubuh (badan) dengan kenakalan.
Type mesomorph terdapat lebih banyak
yang kriminal dari pada type ectomorph
& endomorph. Gluecks da lam bukunya Physique
and delinquency mengatakan bahwa faktor fisik da pat membedakan yang nakal
dan yang tidak nakal.
Healy dan Bronner dalam
penelitiannya terhadap delinquents
mengatakan bahwa 37 % delinquents mempunyai intelegensi sub-normal. Delinquents lebih banyak berasal dari mentally-handicapped dari pada ke lompok normal.
2). Faktor-faktor lingkungan.
Faktor ini
terinci menjadi empat faktor yaitu : (a) faktor ekologi, (b) lingkungan rumah, (c)
lingkungan sekolah, (d) lingkungan masyarakat.
(a)
Faktor Ekologi.
Ekologi
mempengaruhi tumbuh kembang suatu organisme.
(b) Lingkungan rumah..
Interaksi
dalam lingkungan keluarga merupakan interaksi yang face to face, sangat intim/hangat, sehingga lingkungan keluarga merupa kan lingkungan yang berpengaruh besar
terhadap perkembangan kepri badian anak.
(Ø)
Broken Home.
Prosentasi terbesar para delinquent berasal dari keluar ga yang broken home. Penyebab broken home antara lain :
(¤)
Kesulitan penyesuaian pernikahan/perkawinan.
Terdapat
ketidakcocokan antara suami istri. Mereka ti dak bisa bekerjasama. Kondisi
semacam ini mempengaruhi per kembangan kesehatan mental anak. Anak cenderung
menjadi na kal.
(¤) Ayah-ibu yang bekerja.
Ayah
dan ibu yang terlalu sibuk bekerja mengejar karir pekerjaan, waktu &
tenaganya tersita untuk pekerjaannya sehing ga perhatian pada anaknya menjadi
berkurang, anaknya kurang dibimbing. Anaknya cenderung menjadi nakal. Ada perkecualian
bagi ayah-ibu yang bekerja tetapi masih efektif membimbing anak nya maka
anaknya akan tumbuh-kembang menjadi anak yang baik. Kuncinya terletak pada
efektifitas bimbingan orangtua pada anaknya.
(Ø) Kemiskinan.
Karena
kemiskinan maka orangtua tidak dapat meme nuhi kebutuhan2 anaknya, sehingga
anaknya cenderung nakal. Kon disi kemiskinan nyaris kekufuran (kenakalan).
Meskipun demikian tidak selalu anak yang nakal berasal dari keluarga miskin.
(Ø) Ketidak mampuan kedua orangtua.
Jika
kedua orang tuanya baik secara fisik maupun seca ra mentalnya tidak
berkemampuan abnormal (karena kecacadan), sehingga tidak mampu mengontrol perilaku
anaknya maka berke-mungkinan besar anaknya cenderung bertindak nakal.
(Ø) Disiplin yang rusak.
Jika
orangtua tidak mempunyai kriteria disiplin yang baik, kadang terlalu keras dan
kadang terlalu lembek. Tipe disiplin yang demikian menciptakan konflik mental
pada diri anak. Jika orang tua sering bercekcok, sering bertengkar, sering minum
(ma buk) dihadapan anak atau sering mencela anak maka tindakan orangtua yang
demikian akan berpengaruh buruk pada anak.
(Ø) Kurangnya kasih sayang.
Jika
orangtua menelantarkan (mengabaikan) anak, orangtua tidak ada perhatian pada
anaknya maka anak akan mera sa tidak aman. Kondisi yang demikian sangat
kondusif untuk mun culnya kenakalan anak.
(Ø) Perlakuan berat sebelah oleh orangtua.
Perlakukan
orangtua yang berat sebelah pada anaknya maka menjadikan anaknya cenderung berkembang
perasaan antisosial.
(Ø) Ketegangan tak terucapkan.
Kadangkala dalam hubungan antar
anggota keluarga terdapat ketegangan yang tak terucapkan. Kondisi ketegangan
yang demikian tidak memberikan kepuasan emosional pada anak. Anak akan mencari
kepuasan emosional diluar rumah. Jika nasib nya buruk maka dia akan memperoleh
teman yang akan mempe ngaruhi kenakalannya.
(Ø) Kurangnya hiburan di rumah.
Jika di rumah tidak
difasilitasi aktifitas rekreasi maka anak akan cenderung memendam perasaan
terkurung dalam ru mah. Kondisi ini merupakan salah satu faktor yang mendorong mun
culnya kenakalan anak.
(Ø) Rendahnya kode moral keluarga.
Salah
satu faktor penting yang mempengaruhi kena kalan anak adalah kode moral
keluarga. Jika anak tumbuh-kem bang dalam kode moral keluarga yang buruk maka
dia akan cende rung berkembang ketindakan anak yang nakal.
(Ø) Keluarga yang berjubel.
Dikota
besar banyak keluarga yang berjubel dalam satu ruangan menjadikan anak
mengetahui aktivitas seksual secara sa ngat dini. Kondisi yang demikian
menjadikan anak cenderung ber kembang menjadi nakal.
(Ø) Pembantu rumah tangga.
Dikota
besar, khususnya keluarga yang status sosial-ekonominya tinggi maka anak hidup
bersama pembantu. Misalnya di jaman kerajaan ada kasus anak raja diajari
berhubungan seks dengan embok-embannya
(perempuan pengasuh anak raja). Ada kemungkinan bahwa pembantu sebagai sumber
kenakalan anak.
3).
Sekolah dan kenakalan anak.
Sekolah
adalah lembaga penting setelah keluarga yang ikut bertanggung jawab terhadap
pembentukan anak. Dibawah ini adalah bebe rapa faktor di sekolah yang
mempengaruhi kenakalan anak :
(a) Lokasi sekolah.
Sekolah
yang berlokasi dekat kawasan industri, dekat kawa san gedung bioskop, dekat
kawasan supermarket maka jika anak bera da di luar sekolah maka tidak ada yang
mengontrol aktifitas anak di luar sekolahnya.
(b) Kurangnya disiplin sekolah.
Jika di sekolah tidak ada disiplin
atau disiplin terlalu keras ma ka anak berkemungkinan besar cenderung menjadi
nakal.
(c) Suasana emosional sekolah.
Suasana emosional di sekolah
berpengaruh besar pada kena kalan anak. Jika diantara guru, diantara petugas
tata usaha, antara gu ru dan petugas tata usaha, sebagian besar mereka sering
saling cek cok, sering saling bertengkar dan murid-murid dipakai sebagai ajang
permainan politik mereka maka kondisi yang demikian merupakan sua sana
emosional yang buruk bagi murid-murid. Jika sekolah dalam kon disi yang
demikian maka murid-muridnya berkemungkinan besar cende rung menjadi nakal.
(d) Perlakuan berat-sebelah.
Kadangkala
guru memiliki kelompok favorit. Kemudian kelom pok yang lain membentuk kelompok
tandingan. Kadangkala terjadi per tengkaran antara kedua kelompok tersebut
(kelompok favorit dan ke lompok tandingan) bisa berlangsung lama. Kondisi ini
bisa sebagai sumber kenakalan anak.
(e) Kurangnya permainan & kurangnya
perpustakaan sekolah.
Sekolah
yang tidak memiliki tempat bermain dan tidak memiliki perpustakaan akan cenderung
lebih banyak anak yang nakal.
(f) Kurangnya fasilitas sekolah.
Sekolah
yang tidak memiliki fasilitas-fasilitas untuk beraktifitas para muridnya maka
akan cenderung memunculkan kenakalan anak.
(g) Sistim kasta di sekolah.
Sekolah
yang menggunakan sistim kasta maka akan cende rung memunculkan pertengkaran.
(h) Kurangnya bimbingan.
Sekolah yang tidak memiliki guru
khusus BK (bimbingan dan konseling) atau tidak ada guru yang berfungsi
(bertindak) sebagai guru BK maka ada kecenderungan akan menghasilkan prosentasi
yang ting gi anak nakal.
( i ) Kurang mengerti kebutuhan anak.
Sekolah
kurang memasukkan kebutuhan anak dalam aktifitas kurikuler sehingga anak
menjadi frustrasi. Frustrasi mereka
berke mungkinan besar bisa memunculkan tindakan anti sosial.
( j ) Kurikulum yang buruk.
Kurikulum
yang buruk adalah juga salah satu faktor penunjang munculnya kenakalan
anak.
4)
Masyarakat dan kenakalan anak.
Lingkungan sosial
(masyarakat) juga mempunyai peranan
yang
besar dalam menunjang munculnya kenakalan anak. Dibawah ini beberapa faktor yang
menunjang munculnya kenakalan anak.
(a) Favouritism.
Anak
yang dari kelas sosial tertentu (anak kongklomerat, anak pejabat, anak orang
penting lainnya) tampak lebih favorit. Kondisi sema cam ini dapat merangsang
munculnya kenakalan anak.
(b) Konflik antar kelas sosial dalam
masyarakat)
(c) Tension
in time of war, partition, and other natural calamity.
Ketika
ada perang, bencana alam maka muncul ketegangan. Kondisi ketegangan ini berkemungkinan
besar kenakalan anak mening kat tinggi
F). TERAPI KENAKALAN ANAK.
Terapi kenakalan anak antara lain
dengan cara reedukasi, abreaction, persuasi, sugesti, terapi lingkungan,
modifikasi perilaku.
a). Reedukasi
Anak diberi informasi tentang
problem-problem yang sering di hadapi anak misalnya masalah hubungan dalam
keluarga, masalah per gaulan, masalah sex, dst.
b). Abreaction
Abreaction artinya
memberi kesempatan pada anak untuk mengekspresikan keterkurungannya,
penyembunyian emotional-feeling-nya
dengan memakai assosiasi bebas melalui diskusi. Konselor bertin dak menjadi
figur orangtua yang dipercaya anak. Selain assosiasi bebas tehnik lain (psychodrama atau play techniques) boleh digunakan.
c). Persuasi (pembujukan)
Konselor
membujuk anak nakal agar dimasa mendatang tidak melakukan kenakalan lagi.
d). Sugesti
Kita setuju bahwa setiap orang bisa
disugesti. Usia anak-anak akan lebih mudah disugesti dari pada usia dewasa.
Sugesti disini diberi kan untuk menguatkan super
ego anak-anak nakal. Super ego
ini ber fungsi sebagai rambu-rambu terhadap tindakan kenakalanya.
e). Terapi lingkungan
Terapi
lingkungan biasanya dilakukan untuk memperbaiki ling kungan rumah, lingkungan
sekolah dsb. Orangtua disarankan untuk me rubah sikap & perilaku mereka.
Sikap dan perilaku orangtua yang beru bah akan menghasilkan perubahan
lingkungan sosial, lingkungan keluar ga yang berubah menjadi baru bagi anak
sehingga anak akan memulai hidupnya yang baru yang lebih segar.
f).
Memodifikasi perilaku
Anak
nakal itu tidak dilahirkan tetapi produk (bentukan) dari pengaruh lingkungan
sosialnya. Oleh karena itu perilaku anti sosial dapat dipelajari kembali dengan
perilaku yang baru yang tidak anti sosial. Anak dapat belajar kembali
berperilaku yang dapat diterima oleh lingkungan sosialnya. Beberapa tehnik
memodifikasi perilau antara lain :
(1) Menentukan perilaku yang
diinginkan
(2) Memastikan penguat yang paling
efektif (Misalnya uang, kendaraan, pakaian, makanan atau lainnya).
(3) Memastikan lakon perilaku subyek
masa lalu dan lakon perilaku subyek masa sekarang (masa lalu untuk memperoleh
penguat maka dilakukan dangan cara mencuri, masa mendatang untuk memperoleh
penguat maka perlu dilakukan dangan cara bekerja)
(4) Aplikasi modifikasi lakon sesuai
dengan hasilnya (menginginkan ken daraan dengan cara mencuri jika tertangkap
bisa dihajar masa atau masuk penjara, tetapi jika dengan bekerja maka gajinga
bisa dipakai untuk mengangsur kridit kendaraan)
G).
PENCEGAHAN KENAKALAN ANAK.
Pencegahan bisa dilakukan dengan cara
mengembangkan kerjasama di rumah, di sekolah, dan di masyarakat. Misalnya
kerjasama di rumah maka seluruh anggota keluarga diharapkan dapat membantu
membangun sikap, ke biasaan, sistim nilai pada anak. Sebagian besar kenakalan
anak disebabkan ka rena penanganan yang salah dari orangtuanya. Misalnya
orangtua yang terlalu sibuk bekerja sehingga tidak mempunyai cukup waktu untuk
memperhatikan anaknya. Fungsi orang tua diambil alih oleh pembantu rumah tangga
atau social worker meskipun anak
diberi fasilitas rekreasi, bimbingan individual dan suasana aman namun fungsi
orang tua tidak digantikan seratus persen. Walter dan Erikson (1969) memberikan
contoh bahwa sekolah dapat mencegah mun culnya kenakalan anak dengan cara sbb :
1). Menciptakan suasana emosional di
sekolah.
Di
sekolah perlu diciptakan suasana emosional yang baik dan dijauhkan dari adanya
ketegangan-ketegangan emosional
2). Sekolah perlu memberikan fasilitas
untuk aktifitas kurikuler.
3). Para guru dianjurkan untuk
berperilaku yang baik agar bisa ditiru (di contoh) oleh anak-anak.
4). Perlu disusun kurikulum yang
sesuai.
Minat
dan kebutuhan anak sebaiknya dimasukkan ke dalam kurikulum.
5). Perlu dibentuk perpustakaan
sekolah yang dilengkapi dengan buku -buku yang menarik bagi anak-anak dan perlu
diciptakan suasana yang memung kinkan terjadinya kebiasaan membaca bagi
anak-anak.
D.LATIHAN-LATIHAN.
E.TES
(UJIAN).
1. Jelaskan pengertian tentang anak-anak
luar biasa.
2. Jelaskan tentang tipe-tipe anak-anak
luar biasa.
3. Jelaskan pengertian tentang kelas
khusus.
4. Jelaskan pengertian tentang sekolah
khusus.
5. Jelaskan tentang mengapa diperlukan
pendidikan khusus
6. Jelaskan pengertian tentang anak-anak
cerdas/berbakat.
7. Berikan contoh anak-anak cerdas.
8. Jelaskan tentang bagaimana
mengidentifikasi anak-anak cerdas.
9. Jelaskan tentang ciri-ciri positip
anak-anak cerdas.
10. Jelaskan tentang ciri-ciri negatif
anak-anak cerdas.
11. Jelaskan tentang model-model
pendidikan untuk anak-anak cerdas.
12. Jelaskan pengertian tentang anak-anak
terbelakang.
13. Jelaskan tentang masalah-masalah pada anak-anak
terbelakang.
14. Jelaskan tentang cara-cara mengidentifikasi
anak-anak terbelakang.
15. Jelaskan tentang ciri-ciri anak-anak
terbelakang.
16. Jelaskan tentang faktor-faktor
penyebab terjadinya anak-anak terbelakang.
17. Jelaskan tentang model-model pendidikan
anak-anak terbelakang.
18. Jelaskan tentang faktor-faktor psikologis
dalam pengajaran anak-anak terbelakang.
19. Jelaskan tentang aplikasi teori-teori
belajar pada anak-anak terbelakang.
20. Jelaskan pengertian tentang anak-anak
kreatif.
21. Jelaskan tentang ciri-ciri anak-anak
kreatif.
22. Jelaskan tentang tahap-tahap
perkembangan kreatifitas.
23. Jelaskan tentang kondisi yang
memungkinkanpengembangan kreatifitas.
24. Jelaskan tentang kondisi-kondisi yang
menunjang kerja kreatif.
25. Jelaskan pengertian tentang anak-anak
nakal.
26. Jelaskan tentang enam pendekatan dalam
memahami anak-anak nakal.
27. Jelaskan tentang ciri-ciri anak-anak
nakal
28. Jelaskan tentang tipe-tipe tindakan
kenakalan anak.
29. Jelaskan tentang faktor-faktor
penyebab timbulnya kenakalan.
30. Jelaskan tentang cara-cara terapi terhadap
kenakalan anak.
31. Jelaskan tentang cara-cara pencegahan
munculnya kenakalan anak.
F. KUNCI
JAWABAN.
Buatlah kunci jawaban
selengkap-lengkapnya.
G. RANGKUMAN.
Buatlah rangkuman
seteliti mungkin.
3. DAFTAR PUSTAKA.
1. Chauhan S.S. (1978), Advance Educational Psychology, New
Delhi : Vikas Publishing House Ltd.
2. E. Stones (1972), Reading
in Educational Psychology, Learning and Teching, London : Methuen and Co.
Ltd.
3. Gage, N.L. and Berliner, D.C. (1973), Educational Psychology, Boston : Hougton
Miflin Coy.
4. Hurlock. E.B. (1978), Developmental Psychology, Singapore :
Mc Graw Hill, Inc., (Kin Keong Printing Co. PTE Ltd.)
5. Joseph Luft (1984), An Introduction to Group Dynamic,
California : Mayfield Publishing Company.
6.
Soemadi Soerjabrata (1983), Psikologi
Pendidikan, Yogyakarta : Rake Press, Jilid I dan jilid II.
♂♥
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
thank you