SNOW


TUD'S EDUCATION

Minggu, 20 November 2011

PENDIDIKAN UNTUK ANAK-ANAK LUAR BIASA (Exceptional Children)

  
A.   PENDAHULUAN.

Dalam ilmu statistik maka yang berada disekitar range rata-rata (average) normal akan menduduki jumlah prosentasi terbesar. Sedangkan yang berada menyim pang jauh dari rata-rata normal akan menduduki jumlah prosentasi kecil. Anak-anak yang kemampuannya benar-benar berada jauh diluar rata-rata normal sering disebut anak-anak luar biasa dan jumlahnya (prosentasenya) hanya sedikit.  
Anak-anak yang luar biasa ini dalam buku literature disebut exceptional chil dren (anak-anak luar biasa). Anak-anak luar biasa ini dikelompokkan menjadi bebera pa bagian yaitu anak-anak berbakat/cerdas (gifted children), anak-anak terbelakang (backward children), anak-anak kreatif (creative children), anak-anak nakal (delinquent children) dan anak-anak yang memiliki lebih dari satu keluar-biasaan (multihandicaped children). Masing-masing anak luar biasa ini mempunyai perbedaan dalam hal penger tiannya, ciri-ciri nya, identifikasinya dan model pendidikannya.

B.   SASARAN BELAJAR (SASBEL) :  

Setelah selesai mempelajari pokok bahasan ini maka mahasiswa diharap kan dapat :
  1. Menjelaskan hal-ihwal anak-anak berbakat/cerdas meliputi : (a) Pengertiannya,     (b) Cara mengidentifikasinya, (c) Contoh-contohnya, (d) Ciri-cirinya, (e) Cara pena nganannya.
  2. Menjelaskan hal-ihwal anak-anak terbelakang meliputi : (a) Pengertiannya, (b) Pro-blem-problemnya, (c) Cara mengidentifikasinya, (d) Ciri-cirinya, (e) Factor psikolo-gis pada pengajarannya, (f) Cara penanganannya, (g) Aplikasi teori belajar pada-nya.
  3. Menjelaskan hal-ihwal anak-anak kreatif meliputi : (a) Pengertiannya, (b) Ciri-ciri-nya, (c) Perkembangannya, (d) Cara pengukurannya, (e) Kondisi-kondisi yang me-nunjangnya.
  4. Menjelaskan hal-ihwal anak-anak nakal meliputi : (a) Pengertiannya, (b) Pende-katan-pendekatannya, (c) Ciri-cirinya, (d) Tipe-tipe perilaku nakal, (e) Factor-faktor penyebabnya, (f) Upaya prefentif dan terapinya.     

C.   URAIAN SUB POKOK BAHASAN.

Pendidikan anak-anak luarbiasa merupakan sesuatu yang sangat merang sang, lapangan yang sangat menarik bagi para pendidik dan bagi siapa saja yang pe duli pada kesejahteraan anak-anak luar biasa. Juga merupakan wilayah studi & riset yang penting bagi siapa saja yang mempunyai profesi pengajar (guru).

1.    ANAK-ANAK LUAR BIASA.

A). PENGERTIAN ANAK-ANAK LUAR BIASA.

Beberapa psikolog mengartikan anak-anak luar biasa dengan bebe rapa istilah misalnya berbakat ekstra, anak terbelakang, anak-anak yang mem butuhkan penanganan khusus di sekolah.
W.H. Cruichshank mengartikan anak luar biasa sebagai berikut : ex ceptional child is he who deviates physically, intellectually, emotionally, and socially so markedly from normal growth and development that he cannot be benefited from a regular class-room programme and need special treatment in school. Dari pengertian tersebut dapat diartikan bahwa anak luar biasa ialah anak yang menyimpang secara fisik, secara intelektual, secara emosional, seca ra sosial, partumbuhan fisiknya & perkembangan mentalnya agak kurang tepat jika dimasukkan di program kelas regular (kelas normal) untuk itu perlu membu tuhkan penanganan khusus di sekolah. S.A. Kirk dalam bukunya Educating Exeptional Children memberikan difinisinya tentang anak luar biasa sebagai berikut : An exceptional child is he who deviates from the normal or everage child in mental, physical and social characteristics to such an extent that requires a modification of school practices or special educational services in order to develop to his maximum capacity, or supplementary instruction. Penger tiannya tidak jauh berbeda dengan pengertian diatas. Diharapkan perkem bangan anak-anak luar biasa bisa lebih maksimum. Anak-anak luar biasa mem punyai prestasi yang ekstrem dalam hal kerja intelektual. Anak-anak luar biasa sebagai penyimpangan dari pertumbuhan dan perkembangan secara normal dan memerlukan perhatian khusus di sekolah.

B). TIPE-TIPE ANAK-ANAK LUAR BIASA.

Ada beberapa tipe anak-anak luar biasa yang antara lain yaitu :
(1) luar biasa secara intelektual, (2) luar biasa secara fisik, (3) luar biasa secara emosional dan (4) beberapa keluar-biasaan (multihandicaped).

1)  ANAK-ANAK YANG LUAR BIASA SECARA INTELEKTUAL.

Anak anak yang bisa digolongkan (termasuk) luar biasa secara inte lektual yaitu : 
a). Anak-anak cerdas/berbakat dan kretaif.
b). Anak-anak yang lambat belajar.
c). Anak-anak yang masih dapat dididik dengan secara (metode) cacad men tal.
d). Anak-anak cacad mental.

2)    ANAK-ANAK YANG LUAR BIASA SECARA FISIK.

 Anak-anak yang dapat digolongkan (termasuk) luar biasa secara fisik yaitu :
            a). Cacat penglihatan. Ekstremnya buta (tuna netra).
            b). Cacat pendengaran. Ekstremnya tuli (tuna rungu).
            c). Cacat bicara. Ekstremnya bisu (tuna wicara).
            d). Cacat pincang.  Ekstremnya lumpuh (tuna daksa).
e). Luka di otak. Cacat ini disebabkan beberapa hal antara lain akibat kena benturan di kepala.

3)    ANAK-ANAK YANG LUAR BIASA SECARA EMOSIONAL.

 Anak-anak yang dapat digolongkan (termasuk) luar biasa secara emosional yaitu anak-anak nakal/bandel/keras kepala/sulit diatur/semaunya sendiri dan istilah-istilah lainnya semacam itu yang dapat dimasukkan keda-lam golongan anak-anak nakal.

4)    ANAK-ANAK YANG LUAR BIASA DALAM BEBERAPA KELUAR-BIASAAN ATAU BEBERAPA KECACADAN.

Anak-anak yang dapat digolongkan (termasuk) luar biasa da lam beberapa kecacadan yaitu yang memiliki lebih dari satu keluar-biasaan. Misalnya anak yang sekaligus menderita tuli, bisu, buta. Contoh yang lain nya yaitu lambat belajar dan nakal serta masih banyak contoh-contoh yang lainnya.

C). PENTINGNYA (DIPERLUKANNYA) PENDIDIKAN KHUSUS.
Pendidikan memainkan peranan penting untuk memberi kesem-patan mengaktualisasikan potensi individual guna disumbangkan pada perkem bangan bangsa. Kita semua setuju bahwa pendidikan akan menjangkau semua anak (education for all) tanpa membedakan suku, kasta (golongan), ras, keper cayaan, agama dan gender. Setiap orang mempunyai hak kesempatan yang sama untuk mengembangkan dirinya. Dalam kenyataannya memang ada bebe rapa anak yang termasuk kategori anak-anak luar biasa. Jika kita tidak memberi kan kesempatan untuk pendidikan mereka maka mereka akan berkembang ti dak sebagaimana mestinya (yang cerdas akan lebih lambat berkembangnya, se dangkan yang terbelakang akan kurang optimal perkembangannya).

   Dibawah ini dikemukakan kebutuhan spesifik untuk mengorganisir pendidikan khusus yaitu sebagai berikut :

1)    Kebutuhan mengorganisir kelas khusus.
Anak-anak yang cerdas bermotivasi rendah di kelas biasa (ke las normal atau kelas reguler). Agar motivasinya bisa menjadi maksimal ma ka perlu dimsukkan kelas khusus bagi mereka. Kelas khusus semacam itu sering disebut klas akselerasi. Misalnya SD hanya ditempuh 4 atau 5 tahun. SLTP hanya ditempuh 1 atau 2 tahun. SLTA hanya ditempuh 1 atau 2 tahun. Dan seterusnya.

2)  Kebutuhan mengorganisir pendidikan (sekolah) khusus bagi anak-anak cacat mental & cacat fisik. 
Anak-anak yang menderita cacat fisik dan cacat mental maka akan mengalami kesulitan dalam menyesuaikan dirinya (di sekolah, di ru- mah, di masyarakat). Jika anak-anak ini tidak ditangani secara khusus maka akan menimbulkan perilaku neurotic pada dirinya. Anak-anak cacat ini jika dilatih maka akan menjadikan asset bagi masyarakatnya.

3)  Kebutuhan pendidikan khusus untuk pencerahan.
Pendidikan khusus akan memberikan pencerahan bagi orang-tua, pendidik, pemerintah dalam memecahkan penanganan anak-anak luar bia- sa. Pendidikan khusus akan membantu proses penyesuaian anak-anak luar biasa dalam masyarakatnya dan sikap masyarakat akan berubah terhadap anak-anak luar biasa ini.
  
4)    Kebutuhan memecahkan masalah anak-anak luar biasa.
Pendidikan khusus akan memecahkan masalah yang ditimbulkan oleh anak-anak luar biasa di sekolah regular.

5)    Kebutuhan mendidik anak-anak yang tidak normal.
Ada anak-anak yang tidak normal tidak dapat dididik bersama dengan anak-anak normal. Anak-anak yang buta, tuli, bisu membutuhkan sekolah khusus dengan metoda khusus, guru yang khusus, kurikulum yang khusus untuk pengajarannya.

6)    Fasilitas khusus bagi anak-anak luar biasa.
Anak-anak luar biasa berbeda dengan anak-anak normal. Untuk me menuhi kebutuhan anak-anak luar biasa maka masyarakat perlu menyedia kan fasilitas khusus untuk pendidikan mereka.

7)    Memaksimalkan aktualisasi potensi anak-anak luar biasa.
Pendidikan khusus bagi anak-anak luar biasa akan menghasilkan aktualisasi potensi mereka secara lebih maksimal, sehingga perkembangan mereka juga akan lebih maksimal lagi untuk lebih memuaskan penyesuaian terhadap kehidupannya. Pendidikan anak-anak luar biasa jika diabaikan ma ka akan merupakan kerugian yang besar bagi bangsa.

  1. ANAK-ANAK CERDAS (BERBAKAT).

Pendidikan anak-anak cerdas diharapkan dapat mempercepat per kembangan ilmu-pengetahuan & tehnologi, mempercepat perubahan, meningkat kan kondisi ekonomi, meningkatkan kesejahteraan sosial  dan meningkatkan hu bungan internasional.

A). PENGERTIAN ANAK CERDAS.

                        Ada tiga klasifikasi pengertian anak cerdas (berbakat) yaitu : (1) yang berbasis IQ (Intelligence quotient), (2) yang berbasis potensi sosial, (3) yang berbasis statistic.

1)      BERBASIS IQ :

a)      Cerdas selalu didifinisikan dengan menggunakan dasar IQ. L.M. Terman berpendapat bahwa IQ 140 merupakan ukuran cerdas.
b)      Ada ahli lain yang berpendapat bahwa cerdas adalah yang mempunyai IQ antara 110 – 140 dan diatasnya.

2)      BERBASIS POTENSI SOSIAL.

Paul Witty berpendapat bahwa anak-anak yang cerdas adalah anak-anak yang mempunyai kemampuan lebih dibidang kepemimpinan sosial, ke mampuan bermusik, kemampuan berseni serta bentuk-bentuk ekspresi yang lainnya.
R.W. Tyler berpendapat bahwa anak cerdas (berbakat) ialah anak yang luar biasa dalam hal sesuatu yang dihasilkannya baik kuantitasnya maupun kualitasnya.

3)      BERBASIS STATISTIK.

L.X. Magnifice  mengkelompokkan anak berbakat (cerdas) menjadi dua kelompok :
a)  Anak-anak berbakat (cerdas) ialah anak-anak hasil test intelegensinya berada dalam 2 – 3 persen dari populasi.
b)  Anak-anak berbakat (cerdas) ialah anak-anak yang mempunyai kemam puan diluar normal dibidang ilmu pengetahuan dan seni.
                                   
B). CONTOH-CONTOH ANAK CERDAS.

                                    Dibawah ini diberikan contoh-contoh anak-anak yang cerdas dalam sejarah kehidupan orang-orang didunia ini. Misalnya Karl White mampu memba ca lima bahasa sebelum ia berumur sembilan tahun dan mencapai gelar doctor (Ph.D) pada usia 14 tahun. John Stuart Mill mulai belajar bahasa Yunani pada usia 3 tahun, belajar geometry pada usia 8 tahun, ketika berusia 12 tahun mulai belajar tentang filsafat dan logika. Ia menulis tentang sejarah Roma pada usia 6½ tahun. Masih banyak contoh-contoh yang lain yang tidak disebutkan disini. Saat ini para pendidik, para orang tua dan pejabat pemerintah telah meman dang pentingnya pendidikan khusus bagi anak-anak cerdas (berbakat).

C). IDENTIFIKASI ANAK-ANAK CERDAS.

                  Ada beberapa metode untuk mengidentifikasikan anak-anak berba kat (cerdas) yaitu :

1)    MENGGUNAKAN TES.

a)    Tes intellegensi.
Ada beberapa kelompok tes intelegensi yang dapat dipakai un tuk mengidentifikasikan anak-anak cerdas (berbakat). Kelompok tes ting kat kesukaran membaca dianggap bukan untuk mengidentifikasi anak-anak cerdas.
b)    Tes prestasi.
Tes prestasi (achievement test) yang telah distandardisir bisa dipakai untuk mengidentifikasikan anak-anak cerdas.

2)    MENGGUNAKAN RAPORT SEKOLAH.

Raport serta catatan-catatan kumulatif tentang prestasi akade mik murid di sekolah dapat dipakai (merupakan indikasi) untuk mengidentifi kasi anak-anak cerdas.

3)    HASIL OBSERVASI GURU.

Ada yang berpendapat bahwa guru mampu mengobservasi dan melaporkan tentang anak-anak cerdas di sekolahnya. Namun ada juga yang berpendapat bahwa guru kurang efektif dalam melakukan observasi & melaporkan tentang anak-anak cerdas di sekolahnya. Akan tetapi jika hasil tes dan hasil observasi jika digabung maka hasil-akhirnya akan lebih sempur na.
                       
D). KARAKTERISTIK (CIRI-CIRI) ANAK-ANAK CERDAS.

                                    James M. Dunlop memberikan ciri-ciri positip dan ciri-ciri negatip anak-anak cerdas.

                  1). CIRI-CIRI POSITIP ANAK-ANAK CERDAS.

                        a) Mampu belajar secara cepat dan mudah.
b) Mampu menyimpan (mengingat) apa yang mereka pelajari tanpa harus banyak melakukan latihan-latihan (drill).
                        c) Tampak banyak keingin-tahuannya dan diujutkan dalam  pertanyaan-per tanyaannya.
                        d) Kaya akan kosa kata (vocabulary).
                        e) Gemar membaca.
                        f) Tampak tertarik pada kata-kata dan ide-ide.
                        g) Tampak penalarannya (reasoning) tinggi.
                        h) Mempunyai kemampuan yang besar untuk menggeneralisasi.
i) Tahu dan menghargai hal-hal yang tidak diketahui oleh anak-anak normal.
                        j) Tertarik pada manusia dan hal-hal yang bersifat umum.
                        k) Mencari teman yang lebih tua.
                        l) Memiliki rasa humor yang tinggi.
                        m) Mempunyai dorongan untuk unggul.

                  2). CIRI-CIRI NEGATIF  ANAK-ANAK CERDAS.

                        a) Mudah gelisah, suka mengganggu, kurang memperhatikan.
                        b) Teledor dalam tulisan tangan.
                        c) Kurang memperdulikan pekerjaan-pekerjaan kelas.
                        d) Kritis dengan secara terus terang.
                       
                                    Terman dan kawan-kawannya melakukan study longitudinal secara intensif terhadap 1528 anak-anak cerdas (berbakat). Mereka meneliti ciri-ciri anak-anak cerdas/berbakat dari segi fisiknya, mentalnya, sosialnya, emo sionalnya. Hasilnya adalah sebagai berikut :
                        a)  Fisiknya.
                                                Rata-rata anak yang cerdas memiliki ciri-ciri fisik lebih ramping dari pada anak-anak normal.

      b)  Mentalnya.
                              Anak-anak cerdas tampak lebih superior dalam kemampuan membaca, penguasaan literature, penguasaan bahasa, penguasaan ilmu , penguasaan arithmatik dan pemahaman seni. Mereka lebih baik dalam kemampuan penalaran (reasoning), kemampuan melakukan generalisasi dan kemampuan pemahaman (comprehension).
c)    Minatnya.
Anak-anak cerdas lebih berminat pada hal-hal abstrak. Ia lebih mudah (berminat) dalam membaca, lebih banyak membaca buku. Ia ber minat pada banyak hal.
d)    Kemampuan dalam berhubungan sosial.
Mempunyai skor yang lebih tinggi dalam tes emosional.
e)    Dari sejumlah penelitian dapat disimpulkan bahwa anak-anak cerdas mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
(1)         Mempunyai tingkat yang lebih tinggi.
(2)         Mempunyai sikap lebih positip.
(3)         Kemampuan membacanya lebih baik.
(4)         Lebih banyak berpartisipasi dalam aktifitas kurikuler.
(5)         Lebih banyak bersangkutan dengan ide-ide abstrak.
(6)         Lebih sukses dalam sport.
(7)         Penyesuaian dirinya baik (well-adjusted).
(8)         Hubungannya dengan teman-teman lebih baik.
(9)         Lebih meyakinkan.
(10)     Kekuatan egonya (ego-strength) lebih besar.
(11)     Kebebasan individualnya lebih besar.
(12)     Lebih matang dalam mereaksi dunia luar.

Paul Witty dalam bukunya Gefted Children Our Greatest Resources (1955) : Dia menyimpulkan bahwa anak-anak luar biasa mem punyai perkembangan yang pesat dan biasanya telah teridentifikasi oleh orang tuanya, dan oleh orang-orang disekitarnya sebelum ia masuk seko lah. Identifikasi tersebut adalah sebagai berikut :
(1)         Memiliki kosa-kata (vocabulary) yang bagus.
(2)         Kecakapan bahasa, penggunaan kalimat dan kemampuan menghasilkan ceritera.
(3)         Memiliki kemampuan observasi yang tajam.
(4)         Berminat & menyukai buku-buku.
(5)         Sangat dini dalam berminat terhadap kalender dan jelas dalam me ngatakan tentang waktu (jam).
(6)         Mempunyai kemampuan perhatian & konsentrasi lebih lama dari pa da kebanyakan anak-anak.
(7)         Menunjukkan kecakapan dalam menggambar, musik dan bentuk-bentuk seni yang lain.
(8)         Sangat berminat dalam eksplorasi & mampu menemukan hubungan sebab-akibat.
(9)         Perkembangan lebih dini dalam kemampuan membaca.

E). CARA-CARA MENDIDIK ANAK-ANAK CERDAS.

Masalah yang sulit yang dihadapi para pendidikan adalah bagaima na agar potensi anak-anak cerdas lebih maksimal dalam aktualisasinya. Dalam perencanaan pendidikan anak-anak cerdas muncul beberapa pertanyaan seper ti :  1) Guru macam apa yang dibutuhkan untuk mendidik anak-anak cerdas.
                         2) Metoda apa yang lebih efektif untuk mendidik anak-anak cerdas.
                         3) Kurikulum yang bagaimana yang dibutuhkan untuk mendidik anak-anak cerdas.
                                    Duer memberikan adanya 4 prinsip dasar untuk memperkaya meto da pengembangan anak-anak cerdas yaitu sebagai berikut :
1)    Program pendidikan untuk anak-anak cerdas akan memunculkan kembali perluasan sasaran pendidikannya.
2)    Program pendidikan untuk anak-anak cerdas harus memberikan lingkungan belajar yang merangsang munculnya aktifitas belajar.
3)    Program pendidikan untuk anak-anak cerdas akan menempatkan pene kanan khusus pada kemampuan kreatifItas, pencerahan (insight) dan tang gung jawab sosial.
4)    Program pendidikan untuk anak-anak cerdas membantu meningkatkan ke trampilan-ketrampilan dasar, pengetahuan, apresiasi dan sebagainya. Guru tidak akan lupa bahwa anak-anak cerdas seperti anak-anak lainnya juga membutuhkan kemampuan dasar matematik, bahasa dan bekerja secara efektif di masyarakat. Kemampuan-kemampuan tersebut tidak akan diajar kan pada pendidikan anak-anak terbelakang. Kita dapat menyimpulkan bah wa  pekerjaan kelas untuk anak-anak cerdas merupakan tantangan untuk perkembangan intelektual secara maksimum.

F). MODEL-MODEL PENDIDIKAN UNTUK ANAK-ANAK CERDAS.

Model-model untuk pendidikan anak-anak cedas yaitu hal-hal yang menunjang percepatan, pengelompokan berdasarkan kemampuan, kelas-kelas khusus, bagian dari kelas-kelas khusus, menempatkan anak-anak cerdas diatasnya dan dilakukannya bimbingan khusus bagi anak-anak cerdas.

1). AKSELERASI (ACCELERATION)
                              Akselerasi didifinisikan sebagai program pendidikan lebih ce-pat dan lebih muda dari kelas-kelas biasa. Program percepatan pendidikan. Akselerasi dapat dilakukan pada berbagai tingkatan dan bermacam-macam bentuk. Misalnya masuk sekolah dalam usia lebih muda (lebih awal), mem percepat lama studi di tingkat SLTP, SLTA dan lebih muda masuk pergu ruan tinggi.
      Ada tiga pokok pernilaian untuk aselerasi :
(a). Anak ditantang oleh waktu yang cepat dan pekerjaan yang sempurna. Kemampuan anak ditantang dan diberi kesempatan untuk mengem bangkan kapasitasnya secara maksimal.
(b). Murid, orangtua dan sekolah dapat menghemat waktu dan uang untuk penyelenggaraan pendidikan.
(c). Anak cerdas/berbakat mempercepat karirnya dan mampu memberikan sumbangannya di awal tahap kehidupannya.
                        Ada kritikan bahwa proses aselerasi menimbulkan banyak te kanan pada anak-anak. Tekanan akan timbul jika aselerasi merupakan diluar kemampuan anak (baik secara fisik, emosional, sosial) dihadap kan dengan teman-teman sekelasnya yang lebih tua, lebih matang (se cara emosional, sosial). Kondisi kelas yang demikian akan menyulitkan anak dalam menyesuaikan diri dengan teman-teman sekelasnya.  Anak cerdas akan mengalami kesulitan dalam menyesuaikan diri dengan ke las barunya dan berkecenderungan mengembangkan anti sosial. Da lam kelas aselerasi anak dituntut untuk lebih berpikir evalua tive, kritis, kreatif.Kondisi yang demikian boleh jadi menyebabkan anak kehilangan minatnya dalam pendidikan.
                        Goldberg mengatakan bahwa aselerasi merugikan kelompok anak-anak karena menggunakan metode yang sangat berbeda dengan metode yang dipakai kelas reguler. Pada kelas aselerasi metodenya sa ngat menantang anak-anak.

2). PENGELOMPOKAN SISWA.
                                                            Pertanyaan yang timbul dalam pengelompokan anak adalah : Apakah anak akan belajar lebih baik jika dikelompokkan sesuai dengan kemampuannya ?  apakah kelompok akan menghasilkan pembela jaran yang lebih baik ?
                                                Pengelompokkan anak diharapkan akan menghasilkan proses belajar menjadi lebih efektif. Ada beberapa hal yang berkaitan dengan pe ngelompokan anak-anak :
(a). Guru perlu membentuk kelompok anak-anak cerdas. Kelompok akan menjadi lebih fleksibel jika pengelompokan tersebut menghasilkan pro ses menjadi lebih baik, jika proses hidupnya menjadi lebih dinamis, jika organisasi sekolah menjadi lebih terbuka terhadap perubahan.
(b). Pengelompokkan akan dibatasi oleh tujuan anak. Pengelompokkan se baiknya sesuai dengan tujuan anak.
(c). Pengelompokkan akan menjadi lebih kecil.
(d). Setiap anak akan mempunyai waktu untuk mempertahankan hal-hal yang dianggap benar.
(e). Beberapa anak secara bersama-sama mempunyai waktu yang cukup un tuk mengembangkan kesenangannya masing-masing.
(f). Tiap anak mempunyai kesempatan untuk berandil dengan kelompoknya

DR Conant merekomendasi terhadap pengelompokkan anak-anak cerdas dengan uraian sebagai berikut :
(a). Akan terjadi konseling yang lebih baik untuk membantu sekolah.
(b). Program sekolah akan menjadi lebih individual dan fleksibel.
(c). Pengelompokan anak dibuat sesuai dengan kemampuan anak.
(d). Kursus berlebih akan diberikan kepada anak-anak yang berkemampuan lebih.
(e). Kursus peningkatan bidang khusus diberikan untuk anak-anak yang mempunyai kemampuan bidang khusus.
(f). Sekolah musim panas diberikan untuk anak-anak yang sangat cerdas/ berbakat.
(g). Pengelompokkan secara hiterogen tidak akan dibuat hanya untuk meno lak pemisahan.
(h). Akan dilakukan fleksibiliatas pemilihan subyek.

5.  ANAK-ANAK TERBELAKANG.
           
A). PENGERTIAN ANAK-ANAK TERBELAKANG :

                  Anak-anak terbelakang ini jika diukur dengan tes intelegensi akan memperoleh skore antara 0 s/d 90.
1) Idiot                  = 0   – 25
2) Imbicile            = 25 – 50
3) Moron              = 50 – 75
4) Dull Normal    = 75 – 90

B). MASALAH-MASALAH ANAK-ANAK TERBELAKANG.

Ada beberapa masalah yang dihadapi oleh anak-anak terbelakang antara lain yaitu :
1) Anak-anak terbelakang mempunyai masalah penyesuaian dalam kelas-kelas reguler.
2) Motivasi belajarnya rendah sekali.
3) Sering gagal & tinggal kelas.
4) Tujuan minim dalam pendidikannya.
5) Mengalami kecemasan.
6) Kurang tertarik pada masalah-masalah sekolah dan masyarakat.

C). IDENTIFIKASI ANAK TERBELAKANG.

Ada beberapa cara untuk mengidentifikasi anak-anak terbelakang antara lain yaitu :
1) Dari hasil observasi yang dilakukan oleh guru.
Guru mempunyai kemampuan yang bagus dalam mengidentifikasi anak-anak terbelakang yang dida sarkan pada observasinya sehari-hari baik di dalam kelas maupun di luar kelas.
2) Dari hasil tes intelegensi (Hasil sekor test IQ nya seperti tersebut diatas).
Untuk menjaring anak-anak terbelakang pada tahap awal maka digu nakan dasar IQ dengan menggunakan kelompok alat tes intelligensi.
3) Dari hasil achievement test (tes bahasa, matematik dan pengetahuan umum)
Achievement test digunakan untuk mengetahui tingkat prestasi yang telah dicapai oleh anak-anak terbelakang.
4) Dari hasil tes kepribadian.
                  (Personality inventory and case history) boleh digunakan untuk me ngetahui anak-anak terbelakang

D). KARAKTERISTIK (CIRI-CIRI) ANAK-ANAK TERBELAKANG.

Ada beberapa ciri anak-anak terbelakang antara lain yaitu :
1) Ciri-ciri fisik
Anak-anak terbelakang jika dibandingkan dengan anak-anak normal maka akan tampak inferior dalam perkembangan fisiknya. Tampak lemah dalam kordinasi otot-ototnya, responnya lambat, ada kelemahan dalam  ber bicara, pandangan matanya kosong, mempunyai bentuk hidung yang khas.
2) Ciri-ciri mental
Anak-anak terbelakang mempunyai kapasitas yang rendah dalam hal berpikir abstrak. Mempunyai kemampuan yang rendah dalam menghubung-hubungkan berbagai pengalamannya. Kemampuan penalarannya/reasoning nya rendah.
3) Ciri-ciri sosial dan ciri-ciri moral
Perkembangan sosial anak-anak terbelakang berada dibawah anak-anak normal seusianya. Hal ini disebabkan oleh persepsinya yang kurang te pat terhadap situasi sosial. Anak-anak terbelakang secara sosial telah diketa hui (dibuktikan) oleh keluarganya maupun dalam tetangga-tetangganya jauh lebih dahulu (sudah lama) sebelum dia masuk sekolah. Di kelas dia ditolak oleh teman-teman sekelasnya. Orang tuanya malu mempunyai anak yang demikian. Dalam kaitannya dengan moralitas bahwa menurut A.M. Gorden (1934) ada korelasi antara rendahnya intelligensi dengan penipuan (cheating). 

E). MODEL MODEL UNTUK PENDIDIKAN ANAK-ANAK TERBELAKANG.

Ada 3 alternatif untuk pendidikan anak-anak terbelakang :
1) Kelas regular.
  Anak-anak terbelakang dididik dalam kelas regular bersama-sama anak-anak yang lainnya. Setelah diobservasi bahwa anak-anak terbelakang akan tertinggal dibelakang jika dibanding dengan anak-anak normal. Oleh sebab itu dia tidak popular dan kadangkala menjadi pusat perhatian karena keterbelakangannya. Dia ditolak oleh teman-teman sekelasnya, dia menjadi frustrasi, menjadi suka bermusuhan, dia menimbulkan masalah dengan ke lasnya.
2) Kelas khusus.
Anak-anak terbelakang dididik dalam kelas khusus atau kelas yang terpisah dengan anak-anak yang lainnya, tetapi kelas tersebut masih dalam sekolah yang sama. Sekolah normal tetapi mempunyai kelas khusus untuk anak yang kurang normal. Kelas khusus ini bisa dikenakan untuk anak-anak yang mempunyai IQ 60 – 75. Guru untuk kelas khusus ini telah dipersiapkan mempunyai kualifikasi khusus dalam pengajaran kelas khusus. Ada bebera pa keuntungan dari penyelenggaraan kelas khusus ini yaitu sebagai berikut :
a). Didalam kelas khusus ini anak terbelakang tidak sekompetitif seperti ke las reguler sehingga anak terbelakang tidak ditolak oleh teman sekelas nya.
b). Guru memahami masalah-masalah mereka, memahami kebutuhan-kebu tuhan mereka. Disini mereka menerima perhatian yang layak. Mereka di kenal dan tidak ditolak oleh taman-teman sekelasnya karena mereka sa ma-sama handicap. Tidak ada ancaman satu sama lain, tidak saling me mandang rendah, tidak saling mencemooh.
c). Membutuhkan waktu yang banyak untuk illustrasi yang konkrit (nyata) dan aktifitas diperlukan untuk pengembangan yang lambat.
d). Mereka membutuhkan perhatian-pengasuhan secara individual.Dalam ke las khusus ini hanya mampu mendidik 15 – 20 anak sehingga tiap indivi du anak dapat diberikan perhatian yang layak (cukup). Di kelas ini anak merasa bahagia dan mereka mampu belajar secara lebih efektif. Yang te rasa tidak mengenakkan adalah bahwa anak-anak lain dari kelas normal (di luar kelas khusus ini) menyebut kelas khusus ini dengan sebutan ke las ”dumb bells” (alat sport untuk mengencangkan oto-otot tangan), kelas “anak-anak bodoh” atau sebutan-sebutan lainnya yang tidak mengenak   kan. Sebutan-sebutan tersebut dapat mengembangkan “inferiority complex”  (kompleks rendah diri) pada diri anak-anak dari kelas khusus ini (anak terbelakang).
3) Sekolah khusus.
Anak-anak terbelakang dididik dalam sekolah khusus (sekolah yang terpisah dari anak-anak normal lainnya). Sekolah khusus ini memang seko lah yang seluruh kelasnya dibuka khusus untuk melayani anak-anak yang memiliki hambatan mental dengan guru-guru yang telah dilatih khusus mena ngani anak-anak terbelakang ini.
Ada beberapa kendala dalam penyelenggaraan sekolah khusus ini :
a)    Ada orang-tua yang tidak menyukai, jika anaknya dimasukkan ke seko ah khusus, diisolir dari anak-anak normal.
b)    Sekolah khusus ini biayanya sangat mahal dengan alat & perlengkapan yang juga sangat mahal.
c)    Tidak ada motivasi dan kompetisinya asal-asalan (tidak ada kompetisi).
 
F). FAKTOR-FAKTOR PSIKOLOGIS DALAM PENGAJARAN ANAK-ANAK TERBE LAKANG.
Materi pengajaran perlu diadaptasi pada tingkat minat & capabilitas anak-anak terbelakang. Memerlukan waktu yang lebih banyak, lebih banyak pe ngulangan-pengulangan. Dalam banyak kasus anak-anak terbelakang hanya mampu pada tingkat generalisasi yang sangat sederhana. Salah satu perbaikan yang penting ialah memperluas lingkungan anak terbelakang dengan cara mem perkaya pengalamannya di dalam kelas maupun di luar kelas. Secara umum anak-anak terbelakang menderita gangguan emosional (sukar merasakan pera saan terharu, perasaan iba dan perasaan lainnya semacam itu). Anak terbela kang akan lebih berminat & lebih mampu bekerja dengan hal-hal yang konkrit (nyata). Profesor Wallin mengatakan bahwa anak-anak “mental retarded are thing minded, eye minded, ear minded” dari pada  “thought minded”. Thought minded hanya untuk anak-anak normal & cerdas. Pada anak-anak terbelakang berpikir tentang konsep, abstraksi sangat minim digunakan. Belajar tentang ge neralisasi, abstraksi dan konsep merupakan hal yang sangat sulit bagi anak-anak terbelakang. Anak-anak terbelakang membutuhkan praktek lebih banyak dalam praktek pemecahan masalah. Anak terbelakang membutuhkan ilustrasi yang lebih konkrit. Guru akan berusaha meningkatkan kemampuan sosial anak-anak terbelakang ini. Guru akan membantu anak-anak terbelakang menjadi anggota masyarakat yang lebih berhasil dalam hidupnya.

G). APLIKASI TEORI-TEORI BELAJAR PADA ANAK-ANAK TERBELAKANG.

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam aplikasi teori bela jar pada anak-anak terbelakang yaitu :
1).  Anak terbelakang perlu diajar dengan tahap-tahap yang sederhana bahwa ia dapat belajar leluasa sekehendak dirinya. Masukan yang berlebih-le bihan (everload) hanya akan menimbulkan frustrasi.
2).  Anak terbelakang perlu menerima penguat (reinforcement) dengan segera untuk keberhasilannya. Hal ini perlu untuk menjamin pengulangan demi keberhasilan perilaku berikutnya. Penguat diberikan untuk mendorong pe ngulangan.
3).  Anak terbelakang perlu menerima stimulasi yang bervariasi. Anak tidak bela jar dengan cara yang sama atau dengan pengertian yang sama.
4).  Materi pelajaran perlu dibuat dengan penuh arti untuk menjamin (memudah kan) terjadinya retensi.
5).  Anak terbelakang perlu diberi pengetahuan dari hasil kerjanya. Jika tidak maka ia tidak mempunyai feed-back  untuk membimbing  aktiftas berikut nya.
6).  Anak terbelakang perlu diberi kesempatan untuk mempraktekkan pengeta huan & ketrampilannya melalui pengulangan-pengulangan dan bermacam -macam tugas.
7).  Instruksinya pada setiap tingkat perlu dimulai melalui latihan-latihan yang hati-hati dan kemudian dibentuk secara teliti dengan diberi penguat secara tepat.

6.  ANAK-ANAK KREATIF.

Allah SWT adalah sang maha creative (maha pencipta). Manusia mampu memodifikasi, merangkai, menggabung dari apa yang diciptakan oleh Allah. Creativitas manusia merupakan cerminan kecil dari kreatifitas Allah. Meski pun demikian dapat juga manusia dikatakan kreatif jika memiliki ciri-ciri yang diurai kan dibawah ini.

A). PENGERTIAN KREATIFITAS.

Secara karakteristik bahwa contoh tindakan kreatif adalah penulisan novel, tindakan eksploratif. Berpikir tidak kreatif adalah yang kaku (rigit), stereo typed dan sesuatu yang bersifat mekanis. Menurut J.P.Guilford bahwa berpikir creatif berarti berpikir menyimpang (defergent thinking) dan berpikir tidak kreatif berarti berpikir pada satu titik/satu cara saja (convergent). Berpikir konvergen di ukur oleh tes intelligensi yang melibatkan item-item seperti kemampuan menge nal, mengingat, mengubah. Tes kecerdasan tidak mengukur kreatifitas.
Torrence telah mendifinisikan kretifitas : As a process of becoming sensitive to problems, deficiencies, gaps of knowledge, missing elements, dis harmonies and so on, identifying the dificulties, searching for solutions, making guesses or formulating hypotheses about the deficiencies; testing and retesting hypotheses and possibly modifying and retesting them and finally communica ting results. Psikolog Rusia Zbignew Peitrasinski mendifinisikan kreatiftas seba gai berikut : Creativity is an activity resulting in new products of a definite social value. Diilhami oleh buku Child development karangan Elizabeth B. Hurlock, dapat dikemukakan disini bahwa : Kreatifitas ialah proses penciptaan sesuatu yang baru berbeda dengan sebelumnya, bersifat orisinalitas, unik, inovative, imjinative, sintesis, tidak konvensional (defergent thinking). Sindrom kreativitas antara lain : keluwesan (fleksibilitas), kelenturan, ketidakpatuhan, otonom, main -main, olah gagasan, humor sense, intelektual, keingintahuan, suka beresiko, minat menyimpang, suka fantasi, berpertualang.

B). KARAKTERISTIK (CIRI-CIRI) ANAK-ANAK KREATIF.
Torrance memberikan ciri-ciri anak kreatif yaitu :
1)    Berani menyatakan sesuatu.
                              Anak-anak kreatif tampak berani (kuat) menyatakan keyakinan  & ni lai-nilainya.
2)    Keingintahuan.
Anak kreatif mempunyai dorongan keingintahuan yang besar untuk mengetahui banyak hal tentang lingkungannya.
3)    Kebebasan menilai.
Anak kreatif lebih memilih kebebasan dalam menilai masalah crucial (krusial/kemelut).
4)    Kebebasan berpikir.
Anak kreatif lebih suka berpikir bebas terhadap berbagai masalah.
5)    Asyik dengan tugasnya.
Ketika ia memulai tugas maka ia mencurahkan sepenuh perhatiannya pada tugasnya. Energi mentalnya dikonsentrasikan pada tugas yang sedang ditanganinya.
6)    Intuitif
Anak kreatif lebih suka mengembangkan intuisinya (secara intuisi) da lam menghadapi masalah-masalahnya
7)    Menolak kebiasaan.
Anak kreatif tidak mudah menerima cara-cara pemecahan yang su dah biasa dilakukan. Tidak mudah menerima rutinitas.
8)    Mau mengambil resiko.
Anak kreatif berkepasitas mau mengambil resiko.
9)    Mempunyai visi kedepan.
Anak kreatif mempunyai pandangan ke depan.
                   
C). TAHAP-TAHAP PERKEMBANGAN KREATIFITAS.
                                    Artis, composer, novelis mengemukakan tentang tahap-tahap berpi-kir kreatif sebagai berikut :
1)    Tahap persiapan.
Perkembangan kreatifitas pada tahap persiapan ini memfokuskan per hatiannya pada mengorganisir data, membatasi masalah, dan menghasilkan gagasan yang berhubungan dengan pemecahan masalah.  
2)    Tahap pengeraman (inkubasi).
Pada tahap pengeraman ini mulai mengorganisir gagasan dan mengu jinya. Pada tahap ini melibatkan pengalaman pada masalah. Kadangkala masalah menjadi terpecahkan dengan sendirinya tanpa disadari.
3)    Tahap pencerahan.
Pada tahap ini disebut eureka yaitu tiba-tiba mengerti hubungan dari bermacam komponen masalah. Sebagian dari para pemikir kreatif mengata kan bahwa gagasan kreatif mereka kadangkala muncul begitu saja secara tiba-tiba.
4)    Tahap revisi.
Pada tahap ini individu merefleksi, mengevaluasi dan memunculkan taksiran kritis.
                                   
D). MENGUKUR PERKEMBANGAN KREATIFITAS ANAK.
Setiap murid dapat dibantu untuk menjadi kreatif oleh lingkungan so ial yang kondusif guna pemunculan berbagai perilaku kreatif. Sekolah dapat me mainkan peranan penting dalam mengembangkan sikap positip untuk pengem bangan kratifitas anak. Lingkungan sekolah yang memberi kesempatan banyak untuk kebebasan berfikir dan kebebasan beraktifitas merupakan faktor yang penting mengembangkan kreatiftas murid. Guru didalam kelas maupun diluar kelas menyemangati (mendorong) muridnya. Ada tiga hal yang berkorelasi yaitu kreatifitas, aktifitas berfikir intelektual dan penalaran. Berpikir dan penalaran da pat dikembangkan melalui latihan-latihan ilmiah. OSBORN memberikan tehnik baru untuk memelihara kretaiftas yaitu brain storming. Tahnik ini dapat diguna kan secara menyenangkan pada kelompok kecil nak-anak.Murid-murid ditanya untuk menjawab dengan kebebasan penuh. Dengan bantuan guru maka kese pakatan pendapat diantara mereka dapat dicapai.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk menciptakan kondisi yang memungkinkan terjadinya pengembangan kreatifitas yaitu : elaborasi, ima jinasi, analogi, ekspresi seni dan berfikir beda.
1)    Elaborasi.
                  Aspek penting dari berfikir kreatif adalah elaborasi. Murid-murid dimin ta untuk menggunakan imajinasinya guna menyelesaikan masalah. Proses elaborasi ini memberikan kesempatan pada murid-murid untuk mengem bangkan kemampuan berfikirnya, kemampuan penalarannya dan kemam puan memecahkan masalah yang ketiga-tiganya merupakan modal krea tifitas. Guru dikelas dapat menggunakan tehnik ini. 
2)    Imaginasi.
                                    Para murid diberi kebebasan penuh untuk mengembangkan kreatifi tas mereka melalui imajinasi. Sebab imajinasi dapat membantu pengem bangan kreatifitas.
3)    Analogi.
                  Kadangkala murid gagal memahami masalah secara langsung. Teta pi ketika masalah itu dipikirkan dengan dibantu situasi pembanding (sebagai analogi) maka masalahnya akan menjadi lebih jelas dan dapat dipahami. Gu ru perlu menggunakan analogi untuk memperjelas konsep-konsep yang sulit (sukar)
4)    Ekspresi seni.
                                    Dengan alat tulis (yang juga bisa untuk menggambar) ditangan, murid diminta untuk menuliskan (menggoreskan) apa saja yang penting menghasil kan sesuatu. Ekspresi seni ini dapat memberikan kesempatan untuk muncul nya ide-ide baru yang orisinal (original).
5)    Berfikir beda.
                  Murid didorong untuk berfikir beda dalam pendekatan terhadap berba gai masalah. Berfikir beda dapat mengembangkan kreatifitas. Latihan men tal akan dapat membantu dalam pengembangan pemikiran kreatif.

E). KONDISI YANG MENUNJANG KERJA KREATIF DI SEKOLAH.
Ada beberapa kondisi yang dapat menunjang kerja kreatif di sekolah yaitu sebagai berikut :
1)  Kepercayaan.
Guru memberian tugas pada muridnya dan memberikan keperca yaan penuh padanya. Guru menunjukkan sikap percaya pada kemampuan muridnya.
2)    Kesempatan mengekspresikan diri.
Guru memberikan kebebasan berpendapat, memberikan kebebasan mengekspresikan diri pada murid-muridnya
3)    Sehat mental.
Menurut Rogers, ada 2 suasana yang dapat meningkatkan kreatifitas anak, yaitu : (1) Suasana aman secara psikologis (psychological safety),   (2) Suasana bebas secara psikologis (psychological freedom).
4)    Evaluasi diri.
Guru memberikan sepenuhnya pada murid untuk melakukan eva luasi diri terhadap penampilannya.
5)    Spotanitas.
Guru  memberikan kebebasan (membiarkan) pada muridnya memun culkan aktifitas spontan dari mereka. 

  1. ANAK-ANAK NAKAL.

A). PENGERTIAN ANAK-ANAK NAKAL.
Secara sederhana anak-anak yang melanggar norma sosial dan anti sosial bisa dikatakan anak-anak nakal (delinquent children). Dengan kata lain bahwa anak nakal ialah anak yang melanggar norma & anti sosial.

B). BEBERAPA PENDEKATAN DALAM MEMAHAMI  ANAK-ANAK  NAKAL.
1)    Pendekatan psikologis.
Pendekatan psikologis terutama menggunakan psychoanalysis theory bahwa kenakalan anak karena kegagalan pembentukan aspek sosial/ aspek moral (super ego) pada anak. Johnson dan Szurck mengatakan bah wa kenakalan anak adalah sebagai lubang dari super ego (super egonya berlubang). Mowrer (1961) mendifinisikan kenakalan anak sebagai rendah nya moral yang disebabkan oleh lemahnya kata hati karena pengajaran yang salah (kurang tepat) pada awal kehidupan anak. Bandura dan Walter mengatakan bahwa kenakalan anak merupakan manifestasi frustrasi terha dap kebutuhannya. Manifestasi frustrasi tersebut dapat juga berupa agresi. Gangguan psikiatrik bisa juga merupakan penyebab timbulnya kenakalan anak. Berdasarkan patologi intra psikis bisa menjadi penyebab kegagalan hubungan interpersonal antara orangtua dengan anaknya di awal kehidupan nya. Gangguan hubungan interpersoal ini bisa menimbulkan neurotik bah kan bisa psikotik atau disorder yang lainnya antara lain anti sosial. Travis dan Hirchi mengatakan bahwa kenakalan ditentukan oleh tindakan yang mengakibatkan masyarakat menghukum pada pelakunya. C. Burt mengata kan bahwa anak dapat dianggap nakal ketika kecenderungan antisosialnya tampak menjadi tindakan nyata. Richard A.Cloward mengatakan bahwa tin dakan nakal adalah perilaku yang melanggar norma masyarakat. Apalagi ke tika diketahui secara resmi bahwa tindakan tersebut dinilai oleh agen hukum kriminal benar-benar telah melanggar norma.
2)    Pendekatan keagamaan.
Secara umum manusia berkemauan (berkeinginan) bebas. Pada umumnya manusia akan menuntut kepuasan dan menolak ketidak-enakan. Menuntut kepuasan kadangkala menjadi penyebab tindakan nakal. Ke puasan sebagai sumber kenalan. Bagi yang percaya bahwa sesudah mati seseorang akan diminta mempertanggung jawabkan seluruh perilakunya, dan yang berperilaku salah akan menerima hukuman maka dia akan lebih berhati-hati dalam kebebasan memenuhi kepuasannya. Sedangkan bagi yang tidak percaya hal tersebut maka dia secara bebas berperilaku semau nya untuk memenuhi kepuasannya. Keyakinan tentang hal ini akan menjadi faktor penyebab muncul tidaknya perilaku kenakalan.
3)    Pendekatan biologis.
Menurut pendekatan biologis bahwa perilaku anti sosial didasar kan pada faktor genetik. Perilaku antisosial ditimbulkan oleh faktor organis yaitu karena nervous system yang pathologis sehingga dalam menyesuai kan terhadap lingkungan sosialnya nampak nakal.
4)    Pendekatan sosiologis.
Pendekatan sosiologis menitik beratkan pada kondisi sosial seba gai penyebab timbulnya perilaku anti sosial. Menurut teori Merton bahwa munculnya perilaku anti sosial ketika anak tidak menemukan identifikasi ca ra untuk memenuhi tujuannya (keinginannya/kebutuhannya) sehingga ia menggunakan perilaku yang bertentangan dengan norma sosial (anti sosial). Perilaku anti sosial merupakan kegagalan usaha memperoleh legitimasi ma syarakat ketika anak ingin mencapai tujuannya.
5)    Pendekatan hukum.
Karena anak-anak masih berusia terlalu muda untuk dikenai sang si hukum maka kenakalan anak-anak belum bisa dikatakan perilaku melang gar hukum. Anak yang nakal belum bisa dihukum tetapi harus dibina oleh orangtuanya atau dititipkan kepada lembaga penitipan pendidikan anak. Ja di anak yang nakal perlu pembinaan yang intensif dan bukan dikenai sangsi hukuman.
6)    Pendekatan kesehatan mental.
Menurut kesehatan mental bahwa kenakalan anak adalah eks presi dari kebutuhannya. Perilaku nakal adalah merupakan gejala dari kebu tuhannya yang ingin dipenuhi dengan cara-cara yang tidak bisa diterima oleh lingkungan sosialnya. Misalnya : anak berusaha memenuhi keinginan & kebutuhannya tetapi dia tidak mempunyai uang lalu dia mencuri atau cara-cara lainnya yang tidak disukai oleh lingkungan masyarakatnya.  

C). KARAKTERISTIK (CIRI-CIRI) ANAK-ANAK NAKAL.
1). Fisik.
Bentuk tubuh yang mesomorphic, otot yang kuat dan kekar
2). Temperament.
Extrovert, impulsive, restless, aggressive, destructive.
3). Sikap.
Menolak otoritas, tampak menyimpang, jahat.
4). Psikologis
Dalam menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapinya cende rung tidak metodologis (cenderung semrawut). Ekspresinya cenderung lang sung dan dan konkrit dari pada intelektual simbolik.
5). Sosio cultural.
Emosinya kurang lembut, kurang stabil, standar moralnya rendah.

D). TIPE-TIPE PERILAKU KENAKALAN ANAK-ANAK.

Tipe-tipe tindakan kenakalan sangat berfariasi mengikuti variasi buda ya, variasi kondisi sosial-ekonomi dan variasi yang lainnya. Tidak ada tipe kena kalan yg universal untuk semua negara. Dibawah ini hanya contoh sebagian sa ja dari tipe-tipe tindakan kenakalan.
1). Kecenderungan serakah.
Tindakan kenakalan anak2 mempunyai arah memuaskan ke cenderungan serakahnya. Mencuri yg dimulai dari lingkungan keluarga, te tangga, sekolah, toko, dst. Mereka mencuri beberapa barang yang mempu nyai nilai emosional (sentimental) seperti saputangan, cicncin, dsb. Pencu rian yg demikian merupakan tindakan melepaskan ketegangan seksual dika langan remaja. Kadang-kadang mencuri berhubungan dengan keirian (ke cemburuan), kebencian atau agresi. Ada juga tindakan pencurian dika-langan remaja merupakan tindakan solidaritas pada kelompoknya. Satu ke-lompok beramai-ramai mencuri mangga tetangganya.
2). Tindakan memalsu.
Contoh tindakan memalsu adalah memalsu tanda tangan dan tindakan memalsu yang lainnya. Kadangkala memalsu tanda tangan teman nya. Bahkan memalsu tanda tangan orang tuanya di lembar cheques untuk mengambil uang milik orangtuanya di bank.
3). Kecenderungan agresif.
Ada kecenderungan agresive dikalangan remaja. Salah satu contoh adalah vandalisme (merusak benda-benda yang ada disekitarnya), menyerang secara fisik dan semacamnya.
Beberapa contoh kekejaman mental.
b.      Perusakan barang-barang milik sekolah.
c.       Berlagak jagoan (Jawa : petentang-petenteng), mengejek, mengolok-olok,
d.      Penganiayaan pada binatang
e.       Melakukan bunuh diri
4). Kenakalan dibidang seks. Antara lain misalnya :
a). Homoseksual (melakukan aktifitas seksual terhadap sesama jenis
     kelamin)
b). Melakukan hubungan seks (heterosexual)
c). Berkata-kata yang buruk
d). Prostitution (pelacuran)
e). Melarikan perempuan dan memperkosa
f).  Exhibitionisme (menampakkan bagian tubuh)
g). Melakukan perangsangan seksual terhadap lawan jenis kelamin. KNPI
     (kissing, necking, petting, instercourse)
h). Melakukan onani (masturbation)
5). Kecenderungan lari dari situasi.
Kecenderungan ini ditandai dengan ketidak mampuan menghadapi realitas.
a)    Membolos sekolah
b)    Minggat dari rumah

E). SEBAB-SEBAB TIMBULNYA KENAKALAN ANAK-ANAK.
Ada dua pandangan yang bebeda tentang penyebab timbulnya kena kalan anak-anak. Pandangan pertama mengatakan bahwa penyebab kena kalan adalah faktor keturunan (heredity factor). Pandangan kedua mengatakan bahwa penyebab kenakalan adalah faktor lingkungan.

1). Faktor keturunan sebagai penyebab timbulnya kenakalan.
                              Lombroso (1836-1909) orang Itali meneliti sejumlah penjahat dan yang diteliti adalah ciri-ciri fisiknya. Dia yakin bahwa penjahat mempu nyai ciri-ciri fisik yang diturunkan. Penjahat dapat dikenali dari ciri-ciri fisik nya seperti dagu yang kuat, rambut yang berlebih-lebihan, rahang berbentuk segi empat-besar-kuat, terdapat sejumlah garis-garis kecil di telapak tangan nya, gerakan matanya cepat, tulang pipi lebar-keluar. Lombroso berpenda pat bahwa penjahat itu diturunkan. Pengikut (aliran) Lombroso dikenal dengan Lombrosianisme.
                              William Sheldon dan Gluecks mengatakan ada hubungan anta ra type tubuh (badan) dengan kenakalan. Type mesomorph terdapat lebih banyak yang kriminal dari pada type ectomorph & endomorph. Gluecks da lam bukunya Physique and delinquency mengatakan bahwa faktor fisik da pat membedakan yang nakal dan yang tidak nakal.
                              Healy dan Bronner dalam penelitiannya terhadap delinquents mengatakan bahwa 37 % delinquents mempunyai intelegensi sub-normal. Delinquents lebih banyak berasal dari mentally-handicapped  dari pada ke lompok normal.

2). Faktor-faktor lingkungan.
                              Faktor ini terinci menjadi empat faktor yaitu : (a) faktor ekologi, (b) lingkungan rumah, (c) lingkungan sekolah, (d) lingkungan masyarakat.
      (a) Faktor Ekologi.
                              Ekologi mempengaruhi tumbuh kembang suatu organisme.
(b) Lingkungan rumah..
                        Interaksi dalam lingkungan keluarga merupakan interaksi yang face to face, sangat intim/hangat, sehingga lingkungan keluarga merupa kan lingkungan yang berpengaruh besar terhadap perkembangan kepri badian anak.
      (Ø) Broken Home.
                                    Prosentasi terbesar para delinquent berasal dari keluar ga yang broken home. Penyebab broken home antara lain :
            (¤) Kesulitan penyesuaian pernikahan/perkawinan.
                                    Terdapat ketidakcocokan antara suami istri. Mereka ti dak bisa bekerjasama. Kondisi semacam ini mempengaruhi per kembangan kesehatan mental anak. Anak cenderung menjadi na kal.


(¤) Ayah-ibu yang bekerja.
                        Ayah dan ibu yang terlalu sibuk bekerja mengejar karir pekerjaan, waktu & tenaganya tersita untuk pekerjaannya sehing ga perhatian pada anaknya menjadi berkurang, anaknya kurang dibimbing. Anaknya cenderung menjadi nakal. Ada perkecualian bagi ayah-ibu yang bekerja tetapi masih efektif membimbing anak nya maka anaknya akan tumbuh-kembang menjadi anak yang baik. Kuncinya terletak pada efektifitas bimbingan orangtua pada anaknya.
(Ø) Kemiskinan.
                              Karena kemiskinan maka orangtua tidak dapat meme nuhi kebutuhan2 anaknya, sehingga anaknya cenderung nakal. Kon disi kemiskinan nyaris kekufuran (kenakalan). Meskipun demikian tidak selalu anak yang nakal berasal dari keluarga miskin.     
(Ø) Ketidak mampuan kedua orangtua.
                              Jika kedua orang tuanya baik secara fisik maupun seca ra mentalnya tidak berkemampuan abnormal (karena kecacadan), sehingga tidak mampu mengontrol perilaku anaknya maka berke-mungkinan besar anaknya cenderung bertindak nakal.
(Ø) Disiplin yang rusak.
                              Jika orangtua tidak mempunyai kriteria disiplin yang baik, kadang terlalu keras dan kadang terlalu lembek. Tipe disiplin yang demikian menciptakan konflik mental pada diri anak. Jika orang tua sering bercekcok, sering bertengkar, sering minum (ma buk) dihadapan anak atau sering mencela anak maka tindakan orangtua yang demikian akan berpengaruh buruk pada anak.   
(Ø) Kurangnya kasih sayang.
                              Jika orangtua menelantarkan (mengabaikan) anak, orangtua tidak ada perhatian pada anaknya maka anak akan mera sa tidak aman. Kondisi yang demikian sangat kondusif untuk mun culnya kenakalan anak.
(Ø) Perlakuan berat sebelah oleh orangtua.
                  Perlakukan orangtua yang berat sebelah pada anaknya maka menjadikan anaknya cenderung berkembang perasaan antisosial.
(Ø) Ketegangan tak terucapkan.
                              Kadangkala dalam hubungan antar anggota keluarga terdapat ketegangan yang tak terucapkan. Kondisi ketegangan yang demikian tidak memberikan kepuasan emosional pada anak. Anak akan mencari kepuasan emosional diluar rumah. Jika nasib nya buruk maka dia akan memperoleh teman yang akan mempe ngaruhi kenakalannya.    
(Ø) Kurangnya hiburan di rumah.
                              Jika di rumah tidak difasilitasi aktifitas rekreasi maka anak akan cenderung memendam perasaan terkurung dalam ru mah. Kondisi ini merupakan salah satu faktor yang mendorong mun culnya kenakalan anak.
(Ø) Rendahnya kode moral keluarga.
                              Salah satu faktor penting yang mempengaruhi kena kalan anak adalah kode moral keluarga. Jika anak tumbuh-kem bang dalam kode moral keluarga yang buruk maka dia akan cende rung berkembang ketindakan anak yang nakal. 
(Ø) Keluarga yang berjubel.
                              Dikota besar banyak keluarga yang berjubel dalam satu ruangan menjadikan anak mengetahui aktivitas seksual secara sa ngat dini. Kondisi yang demikian menjadikan anak cenderung ber kembang menjadi nakal.


(Ø) Pembantu rumah tangga.
                              Dikota besar, khususnya keluarga yang status sosial-ekonominya tinggi maka anak hidup bersama pembantu. Misalnya di jaman kerajaan ada kasus anak raja diajari berhubungan seks dengan embok-embannya (perempuan pengasuh anak raja). Ada kemungkinan bahwa pembantu sebagai sumber kenakalan anak.

3). Sekolah dan kenakalan anak.
                              Sekolah adalah lembaga penting setelah keluarga yang ikut bertanggung jawab terhadap pembentukan anak. Dibawah ini adalah bebe rapa faktor di sekolah yang mempengaruhi kenakalan anak :
      (a)  Lokasi sekolah.
                              Sekolah yang berlokasi dekat kawasan industri, dekat kawa san gedung bioskop, dekat kawasan supermarket maka jika anak bera da di luar sekolah maka tidak ada yang mengontrol aktifitas anak di luar sekolahnya.
      (b)  Kurangnya disiplin sekolah.
Jika di sekolah tidak ada disiplin atau disiplin terlalu keras ma ka anak berkemungkinan besar cenderung menjadi nakal.
      (c)  Suasana emosional sekolah.
                              Suasana emosional di sekolah berpengaruh besar pada kena kalan anak. Jika diantara guru, diantara petugas tata usaha, antara gu ru dan petugas tata usaha, sebagian besar mereka sering saling cek cok, sering saling bertengkar dan murid-murid dipakai sebagai ajang permainan politik mereka maka kondisi yang demikian merupakan sua sana emosional yang buruk bagi murid-murid. Jika sekolah dalam kon disi yang demikian maka murid-muridnya berkemungkinan besar cende rung menjadi nakal.
      (d)  Perlakuan berat-sebelah.
                              Kadangkala guru memiliki kelompok favorit. Kemudian kelom pok yang lain membentuk kelompok tandingan. Kadangkala terjadi per tengkaran antara kedua kelompok tersebut (kelompok favorit dan ke lompok tandingan) bisa berlangsung lama. Kondisi ini bisa sebagai sumber kenakalan anak.
(e)  Kurangnya permainan & kurangnya perpustakaan sekolah.
                              Sekolah yang tidak memiliki tempat bermain dan tidak memiliki perpustakaan akan cenderung lebih banyak anak yang nakal.
      (f)   Kurangnya fasilitas sekolah.
                              Sekolah yang tidak memiliki fasilitas-fasilitas untuk beraktifitas para muridnya maka akan cenderung memunculkan kenakalan anak.
      (g)  Sistim kasta di sekolah.
                              Sekolah yang menggunakan sistim kasta maka akan cende rung memunculkan pertengkaran.
      (h)  Kurangnya bimbingan.
                              Sekolah yang tidak memiliki guru khusus BK (bimbingan dan konseling) atau tidak ada guru yang berfungsi (bertindak) sebagai guru BK maka ada kecenderungan akan menghasilkan prosentasi yang ting gi anak nakal.                 
      ( i )  Kurang mengerti kebutuhan anak.
                              Sekolah kurang memasukkan kebutuhan anak dalam aktifitas kurikuler sehingga anak menjadi frustrasi.  Frustrasi mereka berke mungkinan besar bisa memunculkan tindakan anti sosial.
      ( j ) Kurikulum yang buruk.
                              Kurikulum yang buruk adalah juga salah satu faktor penunjang munculnya kenakalan anak. 

4) Masyarakat dan kenakalan anak.
                        Lingkungan sosial (masyarakat) juga mempunyai peranan
yang besar dalam menunjang munculnya kenakalan anak. Dibawah ini beberapa faktor yang menunjang munculnya kenakalan anak.
      (a) Favouritism.
                              Anak yang dari kelas sosial tertentu (anak kongklomerat, anak pejabat, anak orang penting lainnya) tampak lebih favorit. Kondisi sema cam ini dapat merangsang munculnya kenakalan anak.
      (b) Konflik antar kelas sosial dalam masyarakat)
      (c) Tension in time of war, partition, and other natural calamity.
                              Ketika ada perang, bencana alam maka muncul ketegangan. Kondisi ketegangan ini berkemungkinan besar kenakalan anak mening kat tinggi
                   
            F). TERAPI KENAKALAN ANAK.
Terapi kenakalan anak antara lain dengan cara reedukasi, abreaction, persuasi, sugesti, terapi lingkungan, modifikasi perilaku.
a). Reedukasi
                        Anak diberi informasi tentang problem-problem yang sering di hadapi anak misalnya masalah hubungan dalam keluarga, masalah per gaulan, masalah sex, dst.
b). Abreaction
                              Abreaction artinya memberi kesempatan pada anak untuk mengekspresikan keterkurungannya, penyembunyian emotional-feeling­-nya dengan memakai assosiasi bebas melalui diskusi. Konselor bertin dak menjadi figur orangtua yang dipercaya anak. Selain assosiasi bebas tehnik lain (psychodrama atau play techniques) boleh digunakan.
c). Persuasi (pembujukan)
                              Konselor membujuk anak nakal agar dimasa mendatang tidak melakukan kenakalan lagi.
d). Sugesti
                              Kita setuju bahwa setiap orang bisa disugesti. Usia anak-anak akan lebih mudah disugesti dari pada usia dewasa. Sugesti disini diberi kan untuk menguatkan super ego anak-anak nakal. Super ego ini ber fungsi sebagai rambu-rambu terhadap tindakan kenakalanya.
e). Terapi lingkungan
                                                Terapi lingkungan biasanya dilakukan untuk memperbaiki ling kungan rumah, lingkungan sekolah dsb. Orangtua disarankan untuk me rubah sikap & perilaku mereka. Sikap dan perilaku orangtua yang beru bah akan menghasilkan perubahan lingkungan sosial, lingkungan keluar ga yang berubah menjadi baru bagi anak sehingga anak akan memulai hidupnya yang baru yang lebih segar.
                        f). Memodifikasi perilaku
                        Anak nakal itu tidak dilahirkan tetapi produk (bentukan) dari pengaruh lingkungan sosialnya. Oleh karena itu perilaku anti sosial dapat dipelajari kembali dengan perilaku yang baru yang tidak anti sosial. Anak dapat belajar kembali berperilaku yang dapat diterima oleh lingkungan sosialnya. Beberapa tehnik memodifikasi perilau antara lain :
(1) Menentukan perilaku yang diinginkan
(2) Memastikan penguat yang paling efektif (Misalnya uang, kendaraan, pakaian, makanan atau lainnya).
(3) Memastikan lakon perilaku subyek masa lalu dan lakon perilaku subyek masa sekarang (masa lalu untuk memperoleh penguat maka dilakukan dangan cara mencuri, masa mendatang untuk memperoleh penguat maka perlu dilakukan dangan cara bekerja)
(4) Aplikasi modifikasi lakon sesuai dengan hasilnya (menginginkan ken daraan dengan cara mencuri jika tertangkap bisa dihajar masa atau masuk penjara, tetapi jika dengan bekerja maka gajinga bisa dipakai untuk mengangsur kridit kendaraan)


G). PENCEGAHAN KENAKALAN ANAK.

Pencegahan bisa dilakukan dengan cara mengembangkan kerjasama di rumah, di sekolah, dan di masyarakat. Misalnya kerjasama di rumah maka seluruh anggota keluarga diharapkan dapat membantu membangun sikap, ke biasaan, sistim nilai pada anak. Sebagian besar kenakalan anak disebabkan ka rena penanganan yang salah dari orangtuanya. Misalnya orangtua yang terlalu sibuk bekerja sehingga tidak mempunyai cukup waktu untuk memperhatikan anaknya. Fungsi orang tua diambil alih oleh pembantu rumah tangga atau social worker meskipun anak diberi fasilitas rekreasi, bimbingan individual dan suasana aman namun fungsi orang tua tidak digantikan seratus persen. Walter dan Erikson (1969) memberikan contoh bahwa sekolah dapat mencegah mun culnya kenakalan anak dengan cara sbb :
1). Menciptakan suasana emosional di sekolah.
                              Di sekolah perlu diciptakan suasana emosional yang baik dan dijauhkan dari adanya ketegangan-ketegangan emosional
2). Sekolah perlu memberikan fasilitas untuk aktifitas kurikuler.
3). Para guru dianjurkan untuk berperilaku yang baik agar bisa ditiru (di contoh) oleh anak-anak.
4). Perlu disusun kurikulum yang sesuai.
                              Minat dan kebutuhan anak sebaiknya dimasukkan ke dalam kurikulum.
5). Perlu dibentuk perpustakaan sekolah yang dilengkapi dengan buku -buku yang menarik bagi anak-anak dan perlu diciptakan suasana yang memung kinkan terjadinya kebiasaan membaca bagi anak-anak.

D.LATIHAN-LATIHAN.

E.TES (UJIAN).
1.    Jelaskan pengertian tentang anak-anak luar biasa.
2.    Jelaskan tentang tipe-tipe anak-anak luar biasa.
3.    Jelaskan pengertian tentang kelas khusus.
4.    Jelaskan pengertian tentang sekolah khusus.
5.    Jelaskan tentang mengapa diperlukan pendidikan khusus
6.    Jelaskan pengertian tentang anak-anak cerdas/berbakat.
7.    Berikan contoh anak-anak cerdas.
8.    Jelaskan tentang bagaimana mengidentifikasi anak-anak cerdas.
9.    Jelaskan tentang ciri-ciri positip anak-anak cerdas.
10. Jelaskan tentang ciri-ciri negatif anak-anak cerdas.
11. Jelaskan tentang model-model pendidikan untuk anak-anak cerdas.
12. Jelaskan pengertian tentang anak-anak terbelakang.
13. Jelaskan tentang masalah-masalah pada anak-anak terbelakang.
14. Jelaskan tentang cara-cara mengidentifikasi anak-anak terbelakang.
15. Jelaskan tentang ciri-ciri anak-anak terbelakang.
16. Jelaskan tentang faktor-faktor penyebab terjadinya anak-anak terbelakang.
17. Jelaskan tentang model-model pendidikan anak-anak terbelakang.
18. Jelaskan tentang faktor-faktor psikologis dalam pengajaran anak-anak terbelakang.
19. Jelaskan tentang aplikasi teori-teori belajar pada anak-anak terbelakang.
20. Jelaskan pengertian tentang anak-anak kreatif.
21. Jelaskan tentang ciri-ciri anak-anak kreatif.
22. Jelaskan tentang tahap-tahap perkembangan kreatifitas.
23. Jelaskan tentang kondisi yang memungkinkanpengembangan kreatifitas.
24. Jelaskan tentang kondisi-kondisi yang menunjang kerja kreatif.
25. Jelaskan pengertian tentang anak-anak nakal.
26. Jelaskan tentang enam pendekatan dalam memahami anak-anak nakal.
27. Jelaskan tentang ciri-ciri anak-anak nakal
28. Jelaskan tentang tipe-tipe tindakan kenakalan anak.
29. Jelaskan tentang faktor-faktor penyebab timbulnya kenakalan.
30. Jelaskan tentang cara-cara terapi terhadap kenakalan anak.
31. Jelaskan tentang cara-cara pencegahan munculnya kenakalan anak.

F.    KUNCI  JAWABAN.
Buatlah kunci jawaban selengkap-lengkapnya.

G.   RANGKUMAN.
                        Buatlah rangkuman seteliti mungkin.

3.    DAFTAR PUSTAKA.

1.    Chauhan S.S. (1978), Advance Educational Psychology, New Delhi : Vikas Publishing House Ltd.

2.    E. Stones  (1972), Reading in Educational Psychology, Learning and Teching, London : Methuen and Co. Ltd.

3.    Gage, N.L. and Berliner, D.C. (1973), Educational Psychology, Boston : Hougton Miflin Coy.

4.    Hurlock. E.B. (1978), Developmental Psychology, Singapore : Mc Graw Hill, Inc., (Kin Keong Printing Co. PTE Ltd.)

5.    Joseph Luft (1984), An Introduction to Group Dynamic, California : Mayfield Publishing Company.
                                                     
6.  Soemadi Soerjabrata (1983), Psikologi Pendidikan, Yogyakarta : Rake Press, Jilid I dan jilid II.
♂♥

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

thank you